Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 241 - Bab 250

486 Bab

Chapter 241

Gaby memejamkan mata ketika bibirnya dilumat oleh Damian. Awalnya hanya menggebu-gebu dan terkesan sangat terburu-buru. Namun, lama kelamaan malah berubah menjadi kasar. Damian menggigit bibir bawah Gaby. “Akh—” Belum sempat protes, bibir Gaby kembali dibungkam dengan ciuman Damian. Jemari Damian mengusap pinggang Gaby. Mencengkram erat pinggang Gaby. Seakan ingin merobek kemeja putih yang digunakan wanita itu. Sampai akhirnya Gaby mendorong Damian hingga ciuman mereka terlepas. “Pergi dari sini.” sekali lagi Damian menekankan kata itu. Gaby terdiam. “Ta-“ “Jangan membantahku.” Gaby menghela nafas. pada akhirnya ia memilih untuk pergi. Ia berjalan keluar dari ruangan Damian. Apapun yang terjadi seharusnya Damian bisa menceritakannya pada Gaby. Bukannya malah marah dan uring-uringan tidak jelas dan membuat Gaby semakin bingung. Apalagi perbuatan Damian tadi. Langsung tertancap di dalam otaknya. Image Damian seorang pria lembut kini berubah. Nyatanya pria itu sulit m
Baca selengkapnya

Chapter 242

Sudah beberapa hari Gaby sungguh lelah. Ia sampai tidak masuk kerja karena kesehatan tubuhnya yang melemah. Di rumah sakit.Punggung tangannya diinfus. Kedua orang tuanya sedang berlibur ke luar negeri sehingga tidak bisa menjenguknya. Kakaknya pun sama, ada pekerjaan di luar negeri. Gaby sendirian. Damian tidak bisa dihubungi. Tepatnya mereka belum juga berbaikan setelah kejadian itu. Gaby berjalan dengan menarik tiang infusnya. Keluar dari ruangannya dengan sendiri. Berjalan pelan sampai ke sebuah taman rumah sakit. Ia duduk sembari menatap lurus. “Tidak ada orang yang bisa menjengukku…” Gaby menghela nafas. “Aunty..” ucap seorang gadis kecil. “Tiup ini dong.” Sebuah balon. “Berani bayar berapa?” tanya Gaby. Bocah perempuan itu nampak memanyunkan bibirnya. “Dengan doa.” Gaby tertawa pelan dan meniup balon itu sampai besar. “Kau dengan siapa?”Bocah perempuan yang berusia sekitar 5 tahun itu mengedikkan bahu. “Kenapa kau di rumah sakit?” tanya Gaby mengamati bocah i
Baca selengkapnya

Chapter 243

Gaby berada di ruangannya dengan bosan. Tidak ada yang bisa dilakukan selain bermain ponsel. Sekedar membalas komentar dari pengikutnya di media sosial. Tok tok!Pintu kamarnya diketuk. Setelah itu seorang perawat datang. Perawat itu membawa buket bunga dan paper bag besar. “Dari siapa sus?” tanya Gaby. “Tidak ada tulisannya. Tapi ini buat anda.” Menaruh paper bag dan bunga itu di atas meja. Gaby mengambil bunga. Bunga daisy kesukaannya. Mungkin dari Damian. Lalu di dalam paper bag itu ada cokelat. Gaby yakin sekali itu dari Damian. Setelah memakan satu cokelat, ia kembali berbaring. Tidak kerja malah bosan seperti ini. Tok tok. Pintunya kembali berbunyi. Seorang anak kecil masuk ke dalam ruangan Gaby. “Risa..” lirihnya. “Bagaimana kamu tahu aunty di sini?” Risa tersenyum lebar. “Karena aku mencari tahu..” balas bocah itu. “Itu apa aunty?” tunjuknya pada paper bag besar. “Bunganya bagus. pasti dari pacar aunty.” Gaby mengangguk dengan bangga. “Iya dong.” “Mau cokelat
Baca selengkapnya

Chapter 244

“Jadi mulai sekarang saya harap anda mengerti dan tidak membiarkan Risa dekat dengan anda.” Perawat itu meraih tangan Risa dengan kasar. “Aku ingin bermain dengan aunty!” teriak bocah itu. Namun belum sempat berbalik. Risa sudah digendong dan masuk ke dalam ruangan. Bocah itu terlihat meronta. Namun Gaby tidak bisa melakukan apapun. Lagipula yang membuat peraturan adalah orang tuanya sendiri. Ia tidak punya hak untuk melarang. Apalagi ia hanya orang asing. Gaby berbalik dan berjalan kembali ke ruangannya dengan lesu. Baru saja mendapatkan mainan baru, tapi malah pergi begitu saja. Mainan hidup yang cantik dan lucu. Karena tidak mau berdiam diri saja di ruangannya. Gaby melangkah ke kantin rumah sakit. Membeli minuman dan makanan ringan kemudian duduk. Tak lama—ia mendengar suara langkah sepatu yang kian mendekat. Saat mendongak. Bukan pria yang diharapkan. Melainkan pria yang ia hindari. “Kau sakit?” tanya Haven. tanyanya seperti tanpa beban. Gaby ber
Baca selengkapnya

Chapter 245

“Aku bisa sendiri.” Gaby tidak mau dibantu. “Kenapa?” tanya Haven sudah mengambil tiang infus Gaby. Gaby berdecak. “Kau kembalilah ke dalam. Temani kakek.” Haven menggeleng. “Kakek yang ingin aku mengantarmu.” Gaby hanya menghela pasrah. Ia berjalan pelan dengan di sampingnya Haven yang membantunya membawa tiang infus itu. "Kenapa kau sendiri?" tanya Haven. "Di mana kekasihmu? Temanmu atau keluargamu?” tanya Haven beruntun. “Mereka sibuk,” jawab singkat Gaby. Haven menatap Gaby. “Jaga dirimu.” Gaby mengernyit. “Tentu saja.” Gaby menanggapi setiap ucapan Haven sangat cuek. Pokoknya ada hati yang harus ia jaga. Tidak boleh terlalu lama dengan pria lain. Setelah sampai di depan ruangan. Gaby segera mengusir Haven. “Pergilah.” Gaby mengibaskan tangan tanpa melihat Haven. Haven menunduk. mendapat perkataan ketus dan tajam, tidak membuat Haven langsung pergi. Ia menunduk. berjongkok di hadapan kaki Gaby. “Apa yang kau lakukan?” tanya Gaby hendak mundur namun dicegah oleh
Baca selengkapnya

Chapter 246

“Kalian..” Damian menatap Gaby dan Haven bergantian. Damian menggeleng pelan melihat mereka berdua. Niatnya ingin menjenguk kekasihnya ditengah jadwalnya yang sangat padat. Namun saat sudah berada di sini, malah mendapati kekasihnya bersama pria lain. “Damian ini tidak—” Damian maju selangkah. Langsung menarik kerah leher Haven. “Apa yang kau inginkan hah?” tanyanya dengan tatapan tajam. Urat lehernya bahkan terlihat. Gaby tidak pernah melihat Damian semarah ini sebelumnya. Pria setenang air itu marah. Emosinya melunjak ketika mendapati kekasihnya bersama pria lain. Haven menanggapinya dengan santai. “Aku tidak sengaja bertemu dengan Gaby..” “Halah kau sengaja kan menjenguk kekasihku?” Damian masih mencengkram erat-erat kerah leher Haven. “Damian sudah!” Gaby berusaha mendekat. Namun tangannya disingkirkan oleh Damian begitu saja. “Kamu janjian dengan bajingan ini kan?” tuduh Damian. “Bilang padaku, kalian berselingkuh di belakangku?” “Tidak Damian.” Gaby me
Baca selengkapnya

Chapter 247

“Kamu bilang apa?” tanya Damian. Gaby menghela nafas. “Tunda dulu pernikahan kita.” “Tidak.” Damian menggeleng. “Kenapa? kamu mau kembali ke mantan kamu itu?” tanyanya. Damian mendekat dan menyentuh bahu Gaby. “Kamu mau berhubungan dengan mantan kamu lagi itu?” “Mau menikah dengannya?” Gaby mengusap wajahnya kasar. “Damian please..” lirihnya. “Tidak ada hubungannya dengan dia. Aku ingin kita menunda pernikahan kita dulu agar hubungan kita membaik. Kamu sadar? Akhir-akhir ini kita jarang berkomunikasi.”“Kita selalu bertengkar. Kamu tidak ada waktu untukku..” lirihnya. “Itu semua terjadi karena kamu.” Damian menatap Gaby. “Kamu curiga padaku, tapi kamu sendiri yang bermain di belakangku.” Damian mengepalkan tangannya. “Kamu kira aku tidak tahu kamu diam-diam menyelidikiku?” tanya Damian. Gaby terdiam. Bagaimana pria itu tahu?Damian tersenyum miring melihat Gaby langsung terdiam mendengar ucapannya. “Bukan aku Gaby, tapi kamu sendiri yang bermasalah. Kamu menemukan kesalah
Baca selengkapnya

Chapter 248

Gaby bersiap untuk pulang. Ia berjalan sendiri. Lagi-lagi memang sendiri. Ia berhenti ketika melihat satu ruangan yang terbuka. “Risa?” tanyanya. “Katanya pulang kemarin..”Karena anak perempuan itu sendirian. Gaby akhirnya masuk. “Hei,” sapanya. Risa tidak terlihat ceria. Bocah itu terlihat sedih. “Kenapa kamu sedih?” tanya Gaby menunduk. “Aunty, aku tidak boleh pulang.” kemudian menatap Gaby. “Aunty akan pulang kan?” tanyanya. Gaby mengangguk. “Kata dokter bagaimana?” “Belum boleh pulang,” jawab Risa. Akhirnya merogoh tasnya. mengambil cokelat. Semuanya ia berikan pada Risa. “Untuk kamu. Jangan sedih ya, nanti kalau sudah sembuh pasti boleh pulang pak dokter.” Risa mengangguk. “Terima kasih aunty.” Gaby merogoh ponselnya ketika berbunyi. Melihat kontak siapa yang muncul di layar ponselnya. “Risa kangen papa…” lirih bocah itu. Gaby menatap Risa. Hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala bocah itu. “Aunty angkat telepon dulu.” Gaby mengangkat teleponnya sebentar. D
Baca selengkapnya

Chapter 249

Pagi sekali, Gaby bangun dan menyiapkan sarapan. Ia akan pergi ke rumah Damian. Mengejutkan pria itu dengan membawa masakannya. Gaby pergi ke rumah Damian dengan ceria. “Diganti atau tidak?” Gaby bertanya-tanya. Terakhir kali pasword apartemen Damian itu adalah ulang tahunnya, semoga tidak diganti. Setelah menekan tombol sesuai dengan angka kelahirannya. Gaby masuk ke dalam. Semuanya sepi. Gelap. Akhirnya Gaby menyibak tirai. Namun alangkah terkejutnya, yang ditemukan adalah pakaian wanita yang berserakan… Gaby menatap ke arah pintu. Di sana, di rak ada sepatu dengan hak tinggi. Gaby berjalan ke arah pintu kamar Damian. Tepat di depan pintu, ia melihat pakaian dalam yang berserakan. Gaby terdiam di tempat. Tubuhnya terasa lemas di tempat. Jantungnya berdegup dengan kencang. Keringat dingin membanjiri keningnya. Tolong, beritahu Gaby bahwa semua ini adalah mimpi. Menyergap perselingkuhan tidak ada dalam list keinginannya. Tangan Gaby terulur menyentuh pintu. Namun
Baca selengkapnya

Chapter 250

Tamparan Gaby yang kuat membuat wanita itu sampai tersungkur ke lantai. Bahkan sudut bibir wanita itu sampai sobek. “Cukup babe..” Damian mengusap bahu Gaby pelan. “Cukup ya sayang..” Gaby menghempaskan tangan Damian yang berada di bahunya. “Tidak ada sayang-sayangan!” teriak Gaby. “Aku membencimu!” Damian menghela nafas. “Kau pergi!” tunjuknya pada wanita itu. Gaby merogoh dompetnya. Kemudian mendekati wanita itu. “Jalang kan?” tanyanya lagi. Wanita itu mengepalkan tangannya. “Ini untukmu!” menaruh gepokan uang merah itu ke dalam dada wanita itu. Setelah wanita itu pergi. Gaby mengacak rambutnya kasar. “Sayang aku bisa jelaskan..” Damian memohon dengan berusaha meraih tangan Gaby. “JELASKAN APA? JELASKAN KALAU KAU TIDUR DENGAN WANITA ITU? KAU TERNYATA YANG BERSELINGKUH DI BELAKANGKU!” teriak Gaby. Ia menggulung lengan kemejanya. “Mau aku pukul?” tanyanya. Damian menatap Gaby tajam. “Mau saling pukul?” pria itu kembali bertanya. “Kamu mau memukulku?”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
49
DMCA.com Protection Status