Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 191 - Bab 200

298 Bab

Chapter 191

Gaby tersenyum miring sebelum menggandeng lengan kakaknya. Gio menatap tangannya yang digandeng adiknya. “Kenapa tiba-tiba menggandengku?” Gaby tersenyum sembari mendongak. “Hanya ingin.” Mereka berdua memutuskan untuk menyapa kerabat mereka terlebih dahulu sebelum menikmati pesta. Gaby mengikuti kakaknya pergi ke manapun. Karena jujur saja ia tidak punya teman. Punya sebenarnya kalau dia mau berbasa-basi. Tapi ia tidak suka. Lebih baik mengikuti kakaknya. setidaknya jelas, dan tidak ada yang berani mengganggunya jika bersama Gio. Namun, Gaby menahan napasnya saat Gio berjabat tangan dengan seorang pria. Haven dan Gio saling berjabat tangan. Karena memang mereka saling mengenal dari bisnis. “Sudah lama aku tidak melihatmu,” ucap Haven. Gio mengangguk. “Aku jarang datang ke acara seperti ini.” Haven menatap Gaby yang berada di belakang tubuh Gio. Wanita itu menggunakan dress merah, sayang sekali Gaby tidak menggunakan dress pemberiannya. Wanita itu menggunakan dress lain
Baca selengkapnya

Chapter 192

“Kapan kamu lulus?” Haven meneguk minumannya sampai habis. Gaby mendongak. “Beberapa bulan lagi, aku belum tahu pasti.” “Bagaimana dengan nilai kamu?” tanya Haven. Gaby menggeleng pelan. Seperti dosen yang menanyai Ipk mahasiswanya. Gaby menunjukkan jempolnya. “Semuanya bagus. lihat saja nanti gelarku. Predikat apa yang aku raih.” Tangan Haven terulur ingin mengusap puncak kepala Gaby. Namun wanita itu buru-buru menjauh. “Jangan Haven! jangan!” Gaby menggeleng sembari menggerakkan jarinya. Haven menghela nafas dan mengambil minumnya kembali. Kesal! pasti. Marah? entahlah. Gaby tersenyum ketika ada beberapa pria yang mendekat. Bukan mendekatinya, melainkan mendekati Haven. Kesempatan itulah yang membuat Gaby menjauh secara perlahan. Sampai ia berada di pojok sembari memegangi gelasnya. Setelah menyusuri ruangan, kakaknya sudah tidak ada. Apa kakaknya itu pulang? Buru-buru Gaby keluar dari ruangan. Setelah berada di parkiran, Gaby baru saja melihat mobil
Baca selengkapnya

Chapter 193

Haven menoleh sambil menyipitkan mata. Akhirnya menarik Gaby dan kembali mencium bibir wanita itu. Gaby tersenyum—membalas setiap lumatan yang diberikan oleh Haven. “Aku merindukanmu.” Haven mengusap pinggang Gaby. Gaby mengangguk. “Aku tahu…” dengan dahi mereka yang menyatu. Haven mengusap bibir Gaby yang basah akibat ulahnya. Akhirnya tangannya mengangkat tubuh Gaby ke atas pangkuannya dan kembali mencium bibir wanita itu. Namun ditengah pangutan mereka yang kian panas, terdengar bunyi yang tidak asing. Haven melepaskan pangutan mereka. “Kamu lapar.” Gaby terkekeh pelan. “Iya.” “Ayo makan.” Haven tersenyum tipis. Tangannya mengusap dahi Gaby yang berkeringat. Gaby kembali ke tempat duduknya. Haven menjalankan mobilnya. Tujuannya hanya satu yaitu restoran yang menyajikan makanan lokal. “Kita ke mana?” tanya Gaby. “Ke restoran yang biasanya.” Gaby menggeleng. “Jangan, itu terlalu jauh. Aku tahu tempat makan yang enak. Dulu aku sering beli bersama kelurgaku.” Haven tid
Baca selengkapnya

Chapter 194

21++Membuka mata akibat sinar matahari yang masuk di sel-sela jendela. Gaby mengernyit. Ini tidak di apartemennya. Setelah menyadarkan dirinya. Ia baru menyadari bahwa sekarang berada di kamar Haven. Di mansion pria itu. Perutnya terasa berat—ketika menoleh, Gaby menemukan Haven yang memeluknya. Pria itu masih tidur dengan nyaman. Tubuh Gaby ditarik. Haven mengusap wajahnya di ceruk leher Gaby. “Ayo bangun.” Gaby mengusap helaian rambut Haven. “Bagaimana kalau hari ini jalan-jalan?” Haven masih menutup mata namun masih mendengarkan Gaby. “Mau ke mana?” “Ke mana saja. Ke pantai? Kalau kamu tidak sibuk.” Haven mengangguk. “Hm. Nanti, karena aku ingin bersamamu dulu.” memeluk tubuh Gaby seperti guling. Gaby menatap wajah Haven. “Bagaimana kamu bisa terlihat lebih mud dari usiamu?” Haven berdecih. “30 tahun itu belum tua, Gaby. Usia itu sedang matang-matangnya. Itu yang membuatku semakin tampan.” Gaby tertawa pelan. “Bilang padaku kamu perawatan di mana? Jangan-jangan oplas
Baca selengkapnya

Chapter 195

Gaby begitu riang menuju dapur. Nanti ia akan pergi ke pantai bersama Haven. Tapi karena pria itu sibuk, jadilah ia menyiapkan makan terlebih dahulu.Bukan dirinya sih, lebih tepatnya hanya membantu maid membawa makanan ke meja makan. Gaby memutari meja dan ingin memanggil Haven yang berada di ruang kerja. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara langkah dari belakang. Gaby memutar balikkan tubuhnya. Ia terkejut melihat seorang kakek tua yang berada di hadapannya. Bukan hanya Gaby, kakek tua itu juga terkejut!“Siapa?” tanya Gaby dan kakek itu bersama-sama. Kakek itu menatap Gaby dengan seksama. Dari atas hingga bawah. Kemudian menyipitkan mata. “Kamu simpanan Haven?” tanyanya. Gaby mengerjap. “Saya..” “Saya—” “Kenapa kakek ke sini?” tanya Haven mendekat. Pria itu menatap Gaby sebelum menatap kakeknya. “Kenapa tidak memberitahuku dulu sebelum kemari?” Oh ternyata, kakek tua itu adalah kakek Haven. Gaby sungguh tidak tahu. Ia tidak tahu wajah mantan pemimpin Edis
Baca selengkapnya

Chapter 196

Gaby menoleh ke samping. Tepatnya pada Haven. Menatapnya tajam dan siap menghunusnya dengan bambu runcing. Haven yang tidak sadar malah menambah kekesalan Gaby. Gaby akhirnya tersenyum pada kakek. “Kakek, saya boleh bertanya?” tanya Gaby. “Tanya saja nak. Apa yang ingin kamu tanyakan pada kakek?” balas kakek Haven ramah. “Jadi selama ini Haven menemui wanita-wanita pilihan kakek?” Kakek mengangguk. Padahal Haven sudah memberi kode pada kakeknya untuk tidak memberitahu Gaby tentang hal itu. Tapi kakeknya itu tidak sadar dan menjawab pertanyaan Gaby dengan antusias. “Iya, dia menemui semua daftar wanita pilihan kakek. Di Singapore… di Jepang…” “Tapi setiap pulang, katanya tidak cocok.” Kakek menghela nafas sembari menyeruput kopi. “Ternyata sudah punya kekasih. Tapi tidak mau memberitahu kakek.” Gaby mengangguk paham. “Di Singapore ya kek…” Haven menoleh—hendak meraih tangan Gaby. Baru saja mendekat—Gaby sudah menarik tangannya. Haven juga berusaha tersenyum agar Gaby lulu
Baca selengkapnya

Chapter 197

‘Aku tidak mau ke pantai. Aku mau pulang!’ Itu kalimat kemarahan Gaby. Dan pada akhirnya Haven mengantar Gaby kembali ke Apartemen. Sesampainya di parkiran Apartemen. Gaby hendak turun tanpa berbasa-basi karena masih sangat kesal pada Haven. Tapi pintu masih tertutup dan sengaja dikunci. Gaby menghela nafas. “Buka.” “Aku tidak akan membukanya sebelum kamu memaafkanku.” “Kamu tidak butuh maafku untuk apa menunggu maafku?” Haven meraih tangan Gaby namun Gaby menepisnya begitu saja. “Gaby… aku melakukannya agar hubungan kita tidak terkespos. Kamu tahu sendiri tadi bagaimana. kakek menyuruh kita segera menikah.” “Tapi kenapa tidak memberitahuku? Sengaja ingin berselingkuh dengan wanita-wanita itu?” tanya Gaby. “Di kafe, dengan aktris itu juga kamu bertemu dengannya karena dijodohkan kan?” Haven terdiam. Keterdiamannya itu dianggap Gaby sebagai jawaban iya. Gaby menggeleng pelan. “Aku membencimu Haven!” Haven menatap Gaby. “Aku melakukannya karena agar hubungan kita tidak te
Baca selengkapnya

Chapter 198

“Lepaskan aku.” Gaby menghempaskan tangan Haven dan memilih untuk pergi. Haven mengepalkan tangannya. Menatap punggung Gaby yang semakin menjauh. “Aku tidak akan melepaskanmu,” lirihnya. Sesampainya di kamar, Gaby menangis. Hubungannya dengan Haven memang tidak sehat. Setiap kali ada kebahagiaan, maka akan dibayar dengan rasa sakit yang melebihi kebahagiaan itu sendiri. Lantas apa yang harus ia lakukan selain mengakhiri saja hubungan ini. Gaby menoleh. melihat ponselnya yang berbunyi. Bukan dari Haven, melainkan orang tuanya. Gaby membiarkanny. Tapi orang tuanya terus meneleponnya. Akhirnya Gaby mengangkat panggilan video dari orang tuanya. “Kenapa wajah kamu?” tanya Aluna. “Kamu menangis ya?” Gaby terdiam. Muncul Ethan dari belakang Aluna. “Hei, itu menangis. kenapa menangis?” Gaby menggeleng. namun air matanya malah ingin mengalir dengan deras. Akhirnya Gaby malah menangis di hadapan orang tuanya. Untung saja orang tuanya diam saat ia menangis, orang tuanya memberin
Baca selengkapnya

Chapter 199

“Kau sudah putus?” tanya Gio. Belum sempat menjawabnya. Pintu apartemen berbunyi lagi. Gaby keluar. kini ia melihat satu buah paper bag yang berisi kue. “Bawa kembali pak.” “Tidak bisa, mbak. Saya harus mengantar ini pada anda.” “Kan sudah dibayar, saya gak mau dan lebih baik bapak ambil saja.” “Beneran mbak?” Gaby mengangguk. Setelah itu kembali dan menutup pintunya. Ia kembali ke dan duduk di kursi. Sedangkan kakaknya… malah memakan cokelat pemberian Haven. “Jangan dimakan.” Gaby melotot. Merebut cokelat itu dari tangan kakaknya. “Katanya sudah putus.” Gio menghela nafas. “Sudah putus tapi aku lagi ingin makan cokelat!” Gio bersindekap. “Kau berselingkuh?” Gaby menyipitkan mata. “Kau mengira aku yang berselingkuh? Memangnya sebajingan itu ya kak adikmu ini?” “Siapa tahu. Kau sendiri yang bilang gampang bosan dengan laki-laki.” Gaby bangkit. berjalan ke arah nakas. Mengambil satu vape di sana yang ia sembunyikan dari Haven. Kemudian menghisapnya da
Baca selengkapnya

Chapter 200

“Kak!” Gaby melebarkan matanya. Kakaknya tidak pernah main-main kalau sudah mode serius seperti ini. Apalagi kakaknya terlihat tidak suka dengan hubungannya bersama Haven. “Apa? Kau mau menunggu pria tidak jelas seperti itu?” tanya Gio. Gaby terdiam. Yang dikatakan kakaknya memang benar. Hubungannya dengan Haven memang tidak jelas. Jika diteruskan, tidak tahu ujungnya sampai di mana. “Akhiri hubunganmu dengannya.” Gio memandang adiknya. Raut wajahnya tegas, menandakan seriusnya ia sekarang. “Aku yang akan melindungimu dari dia. Jika dia berusaha mengusikmu, bilang padaku,” tegas Gio. Ketegasan yang hanya dimiliki oleh seorang kakak. Gio memandang Gaby lebih lama. “Aku menyayangimu Gab. Aku tidak mau kau terjebak dengan pria yang tidak jelas.” Gaby mengerucutkan bibirnya. “Aku baru saja bertemu dengan kakeknya. kakeknya ingin kita segera menikah.” “Lalu apa jawaban Haven?” Gaby terdiam. “Dia bilang kita belum siap dan menolak keinginan kakeknya.” Gio menggeleng. “Itu buk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
30
DMCA.com Protection Status