Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 181 - Bab 190

298 Bab

Chapter 181

Brak! Ponsel itu tergeletak di lantai begitu saja. Haven mengatur nafasnya agar lebih tenang. Berurusan dengan perempuan yang jauh lebih muda membuat energinya benar-benar terkuras. Haven menarik kerah lehernya—kemudian berkacak pinggang dan duduk di pinggiran mejanya. “Pertemuan anda 30 menit lagi,” Galang mengucapkannya dengan hati-hati. Ia juga mengambil ponsel Haven. Mengusapnya perlahan dan menggenggamnya. “Kau pernah berkencan dengan perempuan yang usianya jauh di bawahmu?” tanya Haven pergi ke depan sebuah cermin. Galang menggeleng. “Tidak. Aku hanya berkencan dengan perempuan usiaku.” Haven menghela nafas lagi. “Jangan coba-coba berkencan dengan perempuan yang jauh lebih muda karena akan sangat menguras energi.” “Aku dengar juga seperti itu..” Galang mengangguk. “Kita sebagai yang lebih tua akan lebih ngemong.” Haven berbalik. “Apa kau pikir aku bisa ngemong?” Galang menggeleng dengan ragu. “Sepertinya tidak.” “Emosimu…kemarahanmu…” Galang bedecak sa
Baca selengkapnya

Chapter 182

Telinga Haven terasa panas. “Aku tidak bisa.” Haven berdiri. Namun wanita itu malah mencekal pergelangan tangannya. “Beri aku kesempatan. oh bukan aku, tapi kita. Kita coba dulu jalani. Nanti kalau kau memang tidak suka denganku.” “Lepaskan.” Haven menatap tajam tangannya yang dipegang oleh wanita itu. Ada perasaan jijik yang tidak bisa diungkapkannya. Akhirnya wanita itu melepaskannya. Haven menarik tangannya dan berbalik. Namun ketika ia baru saja akan berjalan—ia malah mendapati seorang wanita yang baru saja masuk bersama beberapa orang. Gaby baru saja makan siang bersama rekan-rekannya di kantor. Sekaraang setelah makan mereka ingin nongki sebentar di kafe. Ada satu karyawan laki-laki yang begitu akrab dengannya. Axel membawakan tas Gaby, pria itu mencangklong tas Gaby di pundaknya seperti biasa. Gaby sempat terdiam saat baru saja masuk. Langkahnya terhenti saat melihat seorang pria yang bersama seorang wanita. “Kenapa berhenti Gab?” tanya Axel menyentuh b
Baca selengkapnya

Chapter 183

Gaby baru saja selesai mengerjakan tugasnya. Sebenarnaya bisa saja ia leha-leha menyerahkan semuanya pada pegawainya. Namun ia sekarang ia sebagai mahasiswa magang, maka ia juga harus mengerjakan tugas selayaknya magang. Gaby mengambil tasnya dan keluar. Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil berwarna hitam. Mobil jeep keluaran terbaru. Tak lama seorang pria keluar dari mobil tersebut. Gaby menahan napasnya sejenak ketika melihat Haven yang sudah berdiri di hadapannya. “Ayo pulang,” ucap Haven. Gaby menyipitkan mata. “Tidak marah?” tanyanya. Haven diam—ia mendekat namun Gaby mundur. “Jaga jarak aman!” “Kenapa?” “Bisa dilihat orang!” Gaby mengedarkan pandangannya. Takut ada orang yang melihat mereka. Pokoknya hubungan mereka harus tetap privat dan hanya orang terdekatnya saja yang tahu. “Aku tidak peduli.” Selangkah Haven mendekat. Namun dua langkah Gaby mundur. Haven melangkah cepat dan menggendong tubuh Gaby. “Haven!” pekik Gaby ketika sudah
Baca selengkapnya

Chapter 184

Haven berjalan sembari membuka jasnya. Gaby mengikuti pria itu dari belakang seperti anak kecil yang sedang mengikuti orang tuanya. Mereka tiba di ruang makan. Meja panjang itu sudah penuh dengan makanan. Gaby mengerjap. “Wow,” ucapnya kagum. Makanan lokal! Semuanya terisi makanan lokal dan itu adalah kesukaannya! “Makanan kesukaanmu bukan?” Haven meraih pinggang Gaby dari samping. Gaby mengangguk. “Duduklah dan makan.” Gaby mengambil duduk—ia kira Haven akan duduk di kursi tengah. Seperti yang dilakukan papanya di rumah. Tapi ternyata pria itu memilih duduk di sampingnya. “Makanlah jangan memandangiku.” Haven memasangkan sebuah kain di paha Gaby. Tingkahnya seperi seorang pangeran! Batin Gaby. Haven yang duduk dengan tenang. Makan dengan pelan dan berwibawa. Kenapa dirinya malah seperti bitch yang kelaparan. Gaby menggeleng pelan. Tidak peduli yang terpenting menjadi dirinya sendiri. “Ingin aku suapi?” tanya Haven. Uhuk! Gaby tersedak. “Pelan-pelan
Baca selengkapnya

Chapter 185

“Bagaimana kalau aku bilang aku juga tidak suka melihatmu bersama wanita lain?” tanya Gaby mengalunkan tangannya di leher Haven. “Aku akan menjauhinya. Karena aku juga tidak suka wanita-wanita di luar sana,” balas enteng Haven. Gaby menyipitkan mata. “Benarkah?” Haven mengusap pipi Gaby. “Aku juga tidak mudah suka dengan wanita. Sejauh ini hanya kau yang aku sukai.” Gaby sedikit tersanjung. Namun ia tetap menyembunyikannya, menahan senyumnya. Pokoknya jangan tersenyum. Jangan menunjukkan kalau dirinya gampang luluh. “Baiklah, kesepakatan kita jangan dekat-dekat dengan lawan jenis.” Gaby mengulurkan tangannya. Namun Haven mendekat dan mencium bibirnya. Setelah ciuman singkat itu, Haven mengusap puncak kepalanya. “Setuju.” Haven mengusap pipi Gaby. “Jangan membantahku.” Gaby mendekat—mengecup rahang Haven dengan berani. “Jangan bersikap kasar padaku.” “Itu hukumanmu jika kamu membantahku.” Haven menatap Gaby dengan matanya yang penuh dengan kilatan tajam. “Ta
Baca selengkapnya

Chapter 186

21++Haven menggendong Gaby. Dengan pangutan di bibir mereka yang belum terputus. Haven membawa Gaby memasuki sebuah kamar. Kamar yang didominasi warna hitam. Dengan hati-hati Haven menurunkan tubuh Gaby di ranjang. Ia mengukung tubuh Gaby. Sebelum kembali mencium bibir wanita itu. Mengusap pelan dahi Gaby dan mencium dari wanita itu. “Kamu cantik.” Gaby tersenyum di tengah ciuman mereka. Jemarinya yang lentik membuka kancing kemeja Haven. Mengusap otot-otot yang tercetak di perut pria itu. Haven menunduk—mengecup leher Gaby. Memberinya hisapan dan gigitan keci di sana. “Kamu suka perutku?” bisik Haven. Gaby mengangguk. Haven mengusap tangan Gaby yang berada di perutnya. “Semuanya milikmu.” Gaby mengalunkan kedua tangannya saat pria itu berhasil membuka seluruh pakaiannya. Haven menunduk—mengecup dan menghisap buah dada Gaby dengan lembut. Benar-benar pelan dan penuh kelembutan. Gaby merasa benar-benar diratukan. Selayaknya kekasih yang sedang memadu cinta. Jemari H
Baca selengkapnya

Chapter 187

Ketika membuka mata pertama kali. Yang dilihat Gaby adalah wajah tampan Haven yang begitu dekat dengan wajahnya. Pria itu masih tidur dengan lelap. Tangan Gaby terangkat mengusap alis tebal pria itu. “Sudah bangun?” suara serak Haven. Masih menutup mata—namun tangannya menarik tangan Gaby dan dikecupnya pelan. Gaby tersenyum. “Ayo bangun.” Haven menggeleng pelan. “Tidak.” “Kamu bisa terlambat.” Gaby mengusap pelan rambut Haven pelan. “Aku hanya ingin bersamamu.” Menarik Gaby ke dalam pelukannya. Gaby mendongak. “Aku ingin memasak.” “Jangan menyusahkan dirimu. Ada maid yang sudah memasak. Kita tinggal makan,” suara serak Haven yang bisa didengar oleh Gaby. Gaby mengerucutkan bibirnya. “Bilang saja tidak mau memakan masakanku, pasti kau tidak mau kan?” Haven menghela nafas. “Jangan mencari masalah baby girl. Kita sudah berbaikan tadi malam.” “Tapi aku suka cari masalah denganmu.” Gaby tertawa pelan. Haven mendongak—menatap Gaby yang tidak merasa bersalah sama sekali. “Be
Baca selengkapnya

Chapter 188

Haven terdiam bukannya ingin menolak keinginan Gaby. Melainkan tidak fokus karena Gaby yang begitu cantik di matanya. Wajah cerah dan natural perempuan itu seolah menghipnotis. “Tidak boleh?” tanya Gaby pada Haven. Haven mengangguk. “Boleh my baby girl.” Gaby mengerjap. Ia panik! Ia kira Haven tidak memperbolehkannya. Karena untuk membeli satu pabrik minimal milyaran. Tapi dengan mudah pria ini menyetujuinya saja. “Aku hanya bercanda.” Gaby mengembalikan black card itu. Melepaskan diri dari kungkungan Haven. “Bye!” mengecup pelan pipi Haven. Karena ia hendak pergi ke kamar mandi. Haven menarik pinggang Gaby hingga wanita itu tidak bisa kabur darinya. “Mau ke mana Baby Girl?” tanya Haven dengan senyum miring. “Kau akan kabur setelah mempermainkanku?” tanyanya. Gaby menghela nafas. “Aku tidak mempermainkanmu.” “Aku tidak mau kamu menganggurkan kartu ini begitu saja.” Haven menaruh kartu itu di atas telapak tangan Gaby. “Pakai kartu ini untuk berbelanja
Baca selengkapnya

Chapter 189

Haven masuk ke dalam kantor dengan senyum tipis. Jarang sekali bisa tersenyum seperti itu. Sebuah keajaiban. Sampai ia masuk ke dalam ruangannya. Ia menatap sebuh punggung seorang kakek. “Kenapa kakek di sini? Kenapa lagi kek?” tanya Haven memasukkan kedua tangannya di dalam saku. “Tidak sopan kamu!” kakek membalikkan tubuhnya. “Sudah banyak menemui wanita tapi kenapa semuanya kamu tolak?” tanya kakek dengan marah. Haven menghela nafas. “Sudah Haven katakan. Haven tidak berminat menjalin hubungn serius dengan wanita.” “Mau sampai kapan Haven?” tanya kakeknya. “Kamu mau jadi bujangan sampi tua? Perusahaan butuh pewaris asal kamu tahu. Bagaimana nanti jika kamu tidak punya keturunan, mau dibawa ke mana perusahaan?” kakek mendekat. “Haven akan menikah saat sudah waktunya. Tapi sekarang, Haven masih ingin sendiri dan mengurus perusahaan.” Pria itu terlihat frustasi dengan ucapan cucunya. Untung saja cucu satu-satunya. Jadi, hanya Haven yang bisa diandalkan olehnya. “Kamu…”
Baca selengkapnya

Chapter 190

Datang ke sebuah acara sebagai perwakilan orang tua mereka yang sedang berlibur. Hanya sebuah acara formalitas dari saudara jauh mereka yang menikah. Mereka adalah pemilik Zea air. Tentu saja Gaby tidak datang sendiri, karena bersama kakaknya tercinta. “Kak, coba sedikit saja tersenyum.” Gaby menoel pipi kakaknya dari samping. “Coba tersenyum.” Gio hanya menatap adikny itu datar. “Pantas saja tidak ada wanita yang tertarik denganmu. Karena kau terlalu datar, tidak punya ekspresi.Gio menghela nafas. Giorgino Hendra Winston, pria tampan berusia 28 tahun. Pewaris utama Winston Corp. pria yang terkenal dingin dan pelit ekspresi. Entah apa yang menjadikannya seperti itu. Yang pasti, banyak wanita yang tergila-gila dengannya. Selain karena kaya, karena parasnya yang juga tampan sekali. Mewarisi ketampanan dan kecantikan ibu dan ayahnya. Giorgino bahkan pernah masuk ke dalam pria tampan yang berpengaruh. “Ngomong kak, ngomong.” Gabriella berdecak. “Masa mau diem-dieman.” Gio
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
30
DMCA.com Protection Status