Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 171 - Bab 180

298 Bab

Chapter 171

Setelah 7 hari di Singapore akhirnya Haven pulang juga. Bukan karena lelah bekerja, tapi lebih ke lelah karena harus bertemu dengan wanita yang dijodohkan dengannya. Semuanya membosankan. Semua wanita itu langsung jatuh ke dalam pesonanya. Dan akhirnya memintanya untuk menikah. Sial! Haven tidak ingin bertemu dengan para wanita lagi. “Ada beberapa wanita yang harus anda temu lagi saat sudah kembali.” Galang membuka tablet. “Yang jelas. Beberapa itu bisa jadi banyak.” Haven berjalan lebih dulu. Sedangkan di belakang Galang bertugas membawa koper-kopernya. Bisa dibayangkan betapa susahnya keadaan Galang, sudah membawa tablet malah membawa koper juga. Belum lagi menghadapi Haven seperti Singat. “Ada sekitar 10..” lirih Galang. Haven berhenti. “Sialan,” umpatnya dengan keras. “Aku tida peduli.” Mengambil kunci kemudian berjalan lebih dulu mendahului Galang. Tujuannya hanya satu. Yaitu ke klub untuk menemui miliknya yang telah berkeliaran terlalu lama. Tidak
Baca selengkapnya

Chapter 172

Haven tidak sabar dan kembali mencium Gaby meskipun mereka berada di lorong klub. Keputusan Haven adalah membawa Gaby untuk ke kamar klub yang berada di lantai teratas. Setelah masuk ke dalam kamar. Haven merobek dress sialan itu! dress yang menarik mata lelaki untuk memandang Gaby. Gaby hanya pasrah. Di bawah pengaruh alkohol ia juga menikmati dan justru bertindak aktif. Haven menjelahi tubuh Gaby. Dengan sekali tarikan bra hitam yang digunakan Gaby sudah terjatuh di lantai. Haven mengurung tubuh Gaby di tembok. Ia menunduk dan mencium bibir wanita itu kembali. “Haven..” lirih Gaby. Haven menunduk—memberikan tanda kepemilikan di leher Gaby. Jemarinya dengan mengusap buah dada Gaby yang sudah tidak terbungkus kain apapun. Mengusapnya dan meremasnya perlahan hingga membuat Gaby melenguh secara tidak sadar. Gaby pasrah! Tubuhnya pasrah dan menikmati setiap sentuhan Haven. Haven semakin menunduk dan menghisap dada Gaby. Memainkan puncak dada wanita itu dengan lid
Baca selengkapnya

Chapter 173

Haven mengangkat tubuh Gaby ke atas kasur. Ia mengukung tubuh wanita itu di bawahnya. “Please Haven..” pinta Gaby. Haven tersenyum miring. “Apa yang kamu inginkan sayang?” “Touch me..give me your dick!” “Nanti setelah aku menghukummu.” Jemari Haven mengusap bibir Gaby yang membengkak akibat ulahnya. “Selama 7 hari kamu tidak pernah mematuhi perintahku.” Jemari Haven mencengkram buah dada Gaby. Meremasnya dengan kuat hingga membuat Gaby menjerit tertahan. Mencubit puncak yang berwarna pink itu dengan gemas. Haven tersenyum miring. “Terima hukumanmu sayangku.” Haven menunduk—kembali menghisap buah dada wanita itu sebelum melesakkan miliknya ke dalam sana. “Ahh!” Gaby merasakan junior Haven masuk dengan kasar ke dalam miliknya. Haven menghentakkan miliknya semakin dalam memenuhi milik Gaby. “Ahh Haven pelan-pelan aah ahh!” desahan Gaby yang semakin terdengar kala Haven bergerak dengan kasar. Haven sengaja! Haven sengaja untuk menghukum wanita itu. Tubuh Gaby
Baca selengkapnya

Chapter 174

Terbangun dengan tubuh yang benar-benar remuk. Gaby menoleh ke samping. Didapatinya sebuah punggung lebar seorang pria. Ia mencoba mengingat kembali tadi malam. Ia bercinta dengan Haven. Dan pria itu menyiksanya semalaman!Tubuh Haven yang bergerak membuat Gaby melotot panik. Belum sempat ia berpura-pura kembali tidur—tubuhnya ditarik oleh tangan pria itu. “Kau sudah bangun?” tanya Haven mengusap dahi Gaby dengan mata yang masih terpejam. “Tidak. Aku sudah mati.” Haven terkekeh pelan. “Masih ingin membatantahku hm?” Gaby mendadak menciut. Hukuman yang Haven berikan menyiksa meskipun pada akhirnya ia juga menikmati. Tapi sungguh melelahkan. Ia tidak suka pokoknya!Haven menarik pinggang Gaby hingga tubuh mereka saling menempel kembali. “Ingin dihukum lagi?” Haven membuka mata. Kedua bola matanya yang tajam menatap Gaby dengan intens. Gaby menggeleng pelan. “Darimana kamu? kenapa tiba-tiba datang dan tidak memberitahuku dulu?” “Karena aku ingin memberimu kejutan.” Haven ter
Baca selengkapnya

Chapter 175

Bayangkan saja, pergi ke taman bermain bukanlah tempat kencan yang Gaby inginkan. Tapi si Haven ini malah mengajaknya ke taman bermain. “Aku tidak suka ke tempat seperti ini..” lirih Gaby ketika mereka sampai. “Kenapa?” Haven mengernyit. “Penuh dengan orang-orang. Aku tidak suka. Lagipula harus mengantri dulu untuk naik wahana. Aku paling tidak suka…” Gaby menghela nafas lelah.” Haven turun dari mobil. Membuka pintu mobil untuk Gaby. Setelah itu menarik perempuan itu keluar dari mobil. Mengajaknya masuk—Haven berhasil membawa Gaby masuk meski wanita itu mengeluh. Gaby menatap sekeliling. Taman ini begitu sepi. Ia melihat ponselnya. benar kok hari ini hari weekend dan seharusnya taman itu sedang ramai-ramainya. “Kok sepi?” Haven hanya mengedikkan bahu. Gaby membuka kacamata hitamnya. “Jangan bilang kamu menyewa taman bermain ini?” tanyanya dengan mata yang melebar. Haven mengangguk. Gaby menutup mulutnya tidak percaya. “Sungguh?” Haven mengusap puncak
Baca selengkapnya

Chapter 176

“Akh!” Haven melotot sambil berpegang pada tangan Gaby. Haven menghela nafas dan melihat sekeliling. Saat ini mereka berada di bianglala dan mereka berada di atas. Gaby hanya tertawa melihat Haven yang ketakutan. “Mama pernah cerita, Papa dulu juga ketakutan. Seperti kamu saat ini.” Gaby tertawa karena Haven yang semakin kencang memeluk lengannya. “Aku hanya kawatir.” Haven tersenyum kaku. Gaby mengangguk saja. Ia melihat langit yang berwaran keunguan. “Mama bilang, kencan pertama bersama Papa di Bianglala adalah momen yang terbaik. Waktu itu aku tidak percaya, tapi aku merasakannya sendiri.” Gaby menatap Haven. “Melihat sunset di atas bianglala ternyata seru juga.” Haven mengusap rambut belakang Gaby. “Kamu terlihat sangat menyayangi mereka.” “Tentu saja. apalagi mendengar perjuangan mereka sebelum aku ada.” Gaby menoleh. “Mereka melalui hari-hari yang sulit sebelum akhirnya menikah, apalagi kak Gio yang sejak kecil harus terpisah dari Papa.” Haven mengernyit. “Aku tidak te
Baca selengkapnya

Chapter 177

Setelah menaiki wahana, Gaby ingin berhenti dulu di sebuah kafe yang berada di dalam taman bermain. Membeli satu es krim dan satu cake yang cantik. “Waah…” Gaby begitu senang ketika pesananannya datang. Namun setelah melihat pesanan Haven ia mendesah kasar. “Kopi lagi kopi lagi..” keluhnya. Haven yang suka meminum kopi pahit tanpa gula. “Aku mengurangi makanan manis,” balas Haven. Gaby memakan es krimnya. “Cobalah, sedikit saja.” menyuapi Haven. Haven jelas menolaknya. Pria itu menggeleng dan menjauh. Gaby berdecak. “Enak loh…” sebal sekali menatap Haven yang menolaknya. Haven menunduk. “Kamu sungguh aku ingin makan?” Gaby mengangguk. “Cobalah.” Menyodorkan cake dan es krimnya. “Waktu kecil aku tidak boleh makan banyak-banyak karena gigiku yang bolong. Tapi sekarang aku tidak peduli,” ucap Gaby. Haven tertawa pelan. “Makan dulu. Aku akan memakannya nanti.” Gaby menyipitkan maka curiga. Curiga kalau Haven mengingkari janji. Baiklah kalau tidak mau makan. Ia akan menghab
Baca selengkapnya

Chapter 178

Uang memang bisa membeli apapun. Dengan uang, Haven menyuruh karyawan yang berada di kafe pergi. Namun Haven sengaja tidak akan memberitahu Gaby. Ia tersenyum miring melihat wajah Gaby yang cemas. “Haven.. lakukan di tempat lain.” Gaby tidak bisa mencegah tangan Haven yang masuk ke dalam dressnya. Apalagi jemari pria itu telah lancang mengusap miliknya. “Ahh!” Gaby mendongak. Sial! Ia sendiri lupa diri jika seperti ini. Apalagi bibir pria itu menghisap buah dadanya dengan rakus. Sedangkan tangan pria itu memasuki miliknya yang sudah basah. Gaby hanya mengusap kepala Haven. Sedangkan bibirnya ini tidak bisa berhenti mendesah. “Haven ahh!” Gaby menggeleng ketika pria itu dengan mudah merobek dress mininya. “Jangan dirobek..” “Aku belikan yang lebih mahal dan lebih bagus,” bisik Haven tepat di samping leher Gaby. “Aku takut ada yang mendengar kita..” Gaby menekan kepala Haven. “Ah..Haven..” lirihnya. Lidah pria itu membelai puncak dadanya dengan
Baca selengkapnya

Chapter 179

Gaby pasrah—justru menikmatinya meski merasa sedikit sakit dengan permainan kasar mereka. Haven meremas dengan kasar buah dada Gaby yang menggantung indah. “Haven..” Gaby menoleh ke belakang. “Belum saatnya babe..” Haven melepaskan miliknya. Ia memutar tubuh Gaby hingga mereka berhadapan. Mengangkat salah satu kaki Gaby dan memasukkan juniornya kembali ke dalam lubang milik Gaby. “Ahh!” Gaby mencengkram erat bahu Haven. “Bagaimana jika aahh!” tubuhnya terbentur beberapa kali dengan keras. “Akh! Sakit!” Haven tidak memedulikan teriakan Gaby. “Haven pela-pelan aahh!” kakinya terasa seperti jeli. Ia bahkan tidak bisa berdiri jika pinggangnya tidak dipegang oleh Haven. “Aku tidak bisa!” Haven mengusap dada Gaby kembali. Ia masih menggerakkan juniornya masuk dan keluar. “Haven aku ahh…” Tubuh Gaby bergetar seiring dengan kecepatan Haven yang semakin bertambah. Haven mempercepat gerakannya dan membiarkan Gaby menjemput kenikmatan. Tubuh Gaby bergetar. Dengan nafas
Baca selengkapnya

Chapter 180

Kemarin Haven mengantarnya pulang. sebelum itu, pria itu memberinya sebuah buket yang begitu besar. Buket itu terbuat dari uang dollar. Gaby tidak tahu persis berapa jumlah uang yang ada di buket itu. Bukan hanya buket. Pagi-pagi sekali ada paket yang tiba-tiba datang. Saat ia membukanya, ternyata sebuah tas dari brand mewah yang jumlahnya terbatas. Sudah pasti harganya juga sangat mahal. “Apa sogokan lagi?” Gaby menghela nafas dan melempar tas itu ke kasurnya. “Sugar baby?” tanya Gaby pada dirinya yang menatap cermin. Tidak membutuhkan uang dari Haven!Gaby bahkan bisa membeli pabrik pembuatan tas itu jika mau. Bagaimana kalau Gaby ingin hubungan yang sehat antara dirinya dengan Haven. Bagaimana jika dirinya ingin hubungan ini dijalani dengan serius.Ini namanya kemakan omongan sendiri!Padahal dari awal dirinya yang ingin menjalin hubungan dengan pria dominan. Tapi setelah dijalani malah membuatnya tidak nyaman. Haven yang berkuasa dan berhak atas apapun tentang dirinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
30
DMCA.com Protection Status