แชร์

Chapter 177

ผู้แต่ง: Iamyourhappy
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-10-29 19:42:56

Setelah menaiki wahana, Gaby ingin berhenti dulu di sebuah kafe yang berada di dalam taman bermain.

Membeli satu es krim dan satu cake yang cantik.

“Waah…” Gaby begitu senang ketika pesananannya datang.

Namun setelah melihat pesanan Haven ia mendesah kasar.

“Kopi lagi kopi lagi..” keluhnya.

Haven yang suka meminum kopi pahit tanpa gula.

“Aku mengurangi makanan manis,” balas Haven.

Gaby memakan es krimnya. “Cobalah, sedikit saja.” menyuapi Haven.

Haven jelas menolaknya. Pria itu menggeleng dan menjauh.

Gaby berdecak. “Enak loh…” sebal sekali menatap Haven yang menolaknya.

Haven menunduk. “Kamu sungguh aku ingin makan?”

Gaby mengangguk. “Cobalah.” Menyodorkan cake dan es krimnya.

“Waktu kecil aku tidak boleh makan banyak-banyak karena gigiku yang bolong. Tapi sekarang aku tidak peduli,” ucap Gaby.

Haven tertawa pelan.

“Makan dulu. Aku akan memakannya nanti.”

Gaby menyipitkan maka curiga. Curiga kalau Haven mengingkari janji.

Baiklah kalau tidak mau makan. Ia akan menghab
บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 178

    Uang memang bisa membeli apapun. Dengan uang, Haven menyuruh karyawan yang berada di kafe pergi. Namun Haven sengaja tidak akan memberitahu Gaby. Ia tersenyum miring melihat wajah Gaby yang cemas. “Haven.. lakukan di tempat lain.” Gaby tidak bisa mencegah tangan Haven yang masuk ke dalam dressnya. Apalagi jemari pria itu telah lancang mengusap miliknya. “Ahh!” Gaby mendongak. Sial! Ia sendiri lupa diri jika seperti ini. Apalagi bibir pria itu menghisap buah dadanya dengan rakus. Sedangkan tangan pria itu memasuki miliknya yang sudah basah. Gaby hanya mengusap kepala Haven. Sedangkan bibirnya ini tidak bisa berhenti mendesah. “Haven ahh!” Gaby menggeleng ketika pria itu dengan mudah merobek dress mininya. “Jangan dirobek..” “Aku belikan yang lebih mahal dan lebih bagus,” bisik Haven tepat di samping leher Gaby. “Aku takut ada yang mendengar kita..” Gaby menekan kepala Haven. “Ah..Haven..” lirihnya. Lidah pria itu membelai puncak dadanya dengan

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 179

    Gaby pasrah—justru menikmatinya meski merasa sedikit sakit dengan permainan kasar mereka. Haven meremas dengan kasar buah dada Gaby yang menggantung indah. “Haven..” Gaby menoleh ke belakang. “Belum saatnya babe..” Haven melepaskan miliknya. Ia memutar tubuh Gaby hingga mereka berhadapan. Mengangkat salah satu kaki Gaby dan memasukkan juniornya kembali ke dalam lubang milik Gaby. “Ahh!” Gaby mencengkram erat bahu Haven. “Bagaimana jika aahh!” tubuhnya terbentur beberapa kali dengan keras. “Akh! Sakit!” Haven tidak memedulikan teriakan Gaby. “Haven pela-pelan aahh!” kakinya terasa seperti jeli. Ia bahkan tidak bisa berdiri jika pinggangnya tidak dipegang oleh Haven. “Aku tidak bisa!” Haven mengusap dada Gaby kembali. Ia masih menggerakkan juniornya masuk dan keluar. “Haven aku ahh…” Tubuh Gaby bergetar seiring dengan kecepatan Haven yang semakin bertambah. Haven mempercepat gerakannya dan membiarkan Gaby menjemput kenikmatan. Tubuh Gaby bergetar. Dengan nafas

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 180

    Kemarin Haven mengantarnya pulang. sebelum itu, pria itu memberinya sebuah buket yang begitu besar. Buket itu terbuat dari uang dollar. Gaby tidak tahu persis berapa jumlah uang yang ada di buket itu. Bukan hanya buket. Pagi-pagi sekali ada paket yang tiba-tiba datang. Saat ia membukanya, ternyata sebuah tas dari brand mewah yang jumlahnya terbatas. Sudah pasti harganya juga sangat mahal. “Apa sogokan lagi?” Gaby menghela nafas dan melempar tas itu ke kasurnya. “Sugar baby?” tanya Gaby pada dirinya yang menatap cermin. Tidak membutuhkan uang dari Haven!Gaby bahkan bisa membeli pabrik pembuatan tas itu jika mau. Bagaimana kalau Gaby ingin hubungan yang sehat antara dirinya dengan Haven. Bagaimana jika dirinya ingin hubungan ini dijalani dengan serius.Ini namanya kemakan omongan sendiri!Padahal dari awal dirinya yang ingin menjalin hubungan dengan pria dominan. Tapi setelah dijalani malah membuatnya tidak nyaman. Haven yang berkuasa dan berhak atas apapun tentang dirinya.

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 181

    Brak! Ponsel itu tergeletak di lantai begitu saja. Haven mengatur nafasnya agar lebih tenang. Berurusan dengan perempuan yang jauh lebih muda membuat energinya benar-benar terkuras. Haven menarik kerah lehernya—kemudian berkacak pinggang dan duduk di pinggiran mejanya. “Pertemuan anda 30 menit lagi,” Galang mengucapkannya dengan hati-hati. Ia juga mengambil ponsel Haven. Mengusapnya perlahan dan menggenggamnya. “Kau pernah berkencan dengan perempuan yang usianya jauh di bawahmu?” tanya Haven pergi ke depan sebuah cermin. Galang menggeleng. “Tidak. Aku hanya berkencan dengan perempuan usiaku.” Haven menghela nafas lagi. “Jangan coba-coba berkencan dengan perempuan yang jauh lebih muda karena akan sangat menguras energi.” “Aku dengar juga seperti itu..” Galang mengangguk. “Kita sebagai yang lebih tua akan lebih ngemong.” Haven berbalik. “Apa kau pikir aku bisa ngemong?” Galang menggeleng dengan ragu. “Sepertinya tidak.” “Emosimu…kemarahanmu…” Galang bedecak sa

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 182

    Telinga Haven terasa panas. “Aku tidak bisa.” Haven berdiri. Namun wanita itu malah mencekal pergelangan tangannya. “Beri aku kesempatan. oh bukan aku, tapi kita. Kita coba dulu jalani. Nanti kalau kau memang tidak suka denganku.” “Lepaskan.” Haven menatap tajam tangannya yang dipegang oleh wanita itu. Ada perasaan jijik yang tidak bisa diungkapkannya. Akhirnya wanita itu melepaskannya. Haven menarik tangannya dan berbalik. Namun ketika ia baru saja akan berjalan—ia malah mendapati seorang wanita yang baru saja masuk bersama beberapa orang. Gaby baru saja makan siang bersama rekan-rekannya di kantor. Sekaraang setelah makan mereka ingin nongki sebentar di kafe. Ada satu karyawan laki-laki yang begitu akrab dengannya. Axel membawakan tas Gaby, pria itu mencangklong tas Gaby di pundaknya seperti biasa. Gaby sempat terdiam saat baru saja masuk. Langkahnya terhenti saat melihat seorang pria yang bersama seorang wanita. “Kenapa berhenti Gab?” tanya Axel menyentuh b

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 183

    Gaby baru saja selesai mengerjakan tugasnya. Sebenarnaya bisa saja ia leha-leha menyerahkan semuanya pada pegawainya. Namun ia sekarang ia sebagai mahasiswa magang, maka ia juga harus mengerjakan tugas selayaknya magang. Gaby mengambil tasnya dan keluar. Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil berwarna hitam. Mobil jeep keluaran terbaru. Tak lama seorang pria keluar dari mobil tersebut. Gaby menahan napasnya sejenak ketika melihat Haven yang sudah berdiri di hadapannya. “Ayo pulang,” ucap Haven. Gaby menyipitkan mata. “Tidak marah?” tanyanya. Haven diam—ia mendekat namun Gaby mundur. “Jaga jarak aman!” “Kenapa?” “Bisa dilihat orang!” Gaby mengedarkan pandangannya. Takut ada orang yang melihat mereka. Pokoknya hubungan mereka harus tetap privat dan hanya orang terdekatnya saja yang tahu. “Aku tidak peduli.” Selangkah Haven mendekat. Namun dua langkah Gaby mundur. Haven melangkah cepat dan menggendong tubuh Gaby. “Haven!” pekik Gaby ketika sudah

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 184

    Haven berjalan sembari membuka jasnya. Gaby mengikuti pria itu dari belakang seperti anak kecil yang sedang mengikuti orang tuanya. Mereka tiba di ruang makan. Meja panjang itu sudah penuh dengan makanan. Gaby mengerjap. “Wow,” ucapnya kagum. Makanan lokal! Semuanya terisi makanan lokal dan itu adalah kesukaannya! “Makanan kesukaanmu bukan?” Haven meraih pinggang Gaby dari samping. Gaby mengangguk. “Duduklah dan makan.” Gaby mengambil duduk—ia kira Haven akan duduk di kursi tengah. Seperti yang dilakukan papanya di rumah. Tapi ternyata pria itu memilih duduk di sampingnya. “Makanlah jangan memandangiku.” Haven memasangkan sebuah kain di paha Gaby. Tingkahnya seperi seorang pangeran! Batin Gaby. Haven yang duduk dengan tenang. Makan dengan pelan dan berwibawa. Kenapa dirinya malah seperti bitch yang kelaparan. Gaby menggeleng pelan. Tidak peduli yang terpenting menjadi dirinya sendiri. “Ingin aku suapi?” tanya Haven. Uhuk! Gaby tersedak. “Pelan-pelan

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 185

    “Bagaimana kalau aku bilang aku juga tidak suka melihatmu bersama wanita lain?” tanya Gaby mengalunkan tangannya di leher Haven. “Aku akan menjauhinya. Karena aku juga tidak suka wanita-wanita di luar sana,” balas enteng Haven. Gaby menyipitkan mata. “Benarkah?” Haven mengusap pipi Gaby. “Aku juga tidak mudah suka dengan wanita. Sejauh ini hanya kau yang aku sukai.” Gaby sedikit tersanjung. Namun ia tetap menyembunyikannya, menahan senyumnya. Pokoknya jangan tersenyum. Jangan menunjukkan kalau dirinya gampang luluh. “Baiklah, kesepakatan kita jangan dekat-dekat dengan lawan jenis.” Gaby mengulurkan tangannya. Namun Haven mendekat dan mencium bibirnya. Setelah ciuman singkat itu, Haven mengusap puncak kepalanya. “Setuju.” Haven mengusap pipi Gaby. “Jangan membantahku.” Gaby mendekat—mengecup rahang Haven dengan berani. “Jangan bersikap kasar padaku.” “Itu hukumanmu jika kamu membantahku.” Haven menatap Gaby dengan matanya yang penuh dengan kilatan tajam. “Ta

บทล่าสุด

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 477

    Gio berada di dalam ruangan Agatha. Alat-alat medis itu tertancap di tubuh Agatha. Gio pun menggunakan pakaian khusus saat berada di dalam sana. Gio mengusap punggung tangan Agatha. “Banyak yang menyayangimu.” Gio menunduk. “Kau harus bangun…” Tidak ada pergerakan. Tubuh Agatha seakan kaku. Seperti mayat hidup. Gio mengecup beberapa kali punggung tangan Agatha. “Agatha…” lirih Gio. “Jangan tinggalkan aku.” Gio memejamkan mata. satu tetes air matanya keluar. Gio cepat-cepat mengusapnya. Takutnya Agatha melihatnya. “Aku mencintaimu.” Gio berdiri—mengecup dahi Agatha. “Aku mencintaimu. Dari dulu sampai sekarang. Dan tidak akan pernah berubah.” Gio tersenyum tipis. “Jangan lama-lama tidurnya.” Tangannya mengusap pipi Agatha pelan. Ia berhenti sampai ada bunyi dering ponselnya. Gio menjauh—merogoh saku celananya dan mengangkat siapa yang meneleponnya. “Kami sudah menangkapnya, Sir. Kami sudah membawa dia ke tempat yang anda inginkan.” “Aku akan ke sana.” Gio

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 476

    “Apa anda tahu siapa yang bertanggung jawab atas keamanan di rumah kakak ipar Agatha?” tanya Gio di sambungan telepon. Ia sedang melakukan panggilan dengan pak Rudi. Pak Rudi tidak datang menjenguk Agatha. karena Gio melarangnya, ia menyuruh pak Rudi untuk bersembunyi dan melindungi diri sendiri. Ia takut jika mereka menyakiti orang-orang yang membantu Agatha. “Iya aku tahu. Aku dan Agatha yang mengaturnya.” Gio berkacak pinggang. “Pastikan semua orang-orang yang menjaga di rumah itu semua berpihak pada Agatha. Jessika bilang, dia curiga pada ibu mertuanya.” “Bukankah mereka masih satu rumah?” “Iya. Aku akan mengaturnya,” balas Pak Rudi. “Kalau memang berbahaya. Aku akan menyiapkan tempat untuk mereka tinggal.” “Saya pastikan dulu, Sir. Nanti saya akan mengabari anda. Saya juga takut jika orang-orang itu mencelakai Jessika dan anak-anaknya.” Setelah itu Gio menutup sambungan telepon itu. Ia kembali memusatkan perhatiannya pada Anton yang kini sedang memilih es kr

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 475

    Agatha mengalami koma. Kecelakaan itu berat. membuat hampir seluruh tubuh Agatha terluka. Gio berada di luar ruangan Agatha. menatap perempuan itu dari sebuah kaca. Gio berkacak pinggang. Menyalahkan diri sendiri karena tidak menangkap penjahat itu. seharusnya ia membawa penjahat itu, mengurungnya… Bukan malah menyerahkan pada polisi. Sehingga tahanan itu kabur. Gio mengangkat sambungan telepon. “Aku tidak mau tahu. Malam ini bajingan itu harus ketemu. Bawa bajingan itu ke tempat yang sudah aku kirimkan padamu.” “Baik sir. Saat ini anak buah saya masih mengejar pria itu.” Gio menutup sambungan teleponnya dan melihat Agatha sebentar sebelum duduk. Gio menunduk—mengusap wajahnya kasar. ada tangan mungil yang memberikannya sebuah es krim. Gio mengangkat kepalanya. menatap seorang anak laki-laki. Anak itu tersenyum. “Uncle jangan menangis.” bocah itu berbicara dengan jelas. Dilihat dari postur tubuhnya memang sudah besar, tapi masih terlihat anak kecil. “Bagaimana keadaan Ag

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 474

    Agatha keluar dari rumah sakit. Setelah memastikan Gio beristirahat dengan tenang. Agatha berhenti pada sebuah cermin. Menatap lehernya yang memerah. Merogoh sebuah syal yang berada di tasnya. Kemudian melingkarnnya di lehernya. Bibirnya mengembangkan senyuman. Masih tergambar dengan jelas ciuman mereka tadi. Saling memangut dan meluapkan rasa rindu. Agatha kembali berjalan dan menaiki mobil untuk pulang. Di sepanjang perjalanan Agatha tidak berhenti melamun. Ada banyak yang ia pikirkan. Meski ia sudah menjadi pemimpin…. Ada banyak hal yang belum ia selesaikan. Mencari pelaku yang membunuh ayah dan kakaknya. Mencari pelaku sebenarnya yang menyerang Gio. Mencari pelaku yang berusaha membunuhnya juga. Lalu… Pikirannya juga penuh memikirkan hubungannya dengan Gio setelah ini. Ia hampir mencapai tujuannya. Yang artinya perjanjian mereka akan segera berakhir. Lantas, jika berakhir. apakah hubungannya dengan Gio juga akan berakhir begitu saja. Seharusnya

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 473

    “Bagaiamana keadaanmu.” Agatha menatap Gio. “Aku baik-baik saja. tapi aku harus kembali ke rumah sakit.” Gio mengambil tangan Agatha dan menggenggamnya. “Kau ikut denganku.” Agatha berhenti. “Aku tidak bisa bersamamu dulu.” “Aku tidak bisa menerimanya.” Gio tetap menggandeng tangan Agatha. Tapi Agatha tetap kekeh dengan ucapannya yang ia katakan pada keluarga Gio. “Tidak, Gio. Aku tidak bisa…” Agatha mendongak. “Aku akan menemuimu sampai keadaan benar-benar aman.” Gio menghela napas. “Sampai kapan?” “Besok? Lusa? Bulan depan?” tanya Gio. Agatha terdiam. karena dirinya sendiri juga tidak tahu. Tapi setidaknya sampai kekuasaan benar berada di dalam genggamannya. Sampai orang-orang yang mencelekainya ditangkap. “Aduh…” Gio memegang perutnya. “Bagaimana ini… perutku..” Gio menyipitkan mata. “Anda harus ke rumah sakit segera Sir..” dokter mendekat. ia juga khawatir dengan keadaan Gio. Namun diam-diam Gio memberi petunjuk bahwa ia sedang berpura-pura. “Adu duh..”

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 472

    Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 471

    “Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 470

    “maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 469

    “Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c

DMCA.com Protection Status