Semua Bab Dihina Pengangguran Tak Berdaya, Ternyata Suamiku Kaya Raya: Bab 61 - Bab 70

229 Bab

BAB ENAM PULUH SATU

Rafael dan Sita berhenti di pintu dapur. Memandang keadaan dapur yang kacau balau bak baru saja terjadi pertempuran di sana. Yang berteriak tadi adalah Hermawan tapi yang meringis kesakitan malah Heni. Perempuan itu terduduk di lantai dengan wajah berkerut menahan sakit.Sementara adonan kue dan peralatan kue tampak berceceran di lantai. Yang lebih mengejutkan adalah keberadaan Nadine yang turut bercoreng tepung di wajah. "Kalian lagi ngadain perang tepung?" Sita mengubah pertanyaannya. Yang tadinya takut terjadi apa-apa pada sang ayah, kini beralih menyoroti TKP yang berantakan."Ibumu terpeleset, jadi adonannya tumpah. Lihat," kata Hermawan sambil membantu Heni berdiri lalu duduk di kursi. Sita dan Rafael kompak melongok ke lantai dan benar saja, lantai licin dengan tiga loyang penuh adonan yang terbalik."Dan kamu ngapain pulang tidak bilang-bilang?" Cecar Rafael pada Nadine yang tidak biasanya jam segitu sudah ada di rumah."Tidak enak bahu, senut-senut makanya minta pulang," kata
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH DUA

Nadine tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, sungguh-sungguh tidak tahu. Setelah bertemu Paramita, wanita itu kembali bekerja. Sampai makan siang selesai semua masih berjalan biasa. Hingga setelah itu dia mendadak dipanggil ke kantor HRD. Di mana Nadine dihadapkan dengan setumpuk dokumen yang membuat dirinya menegang."Semua buktinya valid, Bu. Kami bahkan bisa melihatnya masuk ke rekening Ibu."Tangan Nadine gemetar, meraih berkas di atas meja. Satu dokumen berisi bukti transfer ke rekeningnya dengan nominal yang besar. "Tapi saya tidak pernah menerima dana apapun dari siapa pun. Dan orang ini, saya tidak mengenalnya.""Ibu tidak tahu dia siapa?" Nadine menggeleng. Sebaris nama yang disebut oleh kepala HRD sama sekali tidak dikenal oleh Nadine. Jangankan kenal, tahu nama itu eksis saja tidak. Nadine dibuat kelimpungan, kenapa sistem yang dia buat justru balik menyerangnya. Dia tidak merasa melakukan semua itu, tapi seluruh bukti menudingnya.Terlebih sistem yang baru sepenuhnya ada
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH TIGA

"Mereka jadi merealisasikan rencana mendepak Nadine keluar kantor?" Rion bertanya pada Sandy. Keduanya ada di kafe tempat Sita bekerja."Aku yang mengusulkan sebenarnya. Sebentar lagi giliranmu," balas Sandy enteng. Terdengar helaan napas dari arah Rion. Benar sekali kata Sandy, tak lama lagi gilirannya tiba."Mungkin dia juga memutuskan akan kembali. Tapi tidak sepenuhnya. Tuan Besar kemarin mengalami serangan jantung. Meski masih serangan pertama, tetap saja keadaannnya akan menimbulkan konflik internal. Kita tahu, mereka berdua masih bertikai soal posisi Max.""Kau masih memanggilnya begitu?" Sandy tampak tersenyum meledek pada Rion."Aku benci sebenarnya padanya. Masak aku dipanggil Sol, Sol. Dia pikir aku sol sepatu apa?" Gerutu Rion kesal. Tawa Sandy meledak mendengar curhatan Rion soal nama."Kamu masih mending. Istrinya manggil aku Sandy Nayoan, spesies lah, amfibi lah, dia pikir aku jebolan Ragunan kali." Rion menggetarkan tawa. Tidak menyangka jika pasangan suami istri itu b
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH EMPAT

David sungguh tak percaya kalau Nadine akan dihempas begitu saja oleh Eva. Benak David langsung menuduh Eva biang kerok dipecatnya Nadine dengan tidak hormat. Lelaki itu baru tahu pagi ini, setelah beberapa hari berada di kantor pusat. Mereka bahkan sedang mendiskusikan sistem Nadine yang baru diterapkan, dan nyatanya menunjukkan efektivitas luar biasa dalam pekerjaan mereka.Namun setelah kembali, dia justru dihadapkan pada satu kenyataan, kalau si pencetus ide aslinya sudah dibuang, dengan ide Nadine kini berada di bawah nama Eva. Dasar culas, penjilat, licik. David terus memaki dalam hati selama kakinya diayunkan menuju ruangan Eva. Oh salah, David harusnya mendamprat Handoyo lebih dulu. Otak di balik semua kejadian ini, pasti ada sangkut pautnya dengan pria itu.Sudut bibir David terangkat, dia menemukan sasaran empuk untuk dia gunakan sebagai pelampiasan. "Apaan sih, bege!" Sandy berteriak kencang ketika David main keplak kepalanya."Kenapa elu gak belain dia?" Cecar David marah.
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH LIMA

David mengepalkan tangan melihat kemunculan Rafael di hadapannya. Tatapan lelaki itu tajam penuh peringatan, sama tiap kali mereka berhadapan. "Aku hanya ingin membantu," balas David."Dia tidak perlu pertolonganmu. Begitu waktunya tiba, Nadine akan kembali bekerja. Aku pastikan itu." Kalimat yang Rafael ucapkan memang selalu menusuk. Seolah tak ingin memberi kesempatan pada David untuk masuk dalam kehidupan Nadine."Sombong! Memang apa yang bisa kau lakukan. Kau hanya kurir pengganti," hina David.Sudut bibir Rafael terangkat, "Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh kurir pengganti ini. Kau akan terkejut nanti." Rafael menepuk pelan bahu David. Untuk kemudian masuk ke dalam rumah."Oh, satu lagi. Jangan ganggu istriku lagi. Anda paham?" Pintu menutup, meninggalkan David yang menggeram marah. "Lihat saja nanti. Kau akan memohon maaf padaku." Gumam David, melajukan mobilnya dengan emosi memenuhi kepala.Dari dalam rumah, Rafael sempat mengintip mobil David menjauhi rumahnya. Dia teri
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH ENAM

"Hai." Sita mengangkat wajahnya yang sejak tadi sibuk membersihkan area kasir tempatnya bekerja. Wajah wanita itu berubah dingin dan datar, membuat Sandy membatin, adik ipar dan kakak ipar satu setelan pabrik."Kafe belum buka, masih sepuluh menit lagi," balas Sita ketus. "Aku juga tahu," jawab Sandy enteng. Sita lantas menegakkan posisi tubuhnya. Benar-benar waspada menghadapi Sandy."Lalu Anda mau apa?" Sita bertanya to the poin."Duh, adik Nadine galak bener." Sita mengerutkan dahi mendengar lelaki di depannya menyebut nama kakaknya."Kenal kakakku?""Ya, kenallah. Dia teman kerja di kantor lama. Sebelum dipecat," cibir Sandy."Anda tahu kakak saya dipecat karena hal yang tidak dia lakukan, dan Anda membiarkannya. Padahal dia teman Anda," cecar Sita. Sandy sesaat melongo, tak pernah menyangka Sita yang terlihat rapuh beberapa waktu lalu, kini bisa bersuara begitu pedas."Bukan begitu, Ta. Itu bukan ranahku." Sita mengerjap cepat. Bagaimana pria di hadapannya tahu namanya. Apa san
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH TUJUH

"Dia ingin kembali sebagai pengendali di balik layar. Hanya keluar saat diperlukan." Asisten Tuan Atma memberi tahu detail keinginan sang cucu. "Selain itu dia ingin nyonya Paramita yang mewakili dirinya dalam tiap pertemuan dengan klien atau meeting, dengan Rion sebagai pendampingnya juga satu asisten pribadi yang sudah direkrut oleh Tuan Muda," lanjut pria itu. Sudut bibir Tuan Atma tertarik. Semua keputusan memang masih berada di tangannya, sebelum sang pewaris kembali sepenuhnya. "Dia masih mau main kucing-kucingan ternyata," komen lelaki itu. "Dia belum mau kembali, tapi tahu kalau keadaan akan bertambah genting jika dia tidak segera bertindak. Menunjukkan eksistensi meski hanya lewat mamanya. Ahh, pasti di rumah mewah itu sedang ada perang besar," tambah Tuan Atma. Tuan Atma baru meletakkan cangkir teh yang diminumnya ketika pintu ruangan kerja diketuk. Lelaki sepuh itu menegakkan tubuhnya ketika putra sulungnya sudah berada di depannya. "Apa ayah akan meluluskan permintaan
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH DELAPAN

Bola mata Nadine menatap seorang pria yang duduk di sebuah kursi di balik meja kayu jati berpelitur mewah. Dengan warna coklat mengkilat. "Selamat pagi, Bu Nadine. Kenalkan saya Solrion Ananta. Saya rekan kerja Anda mulai saat ini."Detik setelahnya Nadine terperanjat, "Tung-tunggu dulu. Bukannya saya ke sini mau interview. Ini kenapa langsung diterima."Sudut bibir Rion tertarik. "Ibu kurang teliti membaca email kami kalau begitu. Tidak ada interview, kami mengundang Anda untuk bekerja di kantor kami. Dengan jabatan asisten pribadi CEO."Mulut Nadine menganga, tapi wanita itu buru-buru membekapnya. Dengan wajah sungkan Nadine berucap, "Maaf saya terkejut. Sangat terkejut. Tapi saya ingin menanyakan alasan kantor ini mempekerjakan saya. Saya tidak perlu menutupinya, karena saya juga tidak mau menipu Anda sekalian.""Soal Anda yang diberhentikan dengan tidak hormat di kantor lama? Anda meragukan penilaian kantor kami?"Nadine makin gelagapan atas pertanyaan Rion. Dari ruangan sebelah
Baca selengkapnya

BAB ENAM PULUH SEMBILAN

"Selamat siang Tuan Arya. Saya hanya sedang mampir ingin bertemu Rion, tapi sepertinya dia sibuk." Sandy berupaya bersikap setenang mungkin. Rafael di samping Sandy, berdiri kaku dengan tangan terkepal. Untungnya Arya tidak terlalu peduli padanya. Menilik sikap sombong Arya, lelaki itu jelas tidak akan melihat seseorang yang berpenampilan sederhana seperti dirinya. Bagi lelaki itu, status seseorang lebih penting dari segalanya. Harga dirimu diukur berdasar seberapa kaya dirimu, seberapa berpengaruh dirimu, dan seberapa banyak koneksimu. Jika kamu memilikinya, niscaya Arya akan terus menempel padamu."Kalian masih sering bertemu rupanya." Terselip nada ejekan dalam kalimat Arya. Sandy menyunggingkan senyum."Kami berteman, tulus tanpa embel-embel apapun," sahut Sandy datar."Kalau dia jadi kere, paling nanti juga kau tinggalkan," sarkas Arya tanpa basa basi."Jika keadaannya begitu, sudah lama kami tidak bersahabat. Karena di sini, posisi kere adalah milik saya. Permisi." Sandy masuk
Baca selengkapnya

BAB TUJUH PULUH

Rafael menatap wajah ayu yang kini menunduk sembari memandang nisan sang kakak. "Maafkan aku, Max. Maaf, aku tidak pernah menyangka kalau pertengkaran kami akan membawanya pergi.""Sebenarnya apa yang kalian ributkan saat itu?" Rafael memicing, mencoba mencari tahu kejadian yang sebenarnya. Dan pertanyaan Rafael sukses membuat gadis itu diam. Bahkan isak lirih yang sejak tadi terdengar, kini hilang."Melani, kita teman. Sejak hari itu aku tidak pernah ingin tahu apa yang terjadi. Tapi sekarang berbeda. Aku ingin tahu detailnya." Suara Rafael terdengar tegas, penuh penekanan.Wanita yang dipanggil Melani itu tidak menjawab. Bola matanya kembali berkaca-kaca. Memori itu terlalu menyakitkan untuknya. Apalagi sebagian orang menyalahkan dirinya. Tidak tahukah mereka, Melani perlu dibawa ke psikiater setelah kematian kakak Rafael. Berada dalam pengawasan ketat ahli kejiwaan selama lebih dari dua tahun."Aku minta putus, kamu tahu kan kita berbeda. Aku tidak pantas untuk kakakmu," balas Mela
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status