Share

BAB ENAM PULUH SATU

Rafael dan Sita berhenti di pintu dapur. Memandang keadaan dapur yang kacau balau bak baru saja terjadi pertempuran di sana. Yang berteriak tadi adalah Hermawan tapi yang meringis kesakitan malah Heni. Perempuan itu terduduk di lantai dengan wajah berkerut menahan sakit.

Sementara adonan kue dan peralatan kue tampak berceceran di lantai. Yang lebih mengejutkan adalah keberadaan Nadine yang turut bercoreng tepung di wajah. "Kalian lagi ngadain perang tepung?" Sita mengubah pertanyaannya. Yang tadinya takut terjadi apa-apa pada sang ayah, kini beralih menyoroti TKP yang berantakan.

"Ibumu terpeleset, jadi adonannya tumpah. Lihat," kata Hermawan sambil membantu Heni berdiri lalu duduk di kursi. Sita dan Rafael kompak melongok ke lantai dan benar saja, lantai licin dengan tiga loyang penuh adonan yang terbalik.

"Dan kamu ngapain pulang tidak bilang-bilang?" Cecar Rafael pada Nadine yang tidak biasanya jam segitu sudah ada di rumah.

"Tidak enak bahu, senut-senut makanya minta pulang," kata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status