Share

BAB TUJUH PULUH

Rafael menatap wajah ayu yang kini menunduk sembari memandang nisan sang kakak. "Maafkan aku, Max. Maaf, aku tidak pernah menyangka kalau pertengkaran kami akan membawanya pergi."

"Sebenarnya apa yang kalian ributkan saat itu?" Rafael memicing, mencoba mencari tahu kejadian yang sebenarnya. Dan pertanyaan Rafael sukses membuat gadis itu diam. Bahkan isak lirih yang sejak tadi terdengar, kini hilang.

"Melani, kita teman. Sejak hari itu aku tidak pernah ingin tahu apa yang terjadi. Tapi sekarang berbeda. Aku ingin tahu detailnya." Suara Rafael terdengar tegas, penuh penekanan.

Wanita yang dipanggil Melani itu tidak menjawab. Bola matanya kembali berkaca-kaca. Memori itu terlalu menyakitkan untuknya. Apalagi sebagian orang menyalahkan dirinya. Tidak tahukah mereka, Melani perlu dibawa ke psikiater setelah kematian kakak Rafael. Berada dalam pengawasan ketat ahli kejiwaan selama lebih dari dua tahun.

"Aku minta putus, kamu tahu kan kita berbeda. Aku tidak pantas untuk kakakmu," balas Mela
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status