Beranda / Horor / Jerat Pemikat / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Jerat Pemikat: Bab 91 - Bab 100

122 Bab

2-16

..Aku pun menuju ke rumah Paman Hamzah. Tapi, rumah Paman begitu sepi. Aku baru ingat jika Bibi Nurul sedang ada di rumah sakit dan aku juga belum sempat ke sana. Jadinya, aku pun tak tahu mereka gimana kabarnya. Kuputuskan pulang saja, lalu menemui Asma nanti jika dia sudah memberi tahu di mana sekarang.Bapak terlihat sedang duduk di depan rumah dengan Mamak. Keduanya masih seperti orang pacaran saja, padahal umur sudah tak lagi muda. Namira juga terlihat sibuk mencoret coret kertas, pasti mendalami hasil dari belajarnya bersama mamak.“Assalamualaikum,” salamku lesu.“Waalaikumsalam. Anak Mamak sudah pulang, sini,” ucap mamak menepuk bangku kosong di sebelahnya.“Mak, Bibi Nurul sama Paman Hamzah belum pulang ya? Tadi ke sana sepi,” tanyaku.“Belum, kan mereka dirujuk ke Bogor kota ujung saja.” Bapak menyahutiku.“Loh, kok jauh?” tanyaku kaget.“Ya karena sakitnya parah. Asma juga terancam gagal kuliah, ini Bapak sama Mamak mau niatan menikahkan kamu dengan Asma, biar mereka nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya

2-17

Kenapa dia ada di sini?Aku pun berjalan keluar, lalu hendak menemui Marimar yang tiba tiba datang ke rumahku dalam keadaan kacau. Mata merah, rambut berantakan dan badannya basah. Dia memakai baju sekolah, bahkan aku heran melihatnya dalam kondisi seperti itu. Apakah itu hantu Marimar atau bagaimana?Aku membuka pintu kamar dan berjalan ke depan. Aku hendak membuka pintu. Suara petir menggelegar dan spontan kembali dikejutkan dengan matinya lampu. Namun, saat aku membuka pintu Marimar yang tadi ada di sisi jendela kini ada di depanku.“Mar, kamu kok ada di sini malam malam? Ada apa dengan kamu? Ini kamu atau hantumu?” tanyaku dengan nada yang lumayan dibuat berani, padahal hati mah udah komat kamit baca ayat ayat suci. Aku berusaha tak takut, dia temanku sendiri. Mungkin dia menemuiku malam malam untuk mengatakan sesuatu.Tangannya mengkode agar aku mengikutinya. Tapi ini sudah malam, aku tak mungkin mengikuti hantu yang jelas jelas sudah beda alam denganku.“Tolong aku, Gilang ….”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya

2-18

Aku menjadi imam di surau ini. Surau dan masjid memang berbeda. Bedanya, surau itu kecil dan masjid itu besar. Surau biasanya ada di lingkup kecil, sedangkan Masjid biasanya digunakan untuk sholat jum’at dan lain lain. Letak srau tak jauh, hanya berjalan beberapa meter saja sudah sampai. “Besok Gilang mau ke surau lagi lah, senang rasanya kalau ke surau pagi pagi. Udaranya masih seger, juga gak harus rebutan mik sama pak haji,” kekehku. “Bukan karena kamu jadi imamnya tadi?” tanya Bapak.“Itu termasuk,” jawabku.Pak Haji tadi terlambat datang, katanya mules dan harus buang hajat dahulu. Daripada kelamaan nunggu, Bapak haji memintaku maju. Padahal, pinter dan sholeh Bapak daripada aku bapak malah mengusulkan aku maju. Begitulah Bapak, suka sekali membuat anaknya ini percaya diri. Sesampainya di rumah, aku melihat ponsel yang tadi hendak aku tengok. Saat aku nyalakan, ternyata tak bisa. Aku pun lupa belum di charge dan aku mencolokan dalam stopkontak dan meninggalkan ponsel itu sampa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-29
Baca selengkapnya

2-19

..“Paman, Bibi bangun.”Aku memanggil Paman dan menunjuk Bibi yang tampak sedih saat menatap padaku. Aku bahagia sekali, tapi Paman Hamzah malah menunjukan raut sebaliknya. Pun Asma yang langsung mendekat padaku. Mereka malah terlihat sangat sedih. “Jangan bercanda, Gilang! Ini gak lucu,” ucap Asma menyingkirkan tubuhku dan mendekat pada Bibi.“Umi,” panggil Asma. “Gilang, kamu melihat sesuatu pada Bibi Nurul?” tanya Paman Hamzah.“Bibi tadi bangun kok, Paman,” ucapku.Aku memang melihat Bibi sedih tadi. Bahkan, dia seperti ingin mengusap Asma. Aku pun mengucek mataku, lalu kembali melihat. “Loh, kok nggak bangun?”“Kamu ini, bikin Paman dan Asma jantungan saja. Kalian berdua di sini, Paman akan ke ruangan Dokter dulu. Semoga tanda tanda kamu tadi bukan tanda buruk untuk Uminya Asma. Kamu itu kayak bapakmu, ucapannya bikin deg degan.”Paman Hamzah pergi, tinggalah aku dan Asma. Aku melihat Bibi yang memang masih terpejam, padahal tadi udah bangun. Tapi, apa iya bibi nggak bangun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-29
Baca selengkapnya

2-20

“Titip Asma, Gilang.”Bibi mengucapkan hal itu lalu aku merasa beliau bangun dan keluar dari ruangan. Aku pun mengikutinya dan kaget saat teriakan Asma terdengar menggema.“Umi …”Aku menengok pada Asma dan melihat Bibi Nurul masih ada di sana dengan kondisi masih terbaring. Jika Bibi masih di sana, lalu tadi siapa? Mungkinkah ...Aku cukup shock saat kembali mendekat dan Bibi Nurul dinyatakan sudah tiada. Penyakit yang terlambat ditangani itu membuat Bibi Nurul meninggal dunia, tepatnya hari jum’at ini jam 11 siang. Aku pun membantu menguatkan Asma dan berharap dia bisa sabar dengan semuanya.Jenazah akan dikebumikan selepas kepengurusan di rumah sakit ini selesai. Aku mengabarkan kedua orangtuaku kabar duka ini dan mereka bilang akan mengurus persiapan pemakaman di sana. Setelah izin membawa jenazah disetujui rumah sakit, jam 4 sore akhirnya kami semua pulang ke desa. Kami pulang menggunakan ambulans. Aku mendampingi Asma, menguatkan Asma dan ingin dia juga tidak meratap. Bagaiman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-03
Baca selengkapnya

2-21

..Masih dalam suasana duka, para tamu pun masih banyak yang datang dan menginap di pesantren. Mamak dan Bapak membantu menyambut mereka karena keluarga Bibi memang besar, apalagi dari Abah yang katanya dari Jawa Timur. Asma juga kedatangan banyak sanak saudara sehingga belum bisa aku mengajaknya bicara masalah hal lain. Sepertinya masalah Marimar akan aku tanyakan lain waktu.“Gilang sama Namira pulang dulu gak apa apa, Mak? Gilang udah dua hari gak pulang ini. Mau mandi dan salin di rumah,” ucapku.“Mandi gak mandi sama saja kamu, Lang,” kekeh Pak Yai.“Ya kan pengin pulang, besok ke sini lagi selepas kuliah.”“Nggak nungguin Mamak?” “Mamak gak pulang lagi kan?” tanyaku setelah dua hari kami menginap di rumah Asma.“Tamu dari Bojonegoro baru pulang, ini yang dari Ampel baru sampai. Palingga nggak, besok malam baru pulang.”“Ya sudah, Gilang sama Namira saja yang pulang. Mamak nanti selepas tahlilan aja, ya?”“Nggak nunggu tahlilan selesai, Lang?” tanya Paman Hamzah.“Gilang harus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-03
Baca selengkapnya

2-22

..“Loh, Mamak udah balik? Tadi katanya malam?” tanyaku.“Mamak mau ajak kamu, Gilang,” ucap Mamak berdiri di depan pintu sambil tersenyum padaku.“Ngapain, Mak? Kan Mamak ada pekerjaan di rumah Paman Hamzah. Mamak ke sana aja, aku sama Namira di sini.”“Bang!” Panggilan Namira membuatku menengok, lalu melihat dia yang berlari langsung ke arahku.“Apa sih?”“Mamak balik?” Namira terlihat bingung, aku pun menengok kembali ke pintu dan ada Mamak berdiri di sana.“Mana, Bang?” tanyanya.“Apanya?” tanyaku.“Mamak. Tadi Abang bilang, Mamak balik.”“Lah ini?”Namira nampak mencarinya. “Kenapa?” tanyaku bingung yang dia balik malah memelukku.“Abang pasti liat hantu,” ucap Namira ada ada saja.Adikku memang tahu kalau aku suka aneh. Dia bahkan langsung menutup pintu dan tidak boleh aku melihat ke arah sana.“Di sana ada hantu pasti, Mamak malah nanti kalau Abang ngeyel. Nggak boleh, Bang. Nanti dilukyah lagi, Namila sendilian lagi di lumah.”Aku tersenyum. Mungkin benar, tadi itu hantu mam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-07
Baca selengkapnya

2-23

"Mana bisa? Gue udah sama Asma. Jalan aja, udah tinggal berapa langkah juga.”“Malas, panas,” keluhnya.“Ya udah, kamu sama Noval aja, Lang. Aku jalan kaki,” ucap Asma yang turun dari jok motor dan tersenyum padaku.“Eh … jangan! Udah naik, Noval biar olah raga jalan kaki. Laki laki kok kepanasan takut,” ucapku yang menarik Asma dan mengajaknya naik lagi. “Semangat, Bro. Di depan sana ada bakul es, kalau haus beli aja. Atau mimi susu perawan. Enak,” kekehku.Asma mencubitku dan Noval tersenyum lalu menendang ban motorku yang sudah melaju. Aku pun langsung terkekeh dan membelokkan mobilku ke kampus.Bab 23“Astaga!” pekikku saat turun dan melepas helm, melihat bayangan hitam di balik pohon beringin di halaman parkir. Sosok itu terlihat marah, lalu matanya penuh dengan darah dan tak bisa aku kenali. Aku mencoba mendekat, melihat dengan jelas dari dekat.“Lang!” Asma mengagetkan aku dan menyusulku ke pohon beringin itu. “Ngapain sih?”“Tadi ada cewek, di sini.”Asma celingukan, lalu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-07
Baca selengkapnya

2-24

..bab 24“Nggak apa apa, nggak usah cari ribut.”Asma ini aneh, aku tolongin malah dia kayak marah. Padahal jelas jelas tadi dia mau dilecehkan. Kami kembali ke lapangan, saat ketua BEM kembali lirikannya begitu tajam kepada kami. Aku pun akan membuat pengaduan atas dirinya. Enak aja, ini nggak bisa dibiarkan.Selesai tugas hari ini, aku niatnya mau menemui pengurus kampus. Kenapa orang seperti Arga ini dibiarkan memimpin membimbing para mahasiswa baru. Kelakuan aja begitu, wajar kalau kampusnya sepi dan nggak banyak para calon siswa baru.“Ikut gue,” ajakku pada Asma dan Bima.“Ada apa?”“Ketemu ketua dan pimpinan kampus di sini. Gue mau melapor si Arga itu.”“Udah lah, Lang. Jangan diperpanjang, kita pulang aja yuk!” ajak Asma.“Asma, kita nggak bisa diam aja kalau ada pemimpin yang kelakuannya kek gitu. Bukan bener kita sekolah, tapi makin hancur dunia perkuliahan. Sekolah bukan makin rame, makin sepi yang ada. Yuk!”“Duh, gue ketinggalan cerita nih. Ada apa?” tanya Bima.“Lang,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-08
Baca selengkapnya

2-25

Bab 25“Dia juga minta tolong gue lewat mimpi, Lang. Kayaknya memang dia nggak beres meninggalnya. Gue sempat jengukin dia ke rumah sakit saat itu, dia cuma nangis dan bilang minta maaf doang. Gue pikir, pas kabar meninggal itu kek firasat nih. Nggak tahu, gimana bisa meninggal kita pun nggak tahu.”“Gimana kalau kita ke sana?” tanyaku.“Ke mana?”“Ke rumah Marimar.”“Jangan sekarang, udah sore dan gue juga kudu bantuin saudara yang ada di rumah buat tahlilan. Lain waktu saja. Lagian, ini juga bukan kabar baru. Dia kan meninggal udah hampir sebulan berutanya.”“Oya? Noval yang kasih tahunya kemarin.”“DIa nggak uptodate mungkin. Tapi, kok dia bisa tahu ya?”“Nah, ini yang bikin penasaran. Gue pengin tahu aja cerita aslinya. Kalau Noval tahu, pasti ini ada hal yang kita semua nggak boleh tahu.”Asma pun mengedikkan bahu dan berdiri. Dia membayar makanan kami dan menyeretku keluar dari tempat makan.“Jangan coba coba ngurusin kasus kayak gitu, Lang, Ingat, lo pernah berteman sama hal ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status