..“Paman, Bibi bangun.”Aku memanggil Paman dan menunjuk Bibi yang tampak sedih saat menatap padaku. Aku bahagia sekali, tapi Paman Hamzah malah menunjukan raut sebaliknya. Pun Asma yang langsung mendekat padaku. Mereka malah terlihat sangat sedih. “Jangan bercanda, Gilang! Ini gak lucu,” ucap Asma menyingkirkan tubuhku dan mendekat pada Bibi.“Umi,” panggil Asma. “Gilang, kamu melihat sesuatu pada Bibi Nurul?” tanya Paman Hamzah.“Bibi tadi bangun kok, Paman,” ucapku.Aku memang melihat Bibi sedih tadi. Bahkan, dia seperti ingin mengusap Asma. Aku pun mengucek mataku, lalu kembali melihat. “Loh, kok nggak bangun?”“Kamu ini, bikin Paman dan Asma jantungan saja. Kalian berdua di sini, Paman akan ke ruangan Dokter dulu. Semoga tanda tanda kamu tadi bukan tanda buruk untuk Uminya Asma. Kamu itu kayak bapakmu, ucapannya bikin deg degan.”Paman Hamzah pergi, tinggalah aku dan Asma. Aku melihat Bibi yang memang masih terpejam, padahal tadi udah bangun. Tapi, apa iya bibi nggak bangun
Read more