Beranda / Horor / Jerat Pemikat / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Jerat Pemikat: Bab 81 - Bab 90

122 Bab

2-5

Setelah Bima kecelakaan, geng kami jadi jarang melakukan konvoi seperti biasa. Mereka memilih melupakan kejadian mistis itu dan sibuk dengan planing masa depan masing masing. Nasihatku tentang apa yang terjadi pada Bima ternyata berguna juga. Aku menelpon Asma dan mengatakan akan datang ke sana untuk sama sama ke sekolah. Tentu mengambil surat guna mendaftar kuliah yang sudah kami lakukan secara online saat itu dan tinggal melengkapi dengan surat yang baru datang ke sekolah.“Lama banget sih?” sungutnya.“Maklum, bujang,” kekehku.“Apa hubungannya coba?”“Hubungan kita? Mungkin teman tapi halal civokan,” jawabku yang spontan membuat Asma menggeplak kepalaku. Dasar cewek. Kesal dikit, tabok sana tabok sini. DIkira kepala ini darbuka hadroh apa.Sepanjang perjalanan Asma mengoceh. Entah ngomong apa, suaranya dengan suara angin sama saja. Nggak jelas dan nggak penting. Sekilas hanya membahas tentang keanehan ibunya yang katanya jadi pendiam akhir akhir ini.“Emak elo salah cari tempat ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya

2-6

Bab 6Sepulang dari sekolah, kita mampir ke rumah sakit. Bima sudah dinyatakan siuman dan sudah bisa diajak bicara setelah berhari hari jadi mumi. Ternyata ucapanku dengan Sekar–si hantu centil itu berhasil. Dia tak jadi membawa Bima dan kembali ke dunianya yang dibilang asri itu.“Semalam sebelum aku siuman, aku mimpi aneh sekali, Gil,” ucap Bima.“Nggak mimpi basah kan? Kalau mimpi basah mah enak, bukan aneh,” jawabku asal. Kedua orangtua Bima tersenyum dan menjauh dari kami/“Bicara sama nih manusia satu, nggak akan mungkin bisa bikin waras. yang ada tambah stres,” omel Asma padaku dan Bima hanya tersenyum saja.“Tapi serius, ini tuh kayak … kematian yang tertunda.”“Mungkin belum jodoh sama malaikatnya,” jawabku.“Serius, Gil. Gue kek di tempat yang rame gitu, gue cari cari keluarga gue. Gue nggak kenal tempatnya karena memang asing. Tapi yang gue liat, semua manusia dan gue kenal mereka. Pas gue panggilan nyokap bokap gue, nggak ada yang denger padahal itu mereka. Terus, pas kete
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-17
Baca selengkapnya

2-7

..“Apa sih?” tanya Asma saat aku berhenti di depan rumahnya tapi aku bengong saja. Dia menepuk pundakku dengan keras.“Ah, gue lupa.”Cup!Aku mengecup pipi Asma dan langsung menyalakan mesin motor dan pergi. Aku lihat dia yang sangat kesal sampai melempar batu kerikil ke arahku. Aku tersenyum dan terus melajukan motorku dengan kecepatan cukup pelan. Tentu karena jarak rumah yang sudah tak begitu jauh dan hanya tinggal beberapa meter lagi.Melewati jembatan bambu, aku menengok ke arah cermin. Seperti biasa, cewek setengah gila yang selalu iseng menumpang itu kini ada di belakangku. Aku pun sengaja langsung menarik gas motor dan sedikit jumping hingga si hantu sok cantik itu menghilang.Hantu pun takut digeber, kekehku dalam hati. Aku menengok ke atas, ada awan gelap yang berputar seperti angin yang mengikuti langkahku. Dengan membaca doa, aku pun melaju dengan santainya.“Gilang ….”Suara bisikan terdengar saat aku sudah di ujung jembatan. Saat aku tengok, tak ada siapapun di belakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-17
Baca selengkapnya

2-8

Malam semakin larut. Bapak dan Mamak belum juga pulang dari rumah kedua orangtua Asma. Entah apa yang kedua orangtuaku lakukan, perasaanku jadi mendadak tak enak. Aku mengusap rambut Namira, bocah itu sudah terlelap sejak Isya tadi. Dia sempat meminta menyusul Bapak dan Mamak, tapi aku tak berani ke sana jika orang tuaku tak meminta.Suara tali pengusir burung di sawah yang menyeret kaleng bekas minuman terdengar bertabrakan. Angin pasti sangat kencang di luar sehingga tali tali itu menggoyangkan kaleng seng yang sengaja dipasang untuk mengusir burung burung pemakan padi itu.Aku yang masih memakai sarung, melirik pada jendela yang tiba tiba terbuka, menyingkap gorden yang lumayan tebal sebenarnya. Aku beranikan diri mendekat, melihat angin atau makhluk halus usil yang membukanya. Soalnya hal seperti ini sudah biasa. Jika bukan karena gangguan makhluk halus, pasti angin malam yang sedang merindukan bumi ini untuk berputar sama sama.Srek!Saat aku singkap, tak ada apapun di depan san
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-17
Baca selengkapnya

2-9\10

Bab 9“Kau kenapa, Gil?” Mamak menyintil hidungku, aku pun langsung tersadar dan menyingkir dari hadapan mamak.“Sudah tidur adik kau, Gil?” Bapak pun juga bertanya. Aku masih bengong dan melamun. Tadi itu, siapa?“Eh, ini bocah malah matung gitu. Tutup pintu!” perintah Mamak.“Ada apa?” Bapak merangkulku, lalu mengajakku duduk. Namun, aku segera berlari ke dapur dan tidak melihat siapapun di sana. Aku kembali ke depan, lalu duduk dengan lutut yang bergetar.“Mak, Mamak tadi pulang sendirian kan?” tanyaku.“Lah, ini mamak baru pulang. Mamak nunggu Bapak kau ini, lama sekali ruqyahnya,” jawab Mamak sambil menggelar makanan yang dibawa dari luar ke atas baki.“Jadi Mamak nggak pulang sendiri tadi?” tanyaku lagi.“Nggak. Memangnya tadi ada yang datang ke rumah menyerupai mamak?” tanya Mamak kini menatapku serius.Mendadak tenggorokan tercekat. Rasanya aku jadi merinding sendiri. Kalau bukan mamak, lantas yang tadi diberikan wanita mirip mamak itu …Napasku mendadak sesak. Ada perasaan ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya

kodam

“Kodam? Kodam apaan?”“Gue nggak tahu, tapi prnah gue baca di lama situs itu … khodam semacam jin pendamping tubuh kita. ADa yang berupa binatang dan lain lain, gak paham. Percaya nggak percaya sih,” ucap Asma.“Iya, Bapak nggak pernah bahas bahas kayak gitu.”“Gil!” Bapak memanggilku dan aku pun langsung mendekat. Aku tersenyum dengan Paman Hamzah dan Bapak mengajakku masuk langsung ke pesantren.“Ada Kyai Husni di dalam ruangan, kalian masuk saja. Saya mau langsung pergi,” ucap Paman Hamzah.“Hati hati, kami akan menjenguknya nanti," ucap Bapak.Paman Hamzah mengangguk, lalu pergi menaiki mobilnya. Aku pun diajak masuk ke tempat ruqyah, lalu melirik pada Bapak yang begitu erat menggenggam jemariku.“ADa apa sih, Pak? ANaknya gak bakalan ilang juga,” ucapku.“Kamu itu anak bapak yang istimewa, kalau nggak dijagain baik baik nanti ilang,” ucap Bapak.“Ilang? Kayak bayi aja,” kekehku.Kami sampai di ruangan bertuliskan lafadz Allah. Mendadak ada yang menggelitik bagian bawah telinga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya

2-12

Aku mencoba meraba gelapnya ruangan ini. Tapi aku tak menemukan apapun. Yang aku rasakan hanya semilir angin seperti ada di luar ruangan.“Gilang …”Panggilan itu?Aku mencoba mencerna kembali ucapan Bapak. Jika ada yang memanggilku, jangan dijawab dan jangan pula menengok. Aku pun melakukannya dan sembari terus membaca doa.“Gilang anakku…”Sebuah cahaya menyilaukan terlihat dan terasa ngilu di mata. Aku yang tadinya memejamkan mata saja sampai membukanya karena cahaya itu menembus sampai ke dalam mataku.“Cah bagus,” ucap seseorang yang tak jelas wajahnya di depanku. Semuanya bercahaya dan sangat menyilaukan hingga aku pun menutup mataku dengan kelima jariku.“Cah bagus, anakku … kemarilah.”Suara itu terus saja mengganggu gendang telingaku sedangkan suara wanita yang mendayu menginginkan aku mendekat pun tak aku hiraukan. Aku fokus membaca doa, hingga tanganku terasa terhempas dan langsung aku kaget.Aku membuka mata ini dan melihat Bapak dan Kyai Husni ada di depanku.“Pak.”Aku me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-20
Baca selengkapnya

2-13

Aku pulang dengan Bapak ke rumah. Namun, Bapak kembali pergi karena akan menjenguk istrinya Paman Hamzah. “Kok Mamak nggak ikut?” tanyaku sambil mencomot pisang rebus yang masih panas di hadapanku. “Khawatir a-ku ngilang lagi?”Aku kepanasan saat mencicipi pisang rebus itu. Mamak pun mengambil dengan cepat, lalu mengambilkan garpu untukku.“Lain kali jangan pakai tangan ambilnya, Lang. Pake garpu gini,” ucap Mamak pelan.Eh? Mamak kok jadi baek gini. “Iya, Mak,” jawabku sambil merenges. “Mamak kok tumben suaranya kayak rambu rambu tikungan tajam?”Mamak mengernyitkan keningnya bingung.“Pelan pelan maksudnya, Mak,” kekehku.Mamak malah terkekeh lalu menggelengkan kepala melihat keunikanku. Hari ini aku pun semakin heran lagi, Mamak tak marah dan menyuruhku ini itu. Padahal biasanya ada aja yang dimintai tolong. Bapak pulang saat adzan isya. Wajah bapak sudah tak semenyeramkan tadi. Bapak juga bawa oleh oleh banyak, membuat Namira yang sedang ngaji denganku dan mamak berlari dan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-20
Baca selengkapnya

2-14

Rasanya benar benar air di bak dingin sampai tulang ini rasanya ikut menggigil. Setelah mandi aku langsung mencari mamak buat pamitan. Namun, Mamak tak terlihat di manapun. Ke mana mereka ya?“Mak …. “Aku berteriak memanggil Emak, tapi aku melihat Mamak ada di ujung jalan. Tapi kok sendirian? Aku pun berjalan mendekati mamak.“Gilang cari cari kok, tahunya Mamak lagi di sini. Lagi mancing, Mak?” tanyaku sambil menepuk pundak Mamak.“Gil!”Panggilan dari belakang membuatku menengok. Aku melihat Mamak yang berteriak memanggilku. Aku pun kembali menengok ke depan. Eh, mamak yang tadi nggak ada. Eh, kok bisa? Lalu tadi siapa kalau bukan emak?“Kamu itu mau ke mana? Mau pergi tanpa pamit?” Mamak menjewerku, lalu menatapku kesal.“Mamak?” Aku membolak balikkan tubh mamak, lalu percaya yang secerewet ini pasti mamakku yang asli. Rupanya, aku ditipu jin yang mirip mamak lagi.“Eh, ditanya orang tua malah muter muterin badan mamak. Mau pergi tanpa pamit?” tanya Mamak.“Nggak, Mak. Tadi mendad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-20
Baca selengkapnya

2-15

“Minum dulu, Lang,” ucap Noval yang menyadarkan aku bahwa ini bukan mimpi. Setelah minum aku pun diajak noval ke kampus, melanjutkan semua yang sudah direncanakan di awal. Pendaftaran lanjutan Noval sudah selesai. Kami akan sama sama ke kampus ini sebagai mahasiswa satu minggu lagi. Aku dan Noval tersenyum saat keluar ruangan pada beberapa cewek yang juga lalu lalang masuk ruang pendaftaran.“Cuit cuit,” ucap Noval.“Belum juga jadi mahasiswa sini, udah dijual murah aja itu siulan,” decakku pada Noval.“Ceweknya cantik cantik, bray,” ucap Noval.“Kalau cewek ganteng, mata lo rabbun, Val,” jawabku.Dia malah tersenyum saja dan mengajakku mampir ke rumah Bima. Sebenarnya penasaran dengan Marimar, aku ingin mengajak Noval ke sana juga. Tapi, aku pun menunggu selesai ke rumah Bima.Saat ke rumah Bima, kami disambut beberapa ART yang memang bekerja di sana. Bima cukup kaya, jadi dia sakit pun tak dituntut buat kerja atau mikir harga sembako juga biaya kosan. Aku duduk dan menatap rumah ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status