..“Loh, Mamak udah balik? Tadi katanya malam?” tanyaku.“Mamak mau ajak kamu, Gilang,” ucap Mamak berdiri di depan pintu sambil tersenyum padaku.“Ngapain, Mak? Kan Mamak ada pekerjaan di rumah Paman Hamzah. Mamak ke sana aja, aku sama Namira di sini.”“Bang!” Panggilan Namira membuatku menengok, lalu melihat dia yang berlari langsung ke arahku.“Apa sih?”“Mamak balik?” Namira terlihat bingung, aku pun menengok kembali ke pintu dan ada Mamak berdiri di sana.“Mana, Bang?” tanyanya.“Apanya?” tanyaku.“Mamak. Tadi Abang bilang, Mamak balik.”“Lah ini?”Namira nampak mencarinya. “Kenapa?” tanyaku bingung yang dia balik malah memelukku.“Abang pasti liat hantu,” ucap Namira ada ada saja.Adikku memang tahu kalau aku suka aneh. Dia bahkan langsung menutup pintu dan tidak boleh aku melihat ke arah sana.“Di sana ada hantu pasti, Mamak malah nanti kalau Abang ngeyel. Nggak boleh, Bang. Nanti dilukyah lagi, Namila sendilian lagi di lumah.”Aku tersenyum. Mungkin benar, tadi itu hantu mam
"Mana bisa? Gue udah sama Asma. Jalan aja, udah tinggal berapa langkah juga.”“Malas, panas,” keluhnya.“Ya udah, kamu sama Noval aja, Lang. Aku jalan kaki,” ucap Asma yang turun dari jok motor dan tersenyum padaku.“Eh … jangan! Udah naik, Noval biar olah raga jalan kaki. Laki laki kok kepanasan takut,” ucapku yang menarik Asma dan mengajaknya naik lagi. “Semangat, Bro. Di depan sana ada bakul es, kalau haus beli aja. Atau mimi susu perawan. Enak,” kekehku.Asma mencubitku dan Noval tersenyum lalu menendang ban motorku yang sudah melaju. Aku pun langsung terkekeh dan membelokkan mobilku ke kampus.Bab 23“Astaga!” pekikku saat turun dan melepas helm, melihat bayangan hitam di balik pohon beringin di halaman parkir. Sosok itu terlihat marah, lalu matanya penuh dengan darah dan tak bisa aku kenali. Aku mencoba mendekat, melihat dengan jelas dari dekat.“Lang!” Asma mengagetkan aku dan menyusulku ke pohon beringin itu. “Ngapain sih?”“Tadi ada cewek, di sini.”Asma celingukan, lalu m
..bab 24“Nggak apa apa, nggak usah cari ribut.”Asma ini aneh, aku tolongin malah dia kayak marah. Padahal jelas jelas tadi dia mau dilecehkan. Kami kembali ke lapangan, saat ketua BEM kembali lirikannya begitu tajam kepada kami. Aku pun akan membuat pengaduan atas dirinya. Enak aja, ini nggak bisa dibiarkan.Selesai tugas hari ini, aku niatnya mau menemui pengurus kampus. Kenapa orang seperti Arga ini dibiarkan memimpin membimbing para mahasiswa baru. Kelakuan aja begitu, wajar kalau kampusnya sepi dan nggak banyak para calon siswa baru.“Ikut gue,” ajakku pada Asma dan Bima.“Ada apa?”“Ketemu ketua dan pimpinan kampus di sini. Gue mau melapor si Arga itu.”“Udah lah, Lang. Jangan diperpanjang, kita pulang aja yuk!” ajak Asma.“Asma, kita nggak bisa diam aja kalau ada pemimpin yang kelakuannya kek gitu. Bukan bener kita sekolah, tapi makin hancur dunia perkuliahan. Sekolah bukan makin rame, makin sepi yang ada. Yuk!”“Duh, gue ketinggalan cerita nih. Ada apa?” tanya Bima.“Lang,
Bab 25“Dia juga minta tolong gue lewat mimpi, Lang. Kayaknya memang dia nggak beres meninggalnya. Gue sempat jengukin dia ke rumah sakit saat itu, dia cuma nangis dan bilang minta maaf doang. Gue pikir, pas kabar meninggal itu kek firasat nih. Nggak tahu, gimana bisa meninggal kita pun nggak tahu.”“Gimana kalau kita ke sana?” tanyaku.“Ke mana?”“Ke rumah Marimar.”“Jangan sekarang, udah sore dan gue juga kudu bantuin saudara yang ada di rumah buat tahlilan. Lain waktu saja. Lagian, ini juga bukan kabar baru. Dia kan meninggal udah hampir sebulan berutanya.”“Oya? Noval yang kasih tahunya kemarin.”“DIa nggak uptodate mungkin. Tapi, kok dia bisa tahu ya?”“Nah, ini yang bikin penasaran. Gue pengin tahu aja cerita aslinya. Kalau Noval tahu, pasti ini ada hal yang kita semua nggak boleh tahu.”Asma pun mengedikkan bahu dan berdiri. Dia membayar makanan kami dan menyeretku keluar dari tempat makan.“Jangan coba coba ngurusin kasus kayak gitu, Lang, Ingat, lo pernah berteman sama hal ya
..Bab 26Ingat tentang dunia lain, pernah suatu masa di saat masih ingusan bahkan kencing masih belok, bapak bilang aku punya teman dari alam lain. Namanya Jihan. Cuma berhasil dipisahkan sejak aku sunat dan aku pun tak tahu alasan alasan itu. Entah beneran sudah dipisahkan atau memang terpisah dengan suatu sarat tertentu. Sekarang, mungkikah dunia lain itu masih menjadikan alasan Mamak dan Bapak setakut itu aku mengenal mereka lebih jauh?Hari kedua ke kampus, aku mendapati Kak Arga yang songol itu mengerjai mahasiswa lain. Aku yang sudah dinasehati Asma untuk tak berurusan dengannya malah jadi penasaran. Siapa tahu lelaki itu siluman serigala jadi jadian yang hobi mengurung wanita di tempat lain dan dilecehkan dahulu sebelum jadi tumbal.Terasa sekali aura kembang kuburan padahal lorong itu begitu sepi. Aku pamit pada Asma untuk ke toilet, tapi aku tak mau melihat ke mana si ketua BEM gila itu membawa mahasiswa baru lagi. “Coba ambil saja kalau bisa,” ucap Kak Arga yang melakukan
..Bab 27Asma mengedikkan bahu, lalu menengok ke belakang di mana teman barunya yang lain memanggil. Asma memang memiliki pribadi yang baik dan sangat lemah lembut sampai dengan mudah mendapatkan teman baru di kampus ini dalam hitungan jam. Sedangkan aku? Dua teman masa lalu aja jarang banget datang. Apalagi teman baru. Mungkin jika aku mengakrabkan diri dengan mahasiswa lain, mudah saja. Hanya saja, memulai sesuatu dari nol hanya mudah dilakukan oleh petugas pom bensin saja. Lelaki yang punya sifat insecure akan susah cari teman baru di lingkungan baru tentunya.Asma sedang mengobrol dengan temannya itu sedangkan aku duduk sambil bermain ponsel. Aku mengirim pesan pada Bima dan Noval untuk menanyakan ke mana mereka pergi karena tak ada di kampus. Bisa bisanya mereka bisa sebebas itu tanpa berangkat ke kampus padahal sudah mendaftar jadi mahasiswa di universitas yang sama denganku.“Gue chek up ke rumah sakit, jadi belum bisa berangkat,” balas Bima.Masuk akal. Dia kan memang masih
Alamat sudah di tangan. Asma memberikanku malam ini dan berharap besok aku bisa ke rumah Sari. Aku pun menghadapi seharian ini di kampus dengan Bimo dan Noval, keduanya sudah berangkat.“Gak ada Asma, lemes?” kekeh Noval.“Bukan lah, kalian tuh yang lemes. Banyakan omongnya,” ucapku.“Habis ini mau ke mana kita? Nongki?” ajak Noval.“Gue ada kerjaan, gak bisa nongkoi.Kalian nggak sah minta ikut.” “Memang mau ke mana?” tanya Bima.“Ngapel cewek dong,” ucapku membuat kedua orang temanku itu menyorakiku."Dasar Gilang, gak ada kapoknya godain cewek mulu, padahal dipacari aja nggak. Ujung ujungnya, balik ke Asma lagi," kekeh Noval.Mereka sudah tahu jika aku suka sekali menggoda wanita, tapi mereka juga tahu jika aku begitu hanya sebatas iseng saja. Hanya Asma yang selalu pergi ke mana mana denganku, bahkan seperti ingus dan upil yang tak bisa dipisahkan. Hari ini aku melihat Arga tidak di ruangan itu. Melainkan dia mengajak teman temannya pergi entah ke mana. Aku tak peduli, tapi aku m
Cukup lama aku menyaksikan proses ruqyah Sari. Hingga akhirnya Sari membuka matanya dan seperti bingung ia ada di mana.“Lo di tempat Yai Husni, tempat guru gue,” ucapku pada Sari sebelum dia bertanya.“Kok aku di sini? Kamu yang bawa?”“Masa nggak ingat kalau lo yang mau ikut?”Kyai Husni tersenyum, lalu memberikan kembali minum. Para santri diperbolehkan beristirahat lalu kami duduk bertiga, bersila saling menghadap.“Saya kenapa ya, Pak Yai?” tanya Sari yang akhirnya sudah bisa berbicara meski lemah.“Kamu terkena guna guna seseorang dan biasanya kalau nggak lekas diobati, bisa mati. Beruntung langsung dibawa ke sini, kamu sudah akan dijadikan tumbal seseorang yang mengambil kesadaran kamu,” ucap Pak Yai.Mungkin Pak Yai tak mengatakan seluruhnya, tapi aku sudah tahu hal semacam ini dari cerita Bapak. Dulu bapak juga begitu. Hanya saja, Bapak itu ketemu sama mamak yang orangnya gak mudah jatuh cinta atau patah hati. Mamak itu tomboy meski akhirnya jatuh cinta juga.“Kok bisa, Pak Y