Share

2+27

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

..

Bab 27

Asma mengedikkan bahu, lalu menengok ke belakang di mana teman barunya yang lain memanggil. Asma memang memiliki pribadi yang baik dan sangat lemah lembut sampai dengan mudah mendapatkan teman baru di kampus ini dalam hitungan jam. Sedangkan aku? Dua teman masa lalu aja jarang banget datang. Apalagi teman baru. Mungkin jika aku mengakrabkan diri dengan mahasiswa lain, mudah saja. Hanya saja, memulai sesuatu dari nol hanya mudah dilakukan oleh petugas pom bensin saja. Lelaki yang punya sifat insecure akan susah cari teman baru di lingkungan baru tentunya.

Asma sedang mengobrol dengan temannya itu sedangkan aku duduk sambil bermain ponsel. Aku mengirim pesan pada Bima dan Noval untuk menanyakan ke mana mereka pergi karena tak ada di kampus. Bisa bisanya mereka bisa sebebas itu tanpa berangkat ke kampus padahal sudah mendaftar jadi mahasiswa di universitas yang sama denganku.

“Gue chek up ke rumah sakit, jadi belum bisa berangkat,” balas Bima.

Masuk akal. Dia kan memang masih
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Pemikat   2-28

    Alamat sudah di tangan. Asma memberikanku malam ini dan berharap besok aku bisa ke rumah Sari. Aku pun menghadapi seharian ini di kampus dengan Bimo dan Noval, keduanya sudah berangkat.“Gak ada Asma, lemes?” kekeh Noval.“Bukan lah, kalian tuh yang lemes. Banyakan omongnya,” ucapku.“Habis ini mau ke mana kita? Nongki?” ajak Noval.“Gue ada kerjaan, gak bisa nongkoi.Kalian nggak sah minta ikut.” “Memang mau ke mana?” tanya Bima.“Ngapel cewek dong,” ucapku membuat kedua orang temanku itu menyorakiku."Dasar Gilang, gak ada kapoknya godain cewek mulu, padahal dipacari aja nggak. Ujung ujungnya, balik ke Asma lagi," kekeh Noval.Mereka sudah tahu jika aku suka sekali menggoda wanita, tapi mereka juga tahu jika aku begitu hanya sebatas iseng saja. Hanya Asma yang selalu pergi ke mana mana denganku, bahkan seperti ingus dan upil yang tak bisa dipisahkan. Hari ini aku melihat Arga tidak di ruangan itu. Melainkan dia mengajak teman temannya pergi entah ke mana. Aku tak peduli, tapi aku m

  • Jerat Pemikat   2-29

    Cukup lama aku menyaksikan proses ruqyah Sari. Hingga akhirnya Sari membuka matanya dan seperti bingung ia ada di mana.“Lo di tempat Yai Husni, tempat guru gue,” ucapku pada Sari sebelum dia bertanya.“Kok aku di sini? Kamu yang bawa?”“Masa nggak ingat kalau lo yang mau ikut?”Kyai Husni tersenyum, lalu memberikan kembali minum. Para santri diperbolehkan beristirahat lalu kami duduk bertiga, bersila saling menghadap.“Saya kenapa ya, Pak Yai?” tanya Sari yang akhirnya sudah bisa berbicara meski lemah.“Kamu terkena guna guna seseorang dan biasanya kalau nggak lekas diobati, bisa mati. Beruntung langsung dibawa ke sini, kamu sudah akan dijadikan tumbal seseorang yang mengambil kesadaran kamu,” ucap Pak Yai.Mungkin Pak Yai tak mengatakan seluruhnya, tapi aku sudah tahu hal semacam ini dari cerita Bapak. Dulu bapak juga begitu. Hanya saja, Bapak itu ketemu sama mamak yang orangnya gak mudah jatuh cinta atau patah hati. Mamak itu tomboy meski akhirnya jatuh cinta juga.“Kok bisa, Pak Y

  • Jerat Pemikat   2-30

    “Kamu dari mana saja jam segini baru pulang?” tanya Mamak saat aku baru sampai di rumah.“Biasa lah, Mak. Anak bujang kok,” jawabku.Kunaikkan kaki di atas kursi, ikut makan makanan yang dimasak oleh Mamak. Mamak dan Bapak sampai heran melihatku pulang pulang langsung menghabiskan makanan yang ada di sana.“Kamu doyan apa lapar, Lang? Makan di eling loh, adikmu sampai nggak kebagian gitu?” ucap Bapak.“Lapar banget, Pak. Tadi gak sempat makan di pesantren.”“Pesantren? Memang kamu dari sana?” tanya Mamak dengan tatapan tanpa kedip ke arahku.“Iya, nganterin temen kampus tadi. Jadi pulangnya sore. Tadi Gilang sempat ngerasa nggak beres dengan tuh anak, jadi dibawa ke pesantren. Eh, tahunya dia kena guna guna. Kasihannya, Pak, dia udah nggak perawan. Udah nggak cocok jadi calon mantunya mamak deh,” jawabku.pletak!“Aduh, Mak. Kok Gilang malah digetok?” tanyaku seraya mengusap kepalaku.“Namanya musibah, bukannya didoakan yang baik baik malah ngomongnya gitu. Jodoh nggak ada yang tahu.”

  • Jerat Pemikat   2-31

    “Tidak, dia ada di pesantren dan kami datang ke sini untuk meminta izin terlebih dahulu. Semoga saat kembali nanti, Sari sudah baik baik saja.”“Memangnya ada apa?” tanya wanita itu.“Sakit, sedang ditangani oleh Ustad di pesantren kami.”“Sakit apa memangnya? Kok ustad yang menangani?”“Dia diganggu jin, dan ada yang berniat jahat padanya, Bi. Maaf, kami belum bisa membawanya pulang karena kasihan.”“Jahat gimana? Mas, Mba, selama ini dia memang rada rada stres. Dia itu pasti cuma akting, dia itu begitu biar aku kasihan sama dia dan nggak minta bantuan dia buat urus urus ini itu. Namanya orang males ya gitu. Di mana pondoknya? Biar aku minta Johan jemput!” sentak si wanita yang meruapakan bibi Sari.Aku pun semakin yakin, memberikan informasi keberadaan Sari saat ini pasti akan membuatnya dalam bahaya. Akhirnya aku pun berusaha untuk menengangkan wanita paruh baya itu agar tidak marah marah di depan banyak orang.“Gini aja, Bu. Gimana kalau IBu ke sananya nanti aja kalau udah sembuh?

  • Jerat Pemikat   2-32

    Saat aku sudah kalap, aku tak ingat apapun. Namun, saat aku mulai sadar dan tubuhku melemah, aku melihat Arga dan teman temannya yang lain terkapar penuh darah di lantai. Aku menengok pada sosok perempuan berambut panjang yang ada di sebelahku. Wajahnya tak begitu nampak, tapi dia mengusap rambutku dan tersenyum. Dia menghilang saat aku hendak bertanya tentangnya.Pintu terbuka. Asma datang bersama dengan petugas keamanan. Tubuhku yang masih diikat kursi tentu membuat semua seperti bingung. Pasti mereka bingung kenapa semua anggota BEM dan ketuanya terkapar tak berdaya.“Gilang, lo nggak apa apa?” tanya Asma yang seperti panik melihatku.“Gak ada apa apa, cuma tangan kayak sakit aja. Mereka siksa aku, tapi kok mereka yang kalah?” jawabku heran.“Pak, saya nggak terima teman saya dibeginikan. Kami memang mahasiswa baru, tapi senior seperti mereka tidak bisa dilepaskan begitu saja setelah kasus ini. Mentang mentang senior, gak diadili. Kami mau keadilan, kalau nggak kami akan mempro

  • Jerat Pemikat   2-33

    bab 33“Aku akan mengamankan keduanya dari sekte sesat itu. Pastikan lo ke warung dan cari sesuatu yang bisa menjadi petunjuk di sana.”Ini adalah sesuatu yang cukup mengejutkan. Dari mana Asma bisa tahu Bima dan Noval adalah bagian dari sekte sesat itu. Sedangkan aku? Aku harus mencari sesuatu yang mungkin akan berimbas pada nasib Asma setelah ini. Dia masuk ke dalam lingkaran yang mungkin akan membuatnya dalam bahaya.“Kenapa, Lang?” tanya Yai yang tiba tiba mengejutkanku.“Ustadz tahu kenapa Asma mendadak pergi dengan dua sahabatku itu?” tanyaku pada Kyai yang pasti sudah tahu lah apa yang aku maksudkan ini.“Asma memang mau pergi ke kampus bersama mereka karena pulangnya akan ke warung. Kamu kerja di sana kan? Asma bilang demi bisa mendapatkan izin untuk Sari di sini, kamu harus jaga warung di sana bareng sama Asma. Memangnya ada apa?” tanya Yai.“Yai tak tahu kalau ada sekte sesat yang membuat semuanya jadi seribet ini?”“Sekte sesat?”Pasti Yai nggak tahu nih mereka seperti ini

  • Jerat Pemikat   2-34

    “Bapak…”Bibi Sari langsung berlari dan berlindung di balik tubuhku. Aku melihat rona ketakutan dari bibi saat melihat lelaki yang belum aku ketahui namanya itu.“Berani beraninya kamu bilang seperti itu pada istri saya?”Tangan lelaki itu hendak menghajarku, dengan sigap aku mencegahnya. Aku bukan seorang lelaki payah yang akan diam saja ketika bahaya datang mengancam. Aku mengibaskan tangannya, lalu menatapnya dengan tatapan menantang. “Kalau Bapak nggak mau ditinggalkan wanita sebaik Ibu ini, jadilah lelaki yang waras dan bertanggung jawab. Bapak terlalu kejam sampai menumbalkan keluarga demi hobi dan kesenangan bapak sendiri. Judi dan main dengan wanita, berlaku seenaknya bahkan mengajak istri buat syirik, dosa mana lagi yang mau dilakukan? Jangankan masuk surga, baunya saja sudah tak mungkin dapat kalau Bapak tak lekas bertaubat. Saya bukan mengajari atau sok suci, tapi saya tahu bagaimana rusaknya orang orang seperti bapak yang mau enaknya tapi nggak mau getahnya. Bapak nggak

  • Jerat Pemikat   2-35

    .“Mak, Gilang mau pulang. Mau pulang ke dunia Gilang,” ucapku yang berusaha berjalan ke arah pintu tapi pintu tak bisa dibuka, padahal hanya pintu kayu. Tapi saat aku dorong begitu kuat dan susah. Seperti jati asli dan sangat kuat.“Setidaknya, di sinilah sampai sembuh, Gilang. Mamakmu ini sulit sekali menemui kamu kalau nggak begini. Tinggalah beberapa hari, ya?”Aku pun menatap mamak yang tentu berbeda dengan wajah mamak asliku. Wajah mamak sendu, seperti bukan mamak yang biasanya merepet panjang lebar.“Hanya sampai kamu sembuh,” ucapnya.Aku pun mengangguk saja, entah kenapa jiwa ini jadi penasaran siapa sosok mamak yang bukan aslinya ini. Aku pernah dengar dari Pak Yai kalau dulu Bapak memang pernah tersesat di dunia lain. Mungkinkah dia mahluk itu? Wanita yang pernah mencintai bapakku dan menganggap aku adalah anaknya.Setelah aku mengangguk, Mamak tersenyum. Memelukku dan tentu saja dia tersenyum sumringah. Pintu terbuka, lelaki berbadan besar nan gagah seperti raja kerajaan

Latest chapter

  • Jerat Pemikat   2-47

    Beberapa hari di rumah ini aku pun mulai merasa normal. Tak ada suara suara aneh yang aku dengar kala malam. Mamak dan Bapak pun terlihat sudah mulai beraktivitas seperti biasa.Asma dan aku sudah siap berangkat kuliah. Kuliah jam 9 pagi, Mamak juga sudah selesai dengan aktivitasnya dengan bapak di luar yang katanya berjualan. Aku diberi uang saku, lalu dibawakan bekal seperti anak TK.“Besok bukan mamak lagi yang siapin bekal, tapi istrimu. Takutnya mamak pulangnya gak selalu pagi,” ucap Mamak membuatku merenges. Aku yang belum terbiasa bermanja untuk urusan seperti ini tak banyak memprotes. “Iya, Mak.”Aku pun ke sekolah menaiki motor yang baru dibeli Bapak seminggu yang lalu. motor lamaku ada di rumah lama dan tak boleh dibawa pulang. Alasanya, tak ada gunanya dibawa karena akan membonceng Asma dan bawa dagangan.Kami tiba di kampus jam setengah sembilan.Aku menyapa beberapa mahasiswa lain yang melintas, tentu yang cantik cantik. Asma sampai mencubitku dan aku merenges saja.“Kat

  • Jerat Pemikat   2-46

    “Nggak apa apa. Mungkin wajah saya memang familiar,” ucap Kyai Hasanudin.“Mirip sama Ayahandanya Mak Nyai,” gumamku dan Pak Kyai Hasanudin hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Sungguh, wajahnya sangat mirip. "Hus! Jangan sembarangan ngomong, Gil," bisik Emak dan aku hanya mengangguk saja. Tapi memang agak kenal. Serius sangat mirip Ayahanda.Kami berbincang banyak hal, termasuk kegiatan para santri di pondok pesantren ini. Bahkan, Pak Kyai menawarkan aku dan Asma untuk tinggal di sini tetapi aku menolak. Aku tak ingin jauh dari mamak. Tentu selain tak bebas ada di pesantren yang orangnya tak aku kenal, aku juga tak tahu apakah Pak Kyai ini manusia betulan atau jadi jadian. “Ya sudah kalau tak mau menginap. Tapi setiap hari bantu Yai urus asrama, bisa?” tanyanya.“Insyaallah, bisa,” ucap Asma langsung.Aku pun melirik padanya. Dia tak menatapku kembali dan fokus berbincang dengan salah satu Ustadzah yang terlihat masih muda. Tadi dikenalkan sebagai istri dari salah satu Ustad di p

  • Jerat Pemikat   2-45

    ..Akhirnya kami tiba di Bandung. Kota kembang yang katanya memiliki banyak warga gadis yang cantik cantik di sini. Aku pun dibawa Bapak dan Mamak ke sebuah hunian sederhana di dekat pondok pesantren. Bukan pondoknya, tapi kawasannya memang religius sekali.“Nanti diturunkan semua, Gil,” ucap Mamak saat mobil sudah turun.Kedatangan kami disambut seorang nenek paruh baya yang langsung menyapa Mamak. Mereka sepertinya sudah kenal lama dan aku pun langsung membuka bagasi untuk menurunkan koper.“Kamar sudah nini bersihkan,” ucap nenek itu. “Oh iya, kenalkan saya Sudarsih. Panggil saja nini Darsih. Nenek angkat Ibu kamu.”Entah sejak kapan mamak punya nenek. Dari garis wajah tak ada yang sama, hanya sama gendernya saja dan lainnya blas nggak ada yang sama.“Gilang,” ucapku memperkenalkan diri pada Nini Darsih yang langsung bergantian kenalan dengan Asma.“Geulis, Neng. Pantes dipilih jadi mantunya anak Nini,” ucap Nini.“Alhamdulillah, Nini sehat sekali nampaknya. Senang berkenalan denga

  • Jerat Pemikat   2-44

    “Selamat ya, Gilang. Paman nitip Asma sama kamu. Kuliah yang bener di sana, kalau nggak mau repot jangan ada anak dulu. Kalian kan nikah untuk saling melindungi saja,” ucap Paman saat aku diminta membawa Asma ke Bandung.“Insya Allah, Paman,” jawabku singkat.“Nikah untuk ibadah tentunya, Zah. Masa buat melindungi saja. Ntar, kalau keduanya ngebet, berabe juga.” Bapak ikut menimpali.“Ya kan belum resmi, Fir. Mereka masih nikah siri, nggak ada kekuatan hukumnya. Gak apa apa tunda dulu, asal kalian berdua udah sah dan ke mana mana berdua nggak undang dosa. Apalagi jauh di sana.” paman Hamzah pun menjawabnya dengan serius.“Ya nggak bisa gitu, Ham. Anak gue laki sejati, mana bisa nahan lama lama. Udah, lo aman aja udah diam di sini kerja yang bener urus kebun, sawah dan peternakan. Awas aja kalau kerjanya di sini asal asalan,” omel mamak.“Peh, meski kita sahabatan juga kalau anak lo nggak becus jagain anak gue, gue murka lah. Pokoknya, Gilang harus jadi suami yang baik buat Asma. Jaga

  • Jerat Pemikat   2-43

    Kode mahar? Apakah hadiah dari Mamak kemarin adalah mahar yang akan aku berikan pada Asma?Aku merogoh saku dan melihat kotak hadiah dari mamak. Warnanya bukan merah melainkan putih. Aku pun menunjukkannya pada Bapak dan Bapak mengangguk.“Coba dibuka,” ucap Paman Hamzah yang juga ada di sisiku.Aku membuka surat emas yang ada di tanganku, lalu melihat tulisan 5 gram emas yang ada di surat pembelian cincin itu. Tak banyak, tapi sepertinya ini mahar yang akan diberikan pada Asma.“Nanti bacakan saja nominalnya, biar langsung sah,” bisik Paman. Aku baru sadar, posisi paman dan Bapak ada di sebelahku dan cukup mengagetkan karena aku malah dipaksa nikah sama Asma pagi ini juga.“Gilang, meski umur kamu masih muda, tapi tubuh dan jiwa kamu yang seperti ayahmu ini, maka Yai menyarankan untuk kamu menikah saja. Pagi ini setelah kamu melakukan i’tikaf, Yai sarankan untuk menikah. Apa sekiranya kamu berkenan?” tanya Pak Yai pelan dan ramah sambil menepuk bahuku.“Tapi, Yai, Gilang belum ad

  • Jerat Pemikat   2-42

    Setelah diberikan izin keluar pesantren, tujuanku saat ini adalah pulang ke rumah. Bapak sudah menjemputku, tak jauh di sana Namira adik bungsuku yang langsung minta turun dari gendongan Bapak dan berlari ke arahku.“Abang…”“Hai, bocil Abang yang comel. Kangennya,” ucapku.“Namila juga, Abang lama benel pulangnya. Namila jadi lama dititip di lumah Kak Ilma.”“Gak apa apa, dia seneng direpotin ngasuh kamu.”“Makasih ya, Irma, Hamzah, sudah mau dititipi Gilang. Kami pulang dulu, semoga setelah ini semuanya baik baik saja.”“Iya, Fir. Santai saja, anakmu sudah jinak di sini,” jawab Paman Hamzah.Aku tersenyum mendengarnya. Jinak katanya, padahal kalau bareng sama Asma kami bertengkar dan selalu bikin gaduh.Kami pulang berboncengan dan Namira begitu senang dengan kepulanganku seperti nya. Dia tak henti bercerita banyak hal tentang apa yang sudah dia lewati selama aku di rumah sakit. Aku juga senang karena Bapak ternyata baik baik saja, seperti tak ada kejadian apapun sebelum ini.“Aban

  • Jerat Pemikat   2-41

    Aku membuka mata perlahan, melihat kembali cahaya yang tadinya membawa kami menuju jalan pulang. Aku melihat lampu putih di atas kepalaku, lalu mengerjapkan mata karena terlalu silau setelah tadi merasakan gelap yang sangat menyeramkan.Suara suara orang yang sangat aku kenal akhirnya sangat jelas terdengar. Aku mulai jelas melihat ke wajah mereka, lalu melihat mamak dengan wajah sembabnya.“Anak Mamak sudah bangun, alhamdulillah ya Allah.”Aku mencoba mengingat kembali terakhir aku berada di mana, tempat yang aneh dan berbeda dengan saat aku kini ada di mana. Aku menengok dan ternyata ada Bapak di sisiku.“Pak.”Aku melihat Bapak terpejam juga. Banyak selang infus daripada aku yang hanya di bagian tangan saja. Tapi kepala dan kaki Sepertinya tidak terluka.“Mak, Bapak kenapa?” tanyaku.“Sedang istirahat, Nak. Kamu bikin mamak panik, ditambah bapak mu juga,” ucap Mamak yang langsung memelukku. Aku melihat Asma dan Paman Hamzah juga Ustad Kyai di ruangan ini. Ada alquran di tangan mer

  • Jerat Pemikat   2-40

    “Asma?”Aku menyentuh pundaknya. Dia sejak tadi hanya menangis dan diam saja. Tapi lelehan air mata itu membuatku cukup khawatir dan takut dengan apa yang akan terjadi dengan Bapakku.“Gilang, Bapakmu mencarimu. Beliau bilang akan mengusahakan. Hanya saja … kemarin Ustad Yai bilang, Bapak kamu mau ke sebuah hutan di belakang desa kita tanpa ditemani. Jadi, Mamak kamu khawatir dan mungkin juga beliau juga sudah kembali. Kita berdoa saja. Soalnya hutan di kawasan desa kita itu terkenal angker, Bapak kamu kan pernah hilang di sana.”Aku mengingatnya. Bapak pernah beberapa kali hilang di tempat tempat angker. Pernah di hutan bambu, pernah di kawasan hutan dan pernah juga hilang saat sedang tidur. Semua diceritakan agar aku waspada dan tentu tak sembarangan masuk kawasan kawasan itu.“Semoga Bapak bisa kembali.”Aku pun menunggu sembari berdoa. Asma juga menemaniku dan menghubungi Paman Hamzah. Beliau datang sendirian dan aku pun penasaran kenapa Paman tak datang dengan mamak dan bapakku.

  • Jerat Pemikat   2-39

    ..“Kita akan pulang nanti.”Bapak memastikan pastinya aku baik baik saja. Hal yang perlu dibahas dan diingat bahwa semua ini tak mungkin akan mudah. Namun, aku juga tak ingin menyia nyiakan kesempatan ini untuk bersama Bapak mencari jalan pulang. Bapak pergi bersama dengan sang raja dan beberapa pengawal, lalu tak lama kemudian kembali padaku. “Kalian makanlah,” ajak raja yang seperti Bapak panggil tadi. Raja. Aku yang dibaringkan di kamar khusus, hanya kamar ini terbuka sehingga aku bisa melihat Bapak duduk di meja khusus ditemani Mak Nyai.“Kalau tak begini, kamu tak mau datang ke sini lagi.” Mak Nyai terlihat menangis.“Untuk apa? Jangan membuat masalah dengan keluarga kami, bahkan setelah ini aku ingin kita hanya berdampingan beda dunia. Tak juga mencampuri urusan di alam masing masing.”“Mana bisa begitu? Gilang adalah anakmu, di mana kamu pernah mengatakan akan bisa menjaganya demi aku. Lupa?”“Menjaganya bukan berarti memilikinya. Ini tidak akan pernah terjadi lagi, jadi ber

DMCA.com Protection Status