RUMAH KONTRAKAN ANGKER (Pulau Bisa, Maluku Utara)

RUMAH KONTRAKAN ANGKER (Pulau Bisa, Maluku Utara)

last updateLast Updated : 2021-07-06
By:  Andre WildanyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
35Chapters
14.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Bercerita tentang sekelompok pemuda yang berniat untuk berjualan di sebuah pulau, di daerah maluku utara. Namun siapa sangka, kelima pemuda tersebut justru diarahkan untuk tinggal di sebuah rumah yang meminta tumbal nyawa. Akankah mereka bisa sanggup bertahan dari teror tanpa henti di rumah itu? Apakah mereka akan selamat saat keluar dari rumah itu?

View More

Chapter 1

Chapter 1 - Awal Perjalanan

Siang hari itu, di indekos berlantai dua. Terletak di Pulau Bacan, Halmahera, Maluku Utara. Aku dan empat teman, tengah sibuk mengemas seluruh barang yang akan kami bawa.

Namaku Andre, berasal dari Bandung, Jawa Barat. Empat temanku yang lain di antaranya Shelly, yang juga berasal dari Jawa Barat. Hanya saja dia Cirebon. Asih, asal Flores, Nusa Tenggara Timur. Dia yang paling tua di antara kami berlima sekaligus terpendek dalam tim.

Ina, wanita berkulit kuning langsat kelahiran Manado. Terakhir Rafli, suami Ina. Kelahiran Poso, Sulawesi Tengah. Rafli paling muda di antara kami dan mempunyai wajah paling tampan.

Kami hendak pergi ke sebuah pulau. Menurut info yang didapat, pulau tersebut sedang musim panen cengkih dan buah pala. Di sana ada banyak sumber penghasilan masyarakat yang bisa menguntungkan kami sebagai sales marketing independen.

***

Sampai di pelabuhan, kami langsung berbagi tugas. Dua orang mencari info rumah yang bisa kami kontrak, sedangkan sisanya menjaga barang.

"Asih, kamu sama Ina di sini aja ya, jagain barang. Saya sama Rafli mau cari rumah atau tempat kos yang bisa ditempatin buat semingguan," pinta Shelly.

Asih hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Mak, saya tunggu bareng Ina sama Asih aja, ya. Ombak barusan bikin isi perut serasa mau keluar semua. Sumpah!" pintaku pada Shelly.

"Ya udah, saya sama Rafli mau coba cari info. Tungguin, ya," jawab Shelly sembari beranjak pergi meninggalkan kami di pinggiran pelabuhan.

Seperti biasa, aku selalu memanggil Shelly dengan panggilan akrab "Mak" karena dia adalah leader-ku dalam pekerjaan ini.

Di kejauhan, masih terlihat Shelly dan Rafli sedang mengobrol dengan dua orang lelaki paruh baya. Sepertinya, mereka sedang terlibat obrolan serius dengan kedua bapak itu.

Tak lama, Shelly dan Rafli kembali menghampiri kami, disusul dengan kedua bapak yang tadi kulihat.

"Yuk, bawa barang-barang kita," ajak Shelly pada kami.

"Kita sudah dapat rumah, nih, untuk dikontrak dan yang pasti muraaahhh!" ucap Shelly dengan gaya lebay yang khas, sambil menggoyangkan tangan kiri di hadapan kami.

"Emangnya berapa, Mak?" tanyaku pada Shelly sembari mengangkat  barang bawaan.

"Cuma seratus lima puluh ribuan aja. Katanya, ada rumah saudaranya yang baru sebulanan kosong, jadi kita disuruh nempatin rumah itu kalau untuk semingguan," jelas Shelly selama kami dalam perjalanan.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki, kami sampai di tempat yang dituju. Rumah dengan aksen khas rumah Belanda zaman dahulu. Rumah lumayan besar, halaman juga luas dan adem. Ada beberapa pohon sirsak di halaman depan dan pohon mangga di samping rumah.

Saat kami mulai memasuki halaman, kedua bapak tadi menjelaskan agar rumah ini dibersihkan terlebih dahulu, supaya nyaman tinggal di sini. 

"Nanti kalian sapu, lalu pel. Biar nyaman kalau rumahnya bersih," katanya sembari membuka kunci pintu depan.

Setelah pintu terbuka dan kami memasuki rumah itu, ada perasaan aneh yang membuat bulu kudukku meremang. 

Hawa rumah ini terasa berbeda. 

Namun, aku tak terlalu memperlihatkan kepada keempat temanku, karena tahu pasti mereka semua penakut. Sedangkan aku, memang sedari kecil sudah sangat akrab dengan hal-hal mistis, jadi sudah tahu hanya dengan merasakan hawa.

Sepertinya, penghuni rumah ini memiliki pengaruh kuat, hingga meskipun aku sudah berpengalaman dalam hal mistis, masih tetap merasakan hawanya.

"Nah, ini ruangan depan. Ada tiga kamar di rumah ini, terserah kalian mau ambil kamar yang mana. Kalau mau ambil alat untuk bersih-bersih, semuanya ada di gudang sebelah dapur belakang," ujar salah satu bapak yang mengantarkan kami tadi.

Penjelasan dari beliau membuatku sedikit kaget karena sedari tadi, terlalu terbawa suasana di dalam rumah yang sangat hening. Kesan angkernya sangat kuat.

"Kita bagi-bagi tugas kalau begitu. Rafli dan Mas Andre bagian menyapu, sedangkan Asih, Mbak Shelly, dan saya bagian mengepel, supaya cepat," usul Ina sambil berlalu ke belakang diikuti oleh Rafli.

Aku pun ikut membantu membereskan barang-barang sebelum rumah ini dibersihkan. Sedangkan Shelly dan Asih, malah asyik memilih kamar. Tak lama kemudian, Rafli muncul membawa dua sapu. Sedangkan Ina ditinggalkan sendirian di dapur, karena masih sibuk mencari kain pel.

"Ina di mana, Fli?" tanyaku pada Rafli. 

"Ada tuh, di belakang. Nyari pel, katanya," sahut Rafli. Setelah itu, terdengar suara Ina memanggil Rafli dari ruangan belakang.

"Fli! Coba kamu ke sini dulu, bantuin aku nyari pel!" teriak Ina pada Rafli. Namun, belum sempat Rafli menghampiri Ina, wanita itu sudah berlari dan langsung memeluk suaminya. Kami jadi terheran-heran dengan sikap Ina yang tiba-tiba seperti itu.

"Kamu kenapa?" tanya Rafli pada Ina yang masih memeluknya.

"Di dapur ada yang melempar kain. Ada juga suara perempuan, seperti berbisik. Saya kira itu Asih, tapi saya lihat sekeliling dapur, tidak ada siapa pun!" rengek Ina sambil tetap memeluk Rafli.

Betul kan dugaanku, pasti ada yang tidak beres dengan rumah ini, kataku dalam hati.

Lalu, menuju dapur sendirian, meninggalkan mereka di ruangan depan yang masih sibuk menenangkan Ina yang ketakutan.

Aku memperhatikan sekeliling dapur, melihat setiap sudut ruangan di belakang rumah. Di dekat dapur, ada jalan masuk sejenis gang kecil yang mengarah ke kamar mandi. Aku mengecek semuanya, tetapi tak menemukan apa pun selain bulu kuduk yang makin meremang.

Di sini justru hawanya makin terasa ....

Saat sedang fokus memeriksa ruangan, tak berselang lama, aku merasa seperti ada seseorang yang meniup telinga dari belakang. Kubalikkan badan dan tepat di depan pintu kamar mandi, akhirnya bisa melihat siapa sesungguhnya penghuni rumah ini!

Kuperhatikan sosok itu dengan saksama tanpa mengedipkan mata. Wanita menggunakan baju kemeja dengan motif bunga dan rok panjang. Rambutnya sebahu. Dia menyeringai di hadapanku. Kepalanya miring ke kanan, seakan-akan lehernya patah.

Aku mulai gemetar, tetapi alam bawah sadarku berkata, Aku pasti bisa, jangan lemah! Hal seperti ini sudah sering kali terjadi!

Kemudian, sosok itu berkata, "Ini rumahku. Aku tak sudi jika kalian ada di sini. Pergi!" Sosok itu kembali mengulang perkataannya. "Pergi dari rumahku!"

Sampai akhirnya, Rafli dan Shelly menghampiriku. Barulah aku tersadar dan sosok itu menghilang dari pandangan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Zhu Phi
Rumah Kosong di Dusun Angker sudah update lagi ya. Kali ini sampai tamat. Ikuti terus perjalanan Clara.
2022-12-05 00:14:00
0
user avatar
Siti Chatijah
sayang ,ceritanya seru ,easy reading gak berbelit2 kenapa gak ganti cerita aja kak.kayak bagus lho ceritanya.tamat bagus lho padahal.
2022-03-23 22:18:02
0
user avatar
Li Sa
yuk baca novel ini juga pemuda yang tidak terduga
2022-01-27 11:25:05
1
user avatar
Amih Lilis
Aku tuh penakut. Tapi penasaran pengan baca. Gimana dong?
2021-08-15 16:10:57
0
user avatar
Ayunina Sharlyn
seru dan menegangkan. bagus ceritanya ......
2021-08-15 16:09:34
0
user avatar
Hikaru San
lanjut bang.....
2021-03-18 16:52:13
1
35 Chapters
Chapter 1 - Awal Perjalanan
Siang hari itu, di indekos berlantai dua. Terletak di Pulau Bacan, Halmahera, Maluku Utara. Aku dan empat teman, tengah sibuk mengemas seluruh barang yang akan kami bawa.Namaku Andre, berasal dari Bandung, Jawa Barat. Empat temanku yang lain di antaranya Shelly, yang juga berasal dari Jawa Barat. Hanya saja dia Cirebon. Asih, asal Flores, Nusa Tenggara Timur. Dia yang paling tua di antara kami berlima sekaligus terpendek dalam tim.Ina, wanita berkulit kuning langsat kelahiran Manado. Terakhir Rafli, suami Ina. Kelahiran Poso, Sulawesi Tengah. Rafli paling muda di antara kami dan mempunyai wajah paling tampan.Kami hendak pergi ke sebuah pulau. Menurut info yang didapat, pulau tersebut sedang musim panen cengkih dan buah pala. Di sana ada banyak sumber penghasilan masyarakat yang bisa menguntungkan kami sebagai sales marketing independen.***Sampai di pelabuhan, kami langsung berbagi tugas. Dua orang mencari info rumah yang bisa kami kontrak, sedangkan sisanya menja
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 2 - Ina Menjerit Ketakutan
"Woy! Kamu ngapain, Dre?" tanya Rafli mengagetkanku. Belum sempat menjawab, Shelly juga bertanya, "Kamu lihat sesuatu di sini ya, Dre?" Ia tahu, di antara kami, hanya aku yang mampu berinteraksi dengan 'sesuatu' yang lain.Aku tak menjawab pertanyaan mereka secara langsung. Hanya memberi isyarat sambil menunjuk ke arah pintu kamar mandi. Kemudian, kulanjutkan penjelasan dengan bahasa tubuh. Tanganku memperagakan rambut sebahu, kepala miring ke kanan, dan tak lupa menunjukkan ekspresi senyum menyeringai.Shelly dan Rafli saling berpandangan satu sama lain setelah melihatku. Saat kami berada dalam keheningan, tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan dari gudang.BRUK!Shelly dan Rafli langsung berlari ke ruangan depan. Aku juga kaget, tetapi suara tadi justru membuatku semakin penasaran.Sebenarnya, ada apa di dalam gudang itu? Mengapa tadi Ina berkata ada yang melempar kain dari gudang?Kuberanikan diri melangkah menuju pintu gudang. Jantungku berdeba
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 3 - Sosok seorang Nenek
Asih dan Shelly yang sedari tadi di dalam kamar, akhirnya ikut bergabung bersama kami di ruang tengah.Kupikir Asih dan Shelly keluar dari kamar mereka karena ingin bergabung bersama kami untuk menenangkan Ina, tetapi ternyata ... dugaanku salah. Asih dan Shelly pun juga mendapat gangguan di kamar mereka!"Ehh ... ehh ... rumah ini serem banget! Saya lagi sisiran di depan cermin, tiba-tiba ada bayangan lewat. Pas saya lihat ke belakang, kok tidak ada siapa-siapa. Begitu saya lihat lagi ke cermin, orangnya ada! Nyengir, terus ngetawain saya!" Shelly menjelaskan sambil mempraktikkan apa yang baru saja dia lihat di kamar mereka tadi. Sedangkan Asih, cuma planga-plongo mendengar cerita kami."Kamu ngapain ke sini juga, Sih?" tanyaku."Saya sedang rebahan di ranjang sambil memegang ponsel menghadap tembok. Pas melihat Mbak Shelly, dia sudah tidak ada di kamar. Ya sudah, saya ikut keluar juga. Saya takut ditinggalkan sendirian di kamar." Dengan polosnya, Asih menjelaskan kejad
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 4 - Fakta Mengejutkan
Aku mulai berjalan menghampiri beliau, lalu duduk di sampingnya. Ingin menatap wajahnya yang teduh dan bijaksana itu, tetapi mata ini seakan tak mampu untuk memandang terlalu lama. Nenek itu tersenyum melihatku, lalu mulai membuka obrolan."Kamu dari mana asalnya, Nak?" "Saya lahir di Jawa Barat, Nek," jawabku sambil terus menunduk karena tak mampu menatap wajahnya."Kamu tahu, kenapa dari awal datang ke rumah ini, kalian diganggu terus-menerus?" Beliau melanjutkan pertanyaannya."Ti-tidak tahu, Nek," jawabku. Aku sedikit gugup saat menjawab pertanyaan ini. Entah apa yang tiba-tiba kurasakan.Si nenek lalu melanjutkan kembali perkataannya, "Apa kamu juga tahu rumah ini sudah dikosongkan berapa lama?""Menurut papa Mirna, rumah ini baru dikosongkan sebulan yang lalu, Nek. Jadi hanya itu yang kami tahu," jawabku.Si nenek tersenyum. "Rumah ini sudah dikosongkan sepuluh tahun, Nak. Dulu, pernah ada beberapa orang yang mencoba tinggal di rumah ini seperti kali
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 5 - Sosok Wanita tanpa Kepala
Kami duduk makin tak beraturan dan berdesakan, saat Asih tiba-tiba setengah melompat dari tempat duduknya semula. Dia langsung memeluk papa Mirna seperti umumnya seseorang meminta perlindungan karena takut. Gadis itu menangis di belakang papa Mirna, sedangkan aku dan Rafli memasang posisi siaga. Bersiap untuk saling menjaga satu sama lain.Ina juga terlihat memosisikan dirinya duduk mendekati Asih dan papa Mirna. Suasana di ruang depan rumah itu semakin menegangkan. Saat aku memasang mata untuk mencari siapa yang tadi mencolek Asih dari belakang, aku melihat Shelly menutup mulutnya. Ekspresinya seperti ingin tertawa, tetapi dia tahan. Aku sangat heran. Di saat situasi semakin menegangkan seperti ini, dia justru malah seperti ingin tertawa. Aku bertanya padanya. "Lah, kenapa malah ketawa, Mak?"Seketika, dia langsung tertawa lepas, membuatku makin kebingungan."Yaa habisnya, dari tadi saya lihat Asih, udah tegaaang banget! Makanya, saya isengin colek dia dari belaka
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 6 - Hantu Prajurit Belanda tanpa Mata
POV Asih Kubawa nampan berisi lima gelas, empat kopi dan satu teh. Sesampainya di ruang depan, kuhidangkan minuman itu di tengah-tengah kami. Lalu, bergabung dengan mereka."Wiiihhh ... mantap! Baru datang langsung disuguhi kopi. Asih ini memang calon istri yang pengertian!" gombal papa Mirna.Aku cuma memanyunkan bibir, tak mau menjawab apa pun."Jadi, bagaimana tadi, Pak?""Biasa, orang-orang di sini kalau panen cengkeh dan pala, dijualnya ke mana?" Rafli terlihat sangat serius, jika sedang berbicara soal bisnis."Nah, itu yang mau saya bilang tadi. Kami semua biasa panen dari mulai Oktober sampai Desember. Biasanya, tiga bulan itu pala dengan cengkeh banyak sekali dipanen. Bahkan, anak-anak kecil saja cuma memulung cengkeh di hutan, lalu mereka bawa ke rumah untuk dijemur. Sekalinya, bisa dapat sampai lima ratus ribu!" seru papa Mirna sangat bersemangat. "Biasa itu ada penampung yang datang ke sini untuk membeli langsung. J
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 7 - Kekesalan Memuncak
POV Ina"Eh, Asih kok, lama sekali ya di belakang?" Aku melontarkan pertanyaan pada Shelly."Tau, nih. Paling juga dia lagi ke toilet, kan, ada Andre juga di dapur. Sepertinya, Asih minta Andre jaga di pintu kamar mandi. Tahu sendiri, Asih kan paling penakut. Mau kencing saja masih minta ditemani," sahut Shelly cuek sembari menyeruput kopi."Atau coba kita berdua menyusul ke dapur saja, Mbak Shel. Kita bantu mereka di dapur. Dari siang kita juga belum makan apa-apa. Jadi sekalian masak saja mumpung ada Mas Andre dan Asih di dapur," ajakku.Aku pun akhirnya berdiri, disusul Shelly. Kami berjalan menuju dapur, meninggalkan Rafli dan papa Mirna yang masih asyik berbicara bisnis.Saat sampai di depan kamar, aku merasa ganjil melihat pintunya terbuka lebar. Lalu memilih berhenti sejenak dan berniat memeriksa. Sedangkan Shelly tetap cuek dan terus berjalan ke dapur.Aku terkejut saat melihat di dalam kamar, ternyata ada Asih. Dia berbaring tak sadarkan diri
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 8 - Misi penyelamatan ke dimensi Lain
Dalam keadaan masih terbaring, aku mencoba membuka mata. Melirik ke kanan dan kiri, berusaha mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi."Ternyata aku masih di kamar," gumamku dan mencoba bangkit dari tempat tidur, memosisikan tubuh dalam keadaan duduk. Menenangkan diri.Masih jelas dalam ingatan, saat kedua makhluk menyeramkan itu membuatku terdiam mematung di dapur. Ada sedikit rasa sesal dalam hati, mengapa aku tak mampu melakukan perlawanan sedikit pun saat kedua makhluk itu mempermainkanku?Aku merasa diri ini masih terlalu lemah. Untuk menggerakkan tubuh saja, aku tak mampu. Di tengah kacaunya pikiran, tiba tiba terdengar suara yang tak asing lagi. Ya, aku mengenali suara ini."Jangan terlalu memaksakan diri, Nak." Suara itu terdengar tepat di sebelah kanan tempatku duduk diam di kamar itu.Aku langsung menoleh dan benar saja, itu suara Nenek. "Saya belum mengucapkan terima kasih. Nenek datang di saat yang paling tepat, kalau bukan karena Nenek yang menolong, sa
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 9 - Asih ditemukan!
"Ayo, ikut bersama Nenek sekarang," ajak Nenek.Aku pun langsung bergegas mengikutinya. Batinku berkecamuk, kekhawatiran mulai menyeruak menguasai pikiran.Tak lama, kami sampai di tempat seperti gua tempat persembunyian, Gua itu sangat gelap dan lembap, meskipun samar-samar masih bisa kulihat karena pencahayaanya temaram."Ini tempatnya, Nak. Tapi dari batas ini, Nenek tak bisa lagi mengantarmu sampai ke ujung sana, Nenek akan menunggu di sini. Jikalau kamu sudah berhasil menyelamatkan temanmu. Gunakan kemampuan yang kamu miliki saat ini, untuk bisa menyelamatkan temanmu. Nenek yakin, dengan kemampuan saat ini, kamu pasti mudah untuk menyelamatkannya,” jelas Nenek.Aku mengangguk dan meminta izin segera masuk ke dalam gua itu. Saat menuju tempat yang ada di penghujung gua ini, banyak sekali mayat bergeletakan. Bahkan, ada beberapa mayat yang tubuhnya sudah tidak utuh. Potongan tubuh yang terpisah di sana-sini serta bau bangkai yang sangat menyengat, membuat mempercepat
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Chapter 10 - Suku moro, Orang Bunian? Atau Penduduk dimensi Lainnya?
Di tengah kebingungan dan ketakutan, aku benar-benar pasrah. Situasi saat ini benar-benar terjepit. Namun, saat kami mulai dikerumuni oleh sekumpulan mayat mengerikan, tiba-tiba terdengar seperti suara orang yang memanggil."Sebelah sini, cepat kemari!" seru suara tersebut.Aku berusaha untuk mencari sumber dari suara itu dan saat melihat ke depan sana, seorang laki-laki berdiri. Tak lama, disusul oleh beberapa teman yang tiba-tiba muncul entah dari mana.Kulihat, sebagian dari mereka langsung menghajar sekumpulan mayat yang sedari tadi mengerumuni kami, sedangkan sisanya membantu kami keluar dari kerumuman itu.Aku sangat bersyukur, di tengah rasa keputusasaan, akhirnya ada yang datang untuk menolong dan menyelamatkan kami.Kami pun terus berjalan menjauhi kerumunan mayat yang tengah diusir oleh beberapa orang yang menolong tadi, bahkan ada satu orang wanita dari kelompok penyelamat tersebut yang saat itu menawarkan bantuannya untuk memapah Asih berjalan.Aku menc
last updateLast Updated : 2021-02-11
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status