YOU AND US

YOU AND US

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-06
Oleh:  NyaonTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
31 Peringkat. 31 Ulasan-ulasan
50Bab
3.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Delna adalah seorang gadis manja, sifat angkuh serta egois membuatnya dijauhi oleh semua anak dikelas. Suatu hari sekolah mengadakan kegiatan PKL untuk anak tingkat dua. Bersama dengan kedua teman beda kelas, Delna menjalani kegiatan PKL disuatu desa tanpa nama. Berbagai kejadian tak mengenakan Delna alami disana, mampukah Delna mengatasi masalah yang ada?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Awal

Matahari sudah bersinar terang menyinari bumi, padahal jam baru menunjukkan pukul 06.03 pagi.

Seorang remaja laki laki berambut hitam terbangun karna merasakan sedikit rasa panas menerpa kulitnya yang pucat. Remaja itu terduduk sebentar untuk mengembalikan arwahnya yang berkeliaran ditengah malam.

"Masih jam 6 pagi.." gumam remaja itu masih sedikit mengantuk.

"Dion! Hari ini kamu PKL kan?" teriak wanita paruh baya dari arah bawah membuat Dion terlonjak kaget.

Dion buru buru masuk ke kamar mandi dan bersiap diri untuk pergi ke Semarang, karna pihak sekolah mengirimnya ke Apotek di desa di salah satu kota Semarang untuk melakukan kegiatan PKL bersama temannya yang lain.

"Dion!"

"Iya mamah! Ini Dion udah siap," ujar Dion membuka pintu sambil menampilkan senyum kepada mamahnya.

Mamah Dion menghela nafas lelah melihat penampilan anaknya, memang rapih namun rambut Dion berantakan.

"Baju rapih, tapi rambut gak, sama aja bohong Dion," ujar sang Mamah sabar menyisir rambut anaknya lembut dengan jari.

Setelah selesai Dion segera berpamitan pada mamahnya karna teman Dion sudah berada didepan rumah.

"Sara--"

"Di stasiun mamah!" seru Dion mengambil roti dimeja dan bergegas ke pintu depan, mamah Dion hanya menggeleng pelan melihat tingkah anaknya, ia berharap semoga Dion baik baik saja disana.

Suara gemerisik orang stasiun menghiasi pendengaran Dion dan kedua temannya.

"Duh masih sempat gak ya?" ujar remaja perempuan berambut pirang dan berkulit sawo matang khawatir.

"Pasti sempat, toh masih jam 7," jawab remaja laki laki berambut hitam seperti Dion dengan tenang.

"Kenapa kalian tenang banget sih? Kita itu mau PKL diluar kota loh, di desa lagi," ujar perempuan itu kesal.

"Ian! Delna! Ayo, keretanya udah Dateng!" potong Dion membuat Ian dan Delna berhenti bertengkar.

Mereka segera bergegas menuju tempat pemberhentian kereta yang akan membawa mereka ke Semarang.

•••

Suasana segar ala pedesaan menyambut Dion, Ian serta Delna. Pemandangan sawah yang sedang musim panen menambah kesan indah.

Dion kemudian mengecek ponsel pintarnya ketika ia dan teman-temannya keluar dari stasiun. Ian juga melakukan hal yang sama sedangkan Delna hanya menatap sekitar khawatir, gadis itu tidak terbiasa tinggal di desa.

"Apotik sa .. tu?" ujar Dion sedikit bingung kala melihat nama Apotik tempatnya PKL.

"Mungkin karna di desa jadi nama Apotik nya gitu," ujar Ian lalu mengangkat telepon yang Dion duga itu adalah telepon dari Kepala Desa.

"Iya .. heem .. baik terima kasih Pak," ujar Ian menutup telepon lantas kembali memainkan jarinya diatas layar ponsel.

"Dimana tempatnya Ian?" ujar Delna sembari menyemprotkan parfum pada tubuhnya.

"Alay," ujar Ian menyindir Delna yang menurutnya terlalu berlebihan, "ikuti aku, tadi Pak Hendra udah ngasih tau alamat Apoteknya," lanjut Ian segera berjalan di depan kedua temannya yang masih sibuk sendiri dengan dunia mereka.

***

Bangunan putih dengan ukuran tidak terlalu besar terpampang dihadapan Dion, Ian dan Delna. Diatas bangunan itu terdapat tulisan 'Apotik Satu' berukuran besar. Kaca jendela transparan menampilkan berbagai barang serta obat yang ada di dalam Apotik tersebut.

Dion berjalan mendahului kedua temannya kemudian masuk kedalam Apotik itu disertai senyuman manis.

"Permisi Kak, saya Anak PKL," ujar Dion sopan pada seorang Karyawan yang tengah menghitung uang dikasir.

"Anak PKL?" ujar Karyawan itu ketika melihat Ian dan Delna masuk.

Dion menengok kebelakang lalu kembali menghadap ke arah Karyawan.

"Iya, kami bertiga Anak PKL." Ian mengangguk membenarkan perkataan Dion.

"Baik, tunggu sebentar ya dik." Karyawan itu kemudian menaruh kembali uang yang ia hitung, mengunci kasir dan segera pergi kebelakang.

Delna melihat sekeliling, ada sedikit kekaguman terpancar dari raut wajah Delna. Apotik tempatnya PKL lumayan bagus, letak tata obatnya pun rapi, dan yang lebih penting lagi adalah tempatnya bersih. Delna pikir Apotik di desa itu kumuh dan berantakan.

Ketiganya menunggu lama, suasana canggung pun tak terelakkan. Dion yang biasanya terkenal cerewet sekarang hanya diam memainkan Handphone, Ian lebih memilih untuk berkeliling. Walaupun ia pendiam, tetapi rasa ingin tahunya sangat besar, terkadang lelaki itu bertanya pada Karyawan khasiat dari obat yang ia lihat.

"Halo, maaf menunggu lama."

Seorang wanita berkisar umur 30 tahunan datang menghampiri Dion dan Delna. Senyuman hangat wanita itu lontarkan pada Dion dan Delna serta Ian yang baru selesai berkeliling.

"Ahh iya tidak apa apa Bu," ujar Dion tersenyum kikuk.

"Mari bicara di dalam," ujar wanita itu mempersilahkan Dion dan kawan kawan masuk ke bagian belakang.

Sang wanita membuka pintu perlahan kemudian masuk diikuti oleh Dion, Delna dan Ian. Kursi tamu adalah hal pertama yang mereka lihat, disusul meja kaca serta Televisi besar. Mereka kemudian duduk di kursi panjang setelah diperbolehkan untuk duduk oleh pemilik Apotik.

"Boleh saya tau nama kalian?"

"Saya Dion Pratama, biasa dipanggil Dion," ujar Dion memperkenalkan diri disertai senyuman manis, tanpa sadar wajah Delna memerah melihat senyum Dion.

"Saya Ian," ujar Ian singkat dengan wajah datar.

"Hanya Ian?" tanya Wanita itu heran, baru pertama kali ia dengar nama seseorang hanya satu kata. Ian lalu mengangguk mengiyakan perkataan wanita itu.

Wanita itu membuang nafas kemudian kembali tersenyum, ia lalu menunjuk Delna untuk memperkenalkan diri.

"Saya Magdadelna Kumala Sari, Ibu bisa panggil Delna," ujar Delna tersenyum sombong.

"Baik. Nama Ibu, Salma Kenongo. Kalian bisa panggil Ibu Salma," ujar Ibu Salma, yang lain hanya ber-oh ria.

"Kalian bisa mulai PKL besok, untuk sekarang kalian bisa menemui Kepala Desa atau mungkin mempelajari obat di Apotik ini terlebih dahulu," jelas Bu Salma panjang lebar.

Mereka bertiga berdiri lalu pamit dan segera keluar dari ruang tamu.

"Aku mau belajar obat dulu disini, sekalian kenalan," ujar Ian sedikit gugup, ini pertama kalinya ia harus berkenalan dengan orang asing, biasanya orang asing lah yang akan berkenalan terlebih dahulu, bahkan jika kalian tau sebenarnya saat bertanya tentang obat pada salah satu Karyawan, tubuh Ian berkeringat dingin.

"Baiklah, aku dan Delna akan bertemu dengan Kepala Desa," ujar Dion tanpa bertanya Delna setuju atau tidak untuk ikut dengannya.

"Ckk, baiklah aku ikut," balas Delna sebal tetapi tetap memilih untuk ikut Dion.

Mereka pun berpisah untuk  melakukan rencana mereka.

Kini Dion sampai di rumah Kepala Desa, lelaki itu masuk terlebih dahulu karna pintu tidak di kunci.

"Permisi .. pak Hendra?" tanya Dion sopan kala melihat seorang pria tua berjalan keluar dari kamar.

"Dion ya? Mari, silahkan masuk," ujar pak Hendra mempersilahkan Dion serta Delna untuk duduk.

"Ingin minum apa?" tanya pak Hendra kemudian memanggil anaknya untuk membuatkan minum.

Dion menggeleng, "tidak perlu pak, kami tidak haus, benarkan Delna?"

Delna awalnya terlihat senang karna ia akan mendapat minum, namun setelah Dion menanyakan hal itu, rasa senangnya menghilang dan terpaksa menolak tawaran pak Hendra.

"Kalian ingin cepat cepat mengetahui tempat tinggal kalian ya?" ujar Kepala Desa seakan mengerti bahwa sebenarnya Dion ingin beristirahat.

Dion hanya terkekeh sambil menganggukkan kepala pelan.

"Kalau begitu bapak ini alamat tempat tinggal kalian." Pak Hendra lalu menyerahkan secarik kertas berisi jalan serta ciri ciri rumah yang akan mereka tinggali.

"Terima kasih Pak." Dion melangkah keluar diikuti Delna dibelakang.

Setelah keluar Delna bergumam tidak jelas, "nanti kubelikan minum," ujar Dion seakan mengerti isi hati Delna.

"Ian gimana?" tanya Delna mensejajarkan langkahnya dengan Dion, "udah ku kirim ke Ian."

Di tempat Ian ..

Tring!

Ponsel Ian berdering menandakan pesan masuk. Ian lantas membuka pesan itu lalu tersenyum tipis, ia lalu berpamitan pada Karyawan disana dan segera beranjak pergi menyusul Dion serta Delna.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
97%(30)
9
3%(1)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
31 Peringkat · 31 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Baby Kia
Cerita menarik semoga cepat ada sambungan nya
2021-05-25 16:12:03
0
user avatar
Rossystories
Kak, cerita serem emang paling yahut yah.
2021-04-27 08:40:21
0
user avatar
CahyaGumilar79
Aithor yang kaya ginian memang mantal
2021-04-25 18:46:03
0
user avatar
Widii
Lucu nih Dion, tadi nantangin hantu jangan cuma suara, takut sendiri ujungnya 😂
2021-04-25 08:21:22
0
user avatar
athena_vivian
Wowwwww....paranormal activity.. .😘😘😘😘
2021-04-24 19:28:32
0
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-24 18:35:04
0
user avatar
Bluesea
Next lagi dong. Jangan nge gantung.
2021-03-17 01:04:12
0
user avatar
Mu chan zayam
Deg-degan aku bacanya😬
2021-03-16 07:41:40
0
user avatar
Black Rose
ditunggu lanjutannya, kak.. keren
2021-03-08 22:40:37
0
user avatar
Rasyidfatir
mantap ceritanya kak☺💪
2021-03-08 21:07:20
0
user avatar
Alya Snitzky
Hai kak, semangat nulisnya yaa
2021-03-08 14:51:51
0
user avatar
Toipah20 Ipah
semangat kak...
2021-03-06 15:06:09
0
user avatar
Septiani AL
Keren banget
2021-03-06 13:53:43
0
user avatar
Lavender My Name
aku bacanya deg-degan...tegang akunya..semangat up kak
2021-03-06 12:51:38
0
user avatar
Kim Ly
Kereen banget
2021-03-06 12:25:38
0
  • 1
  • 2
  • 3
50 Bab
Awal
Matahari sudah bersinar terang menyinari bumi, padahal jam baru menunjukkan pukul 06.03 pagi.Seorang remaja laki laki berambut hitam terbangun karna merasakan sedikit rasa panas menerpa kulitnya yang pucat. Remaja itu terduduk sebentar untuk mengembalikan arwahnya yang berkeliaran ditengah malam."Masih jam 6 pagi.." gumam remaja itu masih sedikit mengantuk."Dion! Hari ini kamu PKL kan?" teriak wanita paruh baya dari arah bawah membuat Dion terlonjak kaget.Dion buru buru masuk ke kamar mandi dan bersiap diri untuk pergi ke Semarang, karna pihak sekolah mengirimnya ke Apotek di desa di salah satu kota Semarang untuk melakukan kegiatan PKL bersama temannya yang lain."Dion!""Iya mamah! Ini Dion udah siap," ujar Dion membuka pintu sambil menampilkan senyum kepada mamahnya.Mamah Dion menghela nafas lelah melihat penampilan anaknya, memang rapih namun rambut Dion berantakan."Baju rapih, tapi rambut gak, sama aja bohong Dion," ujar san
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-02-08
Baca selengkapnya
Hari Pertama
Malam hari menghiasi cakrawala bumi, semua orang di Desa maupun Kota telah terlelap ke alam mimpi. Tetapi tidak untuk sekelompok anak ini. Mereka sibuk dengan dunia sendiri, ada yang bermain Handphone, ada yang membaca buku dan ada juga yang sedang melakukan rutinitas malam.Yap, benar, anak anak itu adalah Dion, Ian dan Delna. Ini adalah kali pertama mereka jauh dari keluarga, maka dari itu mereka tidak bisa tidur."Ih! Banyak nyamuk!" keluh Delna sembari memukuli wajahnya pelan.Dion yang mendengar keluhan Delna tertawa terbahak bahak sedangkan Ian hanya memutar mata malas dan melanjutkan kegiatannya membaca buku."Nyamuk aja kok dimasalahin?" ujar Dion setelah tawanya berhenti, lelaki itu kemudian menggeleng memperhatikan tingkah Delna yang masih memukuli nyamuk, sesekali Delna memukul tembok lalu mengerang kesakitan."Ckk, kalau bukan karna sekolah, aku gak mau ada di Desa ini!" seru Delna lantang, beberapa detik setelahnya angin berhembus kuat memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-02-22
Baca selengkapnya
Hari Kedua
Sesuatu bergerak gerak dibalik lebatnya semak-semak. Suara lolongan anjing disertai siulan burung hantu membuat bulu kuduk siapapun berdiri.Srak!"LARII!"Dion dan Delna berlari bersama, meninggalkan Ian yang masih diam memperhatikan 'makhluk' didepannya."Kucing item doang ternyata .." ujar Ian bernafas lega ketika seekor kucing hitam keluar dari balik kegelapan.Ian lalu menghampiri kucing itu. Berjongkok dihadapan sang kucing adalah hal pertama yang Ian lakukan. Tangannya terulur ke depan untuk mengelus kepala si kucing hitam.Awalnya kucing itu menolak, hewan itu bahkan meninggalkan bekas cakar pada telapak tangan Ian. Namun Ian tak peduli, remaja itu tetap ingin mengelus si kucing."Aku hanya ingin mengelus mu, sebentar~ saja," bujuk Ian masih dengan tangan terulur kedepan.Mendengar hal itu, si kucing akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Ian. Remaja itu tersenyum lembut, bulu kucing ini sangat halus pikir Ian.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-03-02
Baca selengkapnya
Hari Ketiga
"Kenapa gak bilang dari awal kalau kamu bawa teman, hah?!" seru Henri tepat diwajah Ian.Tubuh Ian bergetar hebat karna bentakan Henri. Melihat temannya ketakutan, Dion langsung membela Ian, walaupun sebenarnya dirinya juga takut tetapi demi teman, Dion akan melakukan apapun."Mas, mohon maaf jika memang teman saya berbohong. Mas kan bisa beritahu baik baik, tidak perlu sampai membentak," ujar Dion sopan sembari mengelus punggung Ian.Tangan Henri terkepal kuat, pertanda kalau dirinya sedang menahan amarah, kepala Henri juga sedikit bergetar."Lurus aja kesana, nanti ketemu jalan, bisa pulang sendiri kan?" ujar Henri menghela nafas kasar sembari menunjuk kearah kanan.Setelah menunjukkan arah, Henri pergi dari sana, meninggalkan Dion, Ian serta Delna sendirian. Semuanya langsung menghela nafas lega, entah kenapa saat ada Henri mereka merasa tertekan."Ayo kembali sebelum hari makin gelap." Ajak Ian membopong Dion, Delna mengikuti dibelakang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-17
Baca selengkapnya
Hari keempat
Suasana pagi hari ini sangat ramai, penduduk desa berbondong-bondong membeli bahan pokok di pasar.Hari ini adalah hari minggu, apotek tempat mereka PKL tetap buka, hanya saja anak PKL akan diliburkan.Dion menguap kala matahari menyinari kamarnya, rambut hitam berkilau terkena cahaya matahari. Selimut Dion angkat sebagai tanda bahwa semua nyawa telah berkumpul ditubuh sang remaja.Suara depakan selimut bisa Ian dengar, namun remaja itu lebih memilih untuk mengabaikan dan kembali melanjutkan tidur di bawah selimut.Lenguhan keluar dari mulut Dion, seluruh ototnya benar benar terasa kaku, seperti ada sesuatu yang menindih Dion semalam."Hari ini libur kan, Ian?" ujar Dion membuka secara paksa selimut yang menutupi seluruh tubuh temannya itu.Ian membuka mata, netra hitam masih terlihat lesu, tak ada semangat disana."Hah?" tanya Ian balik karna tak mendengar pertanyaan Dion."Hari ini libur kan?" ujar Dion lagi dengan menekan kalimat ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-22
Baca selengkapnya
Hari Kelima
Tanah becek tak Dion hiraukan, fokus utamanya adalah lari dari kuburan ini.Benar, Dion sedang berada di sebuah pemakaman. Dion baru sadar setelah tadi tersandung sebuah batu nisan putih."Khi .. khi .. "Suara tawa perempuan semakin terdengar keras, dengan tubuh bergetar Dion berusaha bangkit dan kembali berlari."Ya Allah .. selamatkan Dion," gumam Dion sambil membaca doa doa pendek.Keringat dingin membasahi seluruh pelipis serta tubuh Dion, luka lecet di kaki menjadi penghalang kecepatan berlari Dion, pohon dengan daun lebat menghalangi pandangan remaja itu."Sial! Sial!" umpat Dion ketika kembali dititik awal, sekarang ia tak tau arah jalan pulang."Hahaha!"Suara tawa kembali terdengar, kali ini tercampur suara laki laki.Dion menutup telinganya erat, tak ingin mendengar suara tawa yang saling menyaut satu sama lain."Berhenti! Kumohon berhenti!" seru Dion frustasi ketika merasakan sesuatu mendekati dirinya.Tap
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-25
Baca selengkapnya
Hari keenam
Sinar mentari menyinari bumi pagi ini, kehangatan membuat Delna terbangun lebih awal.Namun bukannya kesegaran yang ia dapat, rasa sakit justru datang menghampiri. Otot-otot Delna renggangkan untuk menghilangkan rasa sakit, bunyi tulang membuat gadis itu merasa sedikit lega.Delna terdiam di atas kasur, kejadian kemarin masih terpatri jelas dalam ingatan, berputar bagai film horror.*Saat itu, suasana rumah benar benar terlihat sepi, bahkan Delna bisa mendengar deru nafas dirinya sendiri. Kaki Delna pijakan pada lantai kayu yang sudah usang, ia sampai lupa melepas sepatu.Lampu tiba tiba saja padam, membuat Delna terlonjak kaget. Gebrakan pintu menjadi penambah rasa takut pada diri Delna.Kegelapan menyelimuti, hanya ada remang cahaya orange dari balik jendela dengan pembatas berukiran kuno."Tenang Delna, ini bukan apa apa," gumam Delna pelan sembari melihat sekitar. Jujur saja, ia takut dengan suasana seperti ini.Hawa dingin tiba t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-02
Baca selengkapnya
Hari Ketujuh
"Delna kenapa sih? Akhir akhir ini sering banget marah gak jelas," ujar Dion sembari memakan es krim yang diberikan Ian.Ian mengangkat bahu acuh, "mungkin lagi dapet? Bisa juga yang lain," ungkap Ian lirih pada akhir kalimat.Dion mengangguk pelan dan lanjut memakan es krim. Suasana hening menghampiri dalam beberapa menit, baik Dion maupun Ian tidak ada yang mau berbicara, keduanya sama sama sibuk dengan dunia sendiri.Ian sibuk dengan gawai sedangkan Dion sibuk menghabiskan es krim, remaja itu belum sarapan dari tadi pagi."Habis ini makan makanan berisi ya? Kamu belum makan apa-apa kan Dion?" ujar Ian tahu jika Dion belum sarapan.Dion tertawa canggung lalu mengangguk, potongan terakhir Dion makan sebelum stik kayu ia buang kesembarang arah."Aduh!" seru seorang pria dibelakang mereka, stik es krim Dion mengenai seseorang ternyata.Dion lantas berbalik untuk melihat seseorang yang terkena lemparan stik es krimnya. Ian hanya melirik sekila
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-07
Baca selengkapnya
Hari Kedelapan
Mendengar peringatan yang diberikan Diego tak membuat Dion takut, remaja itu justru tertawa."Hantu? Pfft, omong kosong," ujar Dion seakan melupakan kejadian yang kemarin ia alami."Kamu .. gak percaya?" ujar Diego dengan ekspresi takut diwajahnya.Dion menggeleng sebagai jawaban, senyum remeh hadir diwajahnya yang chabi itu."Kalau .. kamu?" tanya Diego menunjuk Ian.Ian mengangguk, ketakutan tiba tiba saja menghampiri ketika Ian melihat bayangan hitam dibelakang Dion."Kalian kenapa sih? Percaya banget sama yang namanya hantu," ujar Dion menambah rasa takut pada Diego dan Ian, sepertinya Diego juga melihat bayangan itu batin Ian."Dion, kayanya kamu perlu ketemu langsung deh sama mereka." Setelah mengatakan hal itu, Diego merangkul Ian, membawa anak itu pergi meninggalkan Dion sendirian."Bagus, sekarang gak ada yang mau temenan sama aku," gumam Dion berjalan keliling apotik, ia tidak tau harus melakukan apa sekarang.***
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-08
Baca selengkapnya
Hari Kesembilan
"IAN!"Sesosok bayangan hitam adalah hal pertama yang Ian lihat. Sosok itu kemudian berjalan masuk. Ingin rasanya Ian berlari meninggalkan rumah, namun apa daya tubuhnya tak mau menuruti perintah otak.Ian menengguk ludah kasar ketika sosok hitam itu berjalan semakin dekat.DAR!Kilatan petir membuat Ian dapat melihat jelas siapa sosok didepannya, walau samar karna kilatan petir hanya memberi sedikit penerangan."M-Manusia ternyata .. " gumam Ian menghela nafas lega, tangan Ian gunakan untuk mengelus dada agar degup jantung tak kian mengencang."S-Siapa?" tanya Ian mendongak keatas untuk melihat dengan jelas sosok didepannya.Orang itu hanya diam, tak merespon pertanyaan yang dilontarkan Ian.Kilatan petir kembali menyambar bumi, kali ini Ian dapat melihat ekspresi yang dipancarkan diwajah orang itu.Marah dan kesal adalah dua kata yang tepat untuk mendeskripsikan wajah orang didepan Ian. Oh, bagus, sekarang rasa takut muncul lag
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-05-10
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status