Familiar. Satu kata yang menjelaskan perasaan gadis bernama Yeriana saat menginjakkan kaki di rumah barunya. Hal-hal mistis pun mulai Ia rasakan. Sesosok makhluk tertangkap oleh indera penglihatannya dan sejak itu hidup Yeri berubah. Sosok itu selalu menampakkan diri dan menghantui malamnya serta keluarganya. Hingga suatu saat semuanya menjadi lebih buruk. Yeri mencoba mengungkap segala hal terkait dengan rumah itu dan sesuatu yang dirahasiakan oleh keluarganya. Mampukah Yeri mengatasi teror mengerikan itu?
Lihat lebih banyakSepuluh menit menuju tengah malam. Seluruh penghuni rumah sudah terlelap namun Tara masih terjaga, tidak bisa tidur. Ia memandang langit-langit dan menjadikan tangannya sendiri sebagai bantal. Entahlah, dia tiba-tiba merasa khawatir dengan keadaan adik-adiknya dirumah. Walau Ia yakin Yeri pasti mengundang teman-temannya menginap tapi rasa cemas tetap datang menghampirinya. Tara mendudukan tubuhnya dan mengusap wajahnya. Disaat yang bersamaan, pintu kamar Tara terbuka dan memperlihatkan Jena dengan piyama tidurnya. Ada raut gelisah di wajahnya, “Kenapa Jen?” “Can we go home now? Perasaan gue gak enak.” Tanpa berpikir dua kali, Tara mengangguk menyetujui saran adiknya. Dengan tidak enak hati, Tara dan Jena harus membangunkan om serta tantenya di tengah malam untuk berpamitan. Namun siapa sangka Juna dan istrinya memutuskan untuk ikut keponakannya pulang ke rumah. Dengan waktu yang singkat untu
“Om masih punya nomor telepon temen om gak?”“Temen yang mana? Temen Om banyak omong-omong.” Jawab Juna sambil menyesap kopi yang baru dibuat kembali oleh Sonya-istrinya.“Yang waktu itu nolongin kita Om.”“Ohh.. Yoshi?” tebak lelaki itu. Tara dan Jena langsung mengangguk semangat. Juna menatap kedua keponakan kesayangannya intens, sedangkan kedua kakak beradik itu menatap Om-nya penuh harap. Sembari menghela napas, Juna menegakkan tubuhnya dan menyesap kembali kopinya, “Om ga inget nomornya, coba tanya tante mu.”-:-Posisi matahari tepat diatas kepala. Di tengah teriknya matahari, mobil Tara melaju membelah jalanan. Akhirnya mereka mendapatkan nomor telepon dan alamat Yoshi dari Sonya, tantenya. Namun, saat Jena mencoba menghubungi teman Om dan tantenya itu ternyata nomornya sudah tidak aktif. Disinilah m
Matahari belum muncul sepenuhnya namun Tara serta Jena sudah sibuk dan lagi-lagi menimbulkan kebisingan. Yeri yang sedang duduk disofa menatap jengah kearah kedua kakaknya yang mondar-mandir tidak jelas, “Lo berdua ngapain sih?” “Gue sama Jena mau ke rumah Om Seokjin.” Ucap Tara yang sudah rapih dengan setelan kemejanya. “Terus gue gak lo ajak gitu?” sungut Yeri, Tara menatap Yeri datar. Laki-laki itu pun mendudukan bokongnya di samping adik perempuannya. Menunggu Jena yang masih bersiap di kamarnya, “Lo kan tau kejadian semalem, gak mungkin gue ajak Key. Jadi lo dirumah aja jagain Key.” Yeri membenarkan ucapan kakak laki-lakinya dalam hati. Selanjutnya hanya ada suara televisi yang mengisi ruang tamu. Tak lama kemudian, Jena yang telah selesai bersiap datang dan menyeret Tara untuk segera berangkat. Mata Yeri bergerak mengikuti kedua kakaknya hingga mereka tidak terlihat lagi dalam pandangannya. Yeri menggeleng pelan dan terkekeh kecil melihat tingkah kakaknya itu. Setelahnya Yeri
Sehari setelah para sahabatnya menjenguk Yeri, Ia merasa lebih baik dan memutuskan untuk masuk sekolah hari ini. Walaupun luka lebam pada lengannya belum juga sembuh. Tara sempat membujuk sang adik untuk beristirahat dirumah lebih lama namun Yeri menolak bujukan sang kakak. Ia tidak mau tertinggal pelajaran. "Yer, pulang aja ya?" Yeri yang sedari tadi menelungkupkan kepalanya langsung menegakkan badannya dan menghela napas lelah. Sudah yang kesekian kalinya Wendy menyuruhnya untuk pulang, "Gue gapapa Wen." "Ih, muka lo masih pucet Yer!" "Ayo Yer. Biar gue nyuruh si Justin atau Helmi ngan-" ucapan Wendy terputus saat seseorang memasukkan sepotong roti kedalam mulutnya. "Bawel banget deh lo." Helmi- si pelaku- mendapat pukulan yang tidak bisa dikatakan pelan di punggungnya. Sementara Yeri hanya tertawa melihatnya. Ah.. sudah berapa hari Ia tidak masuk sekolah dan Ia merindukan keributan yang dibuat oleh pata sahabatnya itu. "Beneran udah sehat Yer?" tanya Justin. "Udah kok." Just
Hari ini Yeri tidak masuk sekolah. Alpha. Tidak ada yang tahu kenapa Yeri absen, bahkan para sahabatnya pun tidak tahu. Saat bel istirahat berbunyi, Serena dan yang lain berkumpul di pojok belakang kelas, duduk mengelilingi meja Helmi dan Justin. Mereka sedang menerka-nerka alasan mengapa Yeri tidak hadir hari ini. “Tumben banget loh. Yeri gak masuk sekolah tapi gak ngasih kabar ke kita sama sekali.” Celetuk Wendy, yang lain mengangguk mengiyakan. “Coba deh Ser, lo chat Kak Tara atau Jena.” Usul Justin. Serena menggeleng pelan dan menunjukkan layar handphonenya, “Udah, tapi gak di bales. Di read aja engga.” Setelah itu hanya ada keheningan di antara mereka. Mereka berkutat dengan pikiran masing-masing hingga Wendy menyarankan Serena untuk mencoba menelepon Tara atau Jena. Serena mengangguk dan kemudian mencoba menghubungi kedua kakak Yeri. “Mau kemana lo
Satu minggu telah berlalu. Lagi-lagi kegaduhan terdengar di dalam rumah Yeri. Keluarga Yeri memang tidak bisa lepas dari kata gaduh. Ya lebih tepatnya Tara dan Jena, dua kakak beradik itu sering membuat kebisingan setiap hari. Kehebohan hari ini berawal dari Jena yang meminta Tara mengajarkannya memasak untuk makan malam dan berakhir dengan Tara yang tidak berhenti mengomel seperti ibu-ibu. 'Lo mau masak apa bakar rumah sih?!' 'Lo mau masak ikan yang bener dong, masa sisik ikannya lo makan juga!' 'Gila! Garamnya dikit aja woy! Lo kalo mau bunuh diri ga usah ngajak yang lain' Kira-kira seperti itulah pertengkaran kakak beradik ini. Tara dan Jena memang susah akur karena umur mereka hanya terpaut 1 tahun, jadi diantara mereka tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya Jena menyerah. Dia memang tidak pandai memasak. Dan semua hal tentang masakan diambil alih oleh Tara. Jena hanya membantu menata piring-piring di meja makan. "Lo panggil Yeri sama Key gih" perintah Tara. Dengan malas Jena m
Hari semakin larut. Jena sedang asik memainkan ponselnya, telivisi yang menyala dihadapannya pun ia abaikan. Kemudian Jena tersentak kaget saat Yeri tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya duduk di sampingnya. Jena memukul lengan Yeri pelan, “Ngagetin lo ah!” Yeri hanya tertawa puas melihat wajah terkejut kakak perempuannya. Setelah itu suasana kembali hening. Hanya ada suara televisi dan suara dari handphone Jena. Tak lama terdengar suara dari perut Yeri. Yeri memegang perutnya, ia lapar. Ia pun menusuk-nusuk lengan Jena dengan jari telunjuknya mencoba mencuri atensi kakaknya. "Jena.. gue laper." "Bikin mie instan aja sana, pake nasi biar kenyang" timpal Jena tanpa menoleh ke arah adiknya itu. Sibuk dengan handphonenya. "Gak ada makanan lain? Gue bosen mie terus." "Kalau gak mau yaudah, tunggu Tara pulang." Jawab singkat Jena, Yeri mendengus kesal. "Tara kan pulangnya jam 11, masa gue harus nunggu 2 jam?" "Terserah lo" dengan sangat terpaksa, Yeri bangun dari duduknya dan berjalan menuj
Atensi Yeri terpaku pada layar televisi. Sesekali tanganya mengambil cemilan diatas meja kemudian memasukkannya kedalam mulutnya. Hanya Yeri yang berada di ruang tamu. Jena sedang membantu adik bungsunya mengerjakan tugas rumah dikamar Key, sedangkan Tara belum kembali dari tempat kerjanya.tuk tuk tukSuara ketukan sedari tadi terdengar dari arah dapur. Yeri yang mulanya menikmati siaran televisi harus terganggu oleh suara yang membuat siapapun yang mendengarnya menjadi parno. Entah mengapa semakin Yeri mengabaikan suara itu, semakin keras pula suara itu terdengar. Yeri meraih remote kemudian menambah volume suara televisi. Sesaat suara itu tidak lagi terdengar. Yeri pun kembali menyamankan tubuhnya diatas sofa dengan kaki yang Ia naikkan keatas meja.Tidak lama kemudian tubuh Yeri kembali menegang. Suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dan jelas seakan suara itu berasal dari samping Yeri. Sangat jelas. Yeri mengigit bibir bawahnya dan mencengkram erat pinggiran sofa. Ia ing
"Cepetan buka bagasi nya." "Iya bawel." Setelah selesai berbelanja kebutuhan rumah, Jena dan Tara langsung bergegas pulang kerumah. Namun, saat mereka sudah masuk kedalam mobil, Tara tidak langsung menyalakan mesin mobil melainkan berkutat dengan ponselnya. Hal itu pun membuat Jena kesal. "Buruan jalan. Kasian dua bocil dirumah sendirian," Omel Jena sambil memukul bahu Tara. "Bentar napa sih! gue mau bales chat Irena dulu." jawab Tara dan dibalas dengan puluhan ocehan Jena. "Sumpah, besok-besok mending gue ngajak Yeri buat belanja. Lo bikin gue pengen gigit stir mobil mulu." dumel Tara. Setelah itu mobil Tara melaju dengan kecepatan rata-rata. Jalanan yang tidak terlalu ramai mempersingkat waktu perjalanan. Saat berada di jalan menuju rumahnya, tiba-tiba sesuatu melesat dengan cepat di depan mobil Tara. Tara yang terkejut pun menginjak rem dengan kuat membuat tubuhnya dan Jena terhuyung ke depan. "Apaan itu? jangan-jangan lu nabrak orang!!" ucap Jena Histeris. Jena pun menyuruh
Sebuah mobil audi hitam memasuki halaman sebuah rumah yang cukup besar. Si pengendara mematikan mesin mobil setelah memastikan kendaraannya terparkir dengan sempurna kemudian bergegas untuk membuka bagasi mobil. Para penumpang pun ikut turun dari mobil. Merenggangkan tubuh mereka yang pegal karena perjalanan yang cukup panjang. "Lo yakin kita bakal tinggal disini? rumahnya kaya udah gak keurus gini." "Ck, kemarin gue sama Om Jun nyari rumah yang murah, dan ini yang paling murah." jelas Tara- kakak pertama gadis itu- sambil mengeluarkan koper dari bagasi mobil. Gadis itu tidak menimpali ucapan lelaki itu lagi, dia tidak habis pikir kenapa kakak pertamanya itu membeli rumah yang setara dengan rumah hantu. Yeriana-nama gadis itu- atau lebih akrab dengan panggilan Yeri, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah besar dihadapannya. Cat dinding yang luntur, dinding yang retak dibeberapa bagian, teras yang tertutup dengan daun-daun kering. Yeri tidak bisa menebak pada tahun berapa rum...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen