Rahasia Gubuk Belakang Rumah Mertua

Rahasia Gubuk Belakang Rumah Mertua

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-26
Oleh:  Khanna  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
23 Peringkat. 23 Ulasan-ulasan
40Bab
29.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Fira dan Ubay serta Arsya, anak mereka, akan pergi ke rumah ibunya Ubay, yaitu mertua Fira. Namun, selalu saja dipersulit agar tidak datang ke sana. Apakah ada rahasia yang disembunyikan oleh ibu mertua? Sehingga Fira dan keluarga dilarang pergi ke sana?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Part 1

“Nda, minggu besok apa jadi ke rumah ibu?” tanya mas Ubay.Dia suamiku. Sedangkan namaku Fira. Kita berdua berada di dapur. Dia duduk di belakangku, tepatnya di meja makan. Aku sedang memasak mumpung jagoan kecilku terlelap tidur.Jam di dinding menunjukkan pukul setengah enam sore, sudah hampir maghrib tapi Arsya—putraku belum juga bangun. Dia tidur dari jam setengah empat tadi. Mungkin dia kelelahan habis main dengan teman-temannya.“Jadi dong, Yah. Kita sudah lama lho, nggak ke sana. Sejak aku hamil Arsya, kita belum pernah bertemu sama ibu lagi. Apa kamu nggak kangen, Yah?”Aku memasukkan bumbu-bumbu ke dalam wajan.“Kangen sih pasti, Nda. Tapi ibu ‘kan yang menyuruh kita nggak main ke rumahnya. Apa lebih baik kita menuruti apa kata ibu saja?”“Yah … kok ngomong gitu sih? Kita sudah lima tahun lho nggak main ke sana. Apa kamu nggak kasihan sama ibu? Mungkin di sana beliau sanga

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Zhu Phi
Rumah Kosong di Dusun Angker sudah update lagi ya. Kali ini sampai tamat. Ikuti terus perjalanan Clara.
2022-12-05 00:14:44
0
user avatar
Zhu Phi
Mampir yuk Rumah Kosong di Dusun Angker
2022-06-08 17:02:40
0
user avatar
MARETTA
hampir yuk di novel pemuda yang tidak terduga
2022-01-27 14:51:39
1
user avatar
Yulliana
semangat, sukses selalu
2021-10-25 23:21:58
0
user avatar
Mentari
Kak khanna aku sudah mampir nh......
2021-10-22 22:07:59
1
user avatar
Ct Rubayah Asmarah
terbaik...
2021-10-04 20:49:01
2
user avatar
Pratiwi
Ceritanya menarik, semangat up ya
2021-09-17 14:14:28
1
user avatar
fafa
semangat trus ya nulis nya~
2021-09-17 10:37:34
1
user avatar
Nona_happy
good job thor, bikin deg2an. up yg banyak thor. fighting!
2021-09-16 18:44:56
1
user avatar
Dewa Amour
Suka beet cerita yg mengandung misteri gini. Bikin greged dan penasaran Thoorr ...
2021-09-16 15:18:53
1
user avatar
Gadis Cantik
Misterius.... aku suka cerita seperti ini...... lanjut kak
2021-09-15 12:38:42
1
user avatar
AmJiyeon
Semangat kak!
2021-09-14 19:59:21
1
user avatar
Pena Air
semangat kak
2021-09-14 19:12:23
1
user avatar
Aily Ar
Nambah daftar bacaan nih
2021-09-13 00:30:55
1
user avatar
Iani_p
ceritanya bikin penasaran nih...
2021-09-12 20:10:37
1
  • 1
  • 2
40 Bab

Part 1

“Nda, minggu besok apa jadi ke rumah ibu?” tanya mas Ubay.Dia suamiku. Sedangkan namaku Fira. Kita berdua berada di dapur. Dia duduk di belakangku, tepatnya di meja makan. Aku sedang memasak mumpung jagoan kecilku terlelap tidur.Jam di dinding menunjukkan pukul setengah enam sore, sudah hampir maghrib tapi Arsya—putraku belum juga bangun. Dia tidur dari jam setengah empat tadi. Mungkin dia kelelahan habis main dengan teman-temannya.“Jadi dong, Yah. Kita sudah lama lho, nggak ke sana. Sejak aku hamil Arsya, kita belum pernah bertemu sama ibu lagi. Apa kamu nggak kangen, Yah?”Aku memasukkan bumbu-bumbu ke dalam wajan.“Kangen sih pasti, Nda. Tapi ibu ‘kan yang menyuruh kita nggak main ke rumahnya. Apa lebih baik kita menuruti apa kata ibu saja?”“Yah … kok ngomong gitu sih? Kita sudah lima tahun lho nggak main ke sana. Apa kamu nggak kasihan sama ibu? Mungkin di sana beliau sanga
Baca selengkapnya

Part 2

“Nda … Arsya takut, Nda … hiks!” Dia menatapku dengan linangan air mata. Aku segera mendekap dan menenangkannya. “Udah, udah … nggak usah takut ya? Sudah ada Bunda ‘kan? Arsya nggak usah takut lagi ya?” “Tapi Arsya masih takut, Nda ….” Tangan kecilnya mendekapku erat. “Arsya mimpi buruk ya?” Aku menerka kejadian yang membuatnya menangis sesenggukan seperti ini. Kepalanya mengangguk. Berarti benar apa yang kuduga.
Baca selengkapnya

Part 3

“Oh iya, kok jadi nggak ada. Padahal nggak lama manggil ayah. Apa mungkin sudah dikubur sama tetangga?” Aku pun heran dengan kejadian yang baru saja terjadi. “Yah … kok malah dikubur sama tetangga sih, Nda. Arsya ‘kan mau lihat ayah yang nguburin,” ketus Arsya. Dia benar-benar penasaran. “Bagus dong kalau sudah ada yang nguburin,” sahut mas Ubay. “Mbak Fira, Mas Ubay … lagi ngapain bawa cangkul segala?” tanya tetangga depan rumah. “Hehe. Iya Bu. Tadi ada ayam mati yang tergeletak di rumput dekat pagar,” jawabku. 
Baca selengkapnya

Part 4

“Tapi Man, kami sudah jauh-jauh datang ke sini. Dari jam Sembilan pagi sampai jam dua lebih baru sampai lho, Man. Sayanglah kalau mau pulang lagi. Apalagi kami sudah lama banget nggak ketemu sama ibu.” Mas Ubay tentu saja akan memprotesnya. Padahal menurut mas Ubay, paman Joko adalah orang yang sangat baik, tapi kenapa sekarang melarang kami untuk pergi menemui kakaknya yang memang ibu kandungnya mas Ubay. “Ya sudah terserah kamu saja, Bay. Yang penting paman sudah memperingatkan. Ayo duduk. Oh, ini Arsya pasti ya? Udah gede ya?” Sebelum duduk, aku pun bersalaman. Arsya pun kusuruh untuk mencium tangan kakeknya. “Memangnya di rumah ibu ada apa? Kenapa sampai Pam
Baca selengkapnya

Part 5

“Oh iya ya … hmm, mungkin kakek tadi terburu-buru. Ya jadi gitu deh, beliau jalannya cepat-cepat masuk ke semak-semak itu, Sayang.” Aku menjelaskannya dengan nada sebiasa mungkin. Tidak mau jika Arsya mengetahui, aku pun sebenarnya merasa takut dan ngeri. Masa iya, tidak ada tanda-tanda kakek itu sudah masuk ke area yang lebih banyak ditumbuhi semak-semak. Ya, setidaknya ada semak-semak yang bergoyang karena kakek itu melewatinya. Yang kulihat hanya bergerak terkena angin saja. “Oh … begitu ya, Nda.” “Iya Sayang ….” Untunglah tidak ada pertanyaan lain yang Arsya sampaikan. 
Baca selengkapnya

Part 6

“Alhmdulillah Ibu … akhirnya bisa ketemu sama Ibu lagi,” ucap mas Ubay, saat mengetahui seseorang yang memanggilnya adalah ibu mertua. Dengan langkah yang panjang, dia menghampiri beliau. Aku dan Arsya pun menyusulnya. Mas Ubay terlihat sangat bahagia, aku pun merasakan hal yang sama. Lima tahun sudah tak pernah bertemu. Sudah pasti, kami sangat rindu dengan beliau. Apalagi dulu kami sempat tinggal bersama lumayan lama. “Ubay? Fira?” Ibu terkejut melihat kami ada di hadapan beliau. Tak menunggu lama, mas Ubay langsung saja memeluk beliau. Aku yakin, detik ini dia sangat bahagia dan terharu. &ldq
Baca selengkapnya

Part 7

“Yah, kayaknya ibu nggak terlalu suka kalau kita datang ke rumah ini deh,” bisikku, agar tidak terdengar oleh ibu. “Nggak lah, Nda. Ibu pasti hanya bingung, tau-tau kita sudah ada di rumahnya. Di dalam hati pasti ibu sangat bahagia.” Mas Ubay tidak mau berpikiran negative kepada ibu. Iya sih, seharusnya memang begitu. Namun, dari tadi sikap ibu terlihat sangat aneh dan sepertinya ibu sangat tak nyaman. Raut wajahnya seperti seorang yang sangat khawatir. Tapi apa yang dikhwatirkan oleh beliau? Seharusnya ibu bahagia saat kami datang ke rumahnya. Justru beliau terlihat sebaliknya. “Iya Yah, semoga saja seperti itu. Kira-kira yang tadi jatuh apa ya, Yah?” Aku
Baca selengkapnya

Part 8

Meski rasa takutku begitu besar. Aku memberanikan diri menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang memegang pundakku. “Kalian kenapa masih ada di kamar Ibu? Ayo ke depan dulu.” Ya, ternyata hanya ibu mertua yang memegang pundakku. Aku sangat lega dan tanpa sadar mengelus dada. Kuhembuskan napas untuk membuang rasa takut yang masih tertinggal. “Arsya! Jangan pegang benda itu!” bentak ibu tiba-tiba. Sontak aku kaget dan segera melihat Arsya. Sebenarnya apa yang Arsya pegang, sampai-sampai ibu membentaknya? Ya, ternyata hanya kotak yang belum lama ini ditutup rapat oleh beliau. Apa kotak itu sangat berharga, sampai cucunya yang baru datang dibentak seperti tadi?
Baca selengkapnya

Part 9

Aku melihat ibu pergi lewat pintu belakang. “Yah, memangnya di dalam gubuk itu ada apanya sih? Kok ibu sampai melarang kayak gitu?”  “Ayah juga nggak tau, Nda. Mungkin saja di sana banyak barang berharga milik ibu.” “Iya sih, mungkin begitu. Lalu, kotak yang ibu pegang kira-kira isinya apa ya, Yah? Soalnya kemarin waktu Arsya memegangnya ibu terlihat nggak suka. Ibu mendadak kayak orang marah, membentak Arsya segala. Apa isinya sangat penting sampai ibu membentak Arsya kayak gitu, Yah?” Padahal aku tak berniat menceritakannya, tapi rasa penasaranku yang mengendalikannya. “Membent
Baca selengkapnya

Part 10

“Aman? Aman bagaimana, Bu?” tanyaku. “Ya … intinya malam ini kalian boleh menyalakan lampu. Nggak usah pakai lampu minyak yang Ibu buat.” Aku masih belum memahami perkataan beliau. Pandanganku beralih ke arah mas Ubay, dia hanya mengangguk saja. “Iya Bu, mungkin dengan seperti itu, Arsya bisa betah dan nggak takut lagi,” ucap mas Ubay. “Iya Bay. Kalian di sini saja ya? Ibu yang akan masak.” “Fira bantu ya, Bu?” Selalu saja diriku menawarkan bantuan. 
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status