All Chapters of Rahasia Gubuk Belakang Rumah Mertua: Chapter 1 - Chapter 10

40 Chapters

Part 1

“Nda, minggu besok apa jadi ke rumah ibu?” tanya mas Ubay.Dia suamiku. Sedangkan namaku Fira. Kita berdua berada di dapur. Dia duduk di belakangku, tepatnya di meja makan. Aku sedang memasak mumpung jagoan kecilku terlelap tidur.Jam di dinding menunjukkan pukul setengah enam sore, sudah hampir maghrib tapi Arsya—putraku belum juga bangun. Dia tidur dari jam setengah empat tadi. Mungkin dia kelelahan habis main dengan teman-temannya.“Jadi dong, Yah. Kita sudah lama lho, nggak ke sana. Sejak aku hamil Arsya, kita belum pernah bertemu sama ibu lagi. Apa kamu nggak kangen, Yah?”Aku memasukkan bumbu-bumbu ke dalam wajan.“Kangen sih pasti, Nda. Tapi ibu ‘kan yang menyuruh kita nggak main ke rumahnya. Apa lebih baik kita menuruti apa kata ibu saja?”“Yah … kok ngomong gitu sih? Kita sudah lima tahun lho nggak main ke sana. Apa kamu nggak kasihan sama ibu? Mungkin di sana beliau sanga
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 2

“Nda … Arsya takut, Nda … hiks!” Dia menatapku dengan linangan air mata. Aku segera mendekap dan menenangkannya. “Udah, udah … nggak usah takut ya? Sudah ada Bunda ‘kan? Arsya nggak usah takut lagi ya?” “Tapi Arsya masih takut, Nda ….” Tangan kecilnya mendekapku erat. “Arsya mimpi buruk ya?” Aku menerka kejadian yang membuatnya menangis sesenggukan seperti ini. Kepalanya mengangguk. Berarti benar apa yang kuduga.
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 3

“Oh iya, kok jadi nggak ada. Padahal nggak lama manggil ayah. Apa mungkin sudah dikubur sama tetangga?” Aku pun heran dengan kejadian yang baru saja terjadi. “Yah … kok malah dikubur sama tetangga sih, Nda. Arsya ‘kan mau lihat ayah yang nguburin,” ketus Arsya. Dia benar-benar penasaran. “Bagus dong kalau sudah ada yang nguburin,” sahut mas Ubay. “Mbak Fira, Mas Ubay … lagi ngapain bawa cangkul segala?” tanya tetangga depan rumah. “Hehe. Iya Bu. Tadi ada ayam mati yang tergeletak di rumput dekat pagar,” jawabku. 
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 4

“Tapi Man, kami sudah jauh-jauh datang ke sini. Dari jam Sembilan pagi sampai jam dua lebih baru sampai lho, Man. Sayanglah kalau mau pulang lagi. Apalagi kami sudah lama banget nggak ketemu sama ibu.” Mas Ubay tentu saja akan memprotesnya. Padahal menurut mas Ubay, paman Joko adalah orang yang sangat baik, tapi kenapa sekarang melarang kami untuk pergi menemui kakaknya yang memang ibu kandungnya mas Ubay. “Ya sudah terserah kamu saja, Bay. Yang penting paman sudah memperingatkan. Ayo duduk. Oh, ini Arsya pasti ya? Udah gede ya?” Sebelum duduk, aku pun bersalaman. Arsya pun kusuruh untuk mencium tangan kakeknya. “Memangnya di rumah ibu ada apa? Kenapa sampai Pam
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 5

“Oh iya ya … hmm, mungkin kakek tadi terburu-buru. Ya jadi gitu deh, beliau jalannya cepat-cepat masuk ke semak-semak itu, Sayang.” Aku menjelaskannya dengan nada sebiasa mungkin. Tidak mau jika Arsya mengetahui, aku pun sebenarnya merasa takut dan ngeri. Masa iya, tidak ada tanda-tanda kakek itu sudah masuk ke area yang lebih banyak ditumbuhi semak-semak. Ya, setidaknya ada semak-semak yang bergoyang karena kakek itu melewatinya. Yang kulihat hanya bergerak terkena angin saja. “Oh … begitu ya, Nda.” “Iya Sayang ….” Untunglah tidak ada pertanyaan lain yang Arsya sampaikan. 
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 6

“Alhmdulillah Ibu … akhirnya bisa ketemu sama Ibu lagi,” ucap mas Ubay, saat mengetahui seseorang yang memanggilnya adalah ibu mertua. Dengan langkah yang panjang, dia menghampiri beliau. Aku dan Arsya pun menyusulnya. Mas Ubay terlihat sangat bahagia, aku pun merasakan hal yang sama. Lima tahun sudah tak pernah bertemu. Sudah pasti, kami sangat rindu dengan beliau. Apalagi dulu kami sempat tinggal bersama lumayan lama. “Ubay? Fira?” Ibu terkejut melihat kami ada di hadapan beliau. Tak menunggu lama, mas Ubay langsung saja memeluk beliau. Aku yakin, detik ini dia sangat bahagia dan terharu. &ldq
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 7

“Yah, kayaknya ibu nggak terlalu suka kalau kita datang ke rumah ini deh,” bisikku, agar tidak terdengar oleh ibu. “Nggak lah, Nda. Ibu pasti hanya bingung, tau-tau kita sudah ada di rumahnya. Di dalam hati pasti ibu sangat bahagia.” Mas Ubay tidak mau berpikiran negative kepada ibu. Iya sih, seharusnya memang begitu. Namun, dari tadi sikap ibu terlihat sangat aneh dan sepertinya ibu sangat tak nyaman. Raut wajahnya seperti seorang yang sangat khawatir. Tapi apa yang dikhwatirkan oleh beliau? Seharusnya ibu bahagia saat kami datang ke rumahnya. Justru beliau terlihat sebaliknya. “Iya Yah, semoga saja seperti itu. Kira-kira yang tadi jatuh apa ya, Yah?” Aku
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 8

Meski rasa takutku begitu besar. Aku memberanikan diri menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang memegang pundakku. “Kalian kenapa masih ada di kamar Ibu? Ayo ke depan dulu.” Ya, ternyata hanya ibu mertua yang memegang pundakku. Aku sangat lega dan tanpa sadar mengelus dada. Kuhembuskan napas untuk membuang rasa takut yang masih tertinggal. “Arsya! Jangan pegang benda itu!” bentak ibu tiba-tiba. Sontak aku kaget dan segera melihat Arsya. Sebenarnya apa yang Arsya pegang, sampai-sampai ibu membentaknya? Ya, ternyata hanya kotak yang belum lama ini ditutup rapat oleh beliau. Apa kotak itu sangat berharga, sampai cucunya yang baru datang dibentak seperti tadi?
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 9

Aku melihat ibu pergi lewat pintu belakang. “Yah, memangnya di dalam gubuk itu ada apanya sih? Kok ibu sampai melarang kayak gitu?”  “Ayah juga nggak tau, Nda. Mungkin saja di sana banyak barang berharga milik ibu.” “Iya sih, mungkin begitu. Lalu, kotak yang ibu pegang kira-kira isinya apa ya, Yah? Soalnya kemarin waktu Arsya memegangnya ibu terlihat nggak suka. Ibu mendadak kayak orang marah, membentak Arsya segala. Apa isinya sangat penting sampai ibu membentak Arsya kayak gitu, Yah?” Padahal aku tak berniat menceritakannya, tapi rasa penasaranku yang mengendalikannya. “Membent
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

Part 10

“Aman? Aman bagaimana, Bu?” tanyaku. “Ya … intinya malam ini kalian boleh menyalakan lampu. Nggak usah pakai lampu minyak yang Ibu buat.” Aku masih belum memahami perkataan beliau. Pandanganku beralih ke arah mas Ubay, dia hanya mengangguk saja. “Iya Bu, mungkin dengan seperti itu, Arsya bisa betah dan nggak takut lagi,” ucap mas Ubay. “Iya Bay. Kalian di sini saja ya? Ibu yang akan masak.” “Fira bantu ya, Bu?” Selalu saja diriku menawarkan bantuan. 
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status