Arfan, seorang pemuda yang merayakan pertambahan umurnya di sebuah desa pesisir pantai bernama selaras. Ia bersama dengan keluarga tak mengetahui misteri kelam yang tersembunyi di desa selaras.Sebuah kesalahanan fatal yang dilakukan Arfan dan juga Vino membuat mereka masuk ke dalam terowongan berdarah. Terowongan yang menyimpan berbagai macam kesedihan penyiksaan saat pada zaman penjajahan dahulu.Apakah mereka berhasil keluar dari terowongan berdarah dengan selamat?
View MoreDada pemuda itu terasa sedikit sesak melihat keadaan Vino yang masih terbaring lemah di atas brankar dengan wajah penuh luka goresan. Sedikit memberanikan diri, Arfan mencoba melangkah ke arah kerumunan di ruangan bernuansa putih itu untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sini."Ke-kenapa Vino ada di sini? Bukankah ia memasuki terowongan bersama dengan diriku? Tapi ... sosok yang aku temukan di terowongan itu adalah arwah tentara. Apa mungkin itu hanya imajinasi saja?" tanya pemuda itu bingung.Sejujurnya, saat ini Arfan sangat kebingungan dengan apa yang telah terjadi padanya dan juga Vino. Semua berawal dari Vino yang nekat memasuki terowongan hingga akhirnya Arfan pun ikut terseret masuk dan akhirnya berkali-kali melihat kelamnya masa lalu dari perbuatan terowongan yang membutuhkan banyak darah dan nyawa. Rasanya, rintihan tangis korban terowongan masih terngiang jelas di telinga Arfan beberapa detik lalu. Namun, kini semua berubah, ia berada di ruangan yang sama d
Sesekali Arfan menoleh ke belakang untuk memastikan. Samar terlihat sosok hitam dengan tubuh tinggi berdiri tepat di tengah terowongan. Sorot mata merahnya menatap tajam ke arah dirinya dan juga Vino. Dengan bibir bergetar menahan ketakutan, Arfan pun mempercepat langkah demi menghindari sosok menyeramkan itu.Aneh, bau busuk kembali tercium di sekitar sini. Pandangan pemuda itu pun masih kurang jelas melihat seluruh isi terowongan penuh misteri ini.“Aarrggghhh!” Suara raungan kencang terdengar dari arah belakang. Sontak Arfan menoleh tanpa menghentikan langkah.Tak terlihat apa pun di belakang. Sosok itu telah hilang ditelan gelapnya terowongan setan ini. Namun, rasanya aura kelam semakin terasa menyesakkan dada.“Aarrgghh!” pekik Arfan saat kakinya tersandung sesuatu. Tubuhnya terjerembap bersama dengan Vino. Namun, tiba-tiba Arfan menyadari bahwa dirinya seperti menimpa sesuatu yang besar dan juga lembek.“Bau apa ini?&rdquo
"Masukkan dia ke dalam tembok!" perintah pemimpin itu."Baik, Pak!" jawab beberapa tentara bayaran.Empat orang tentara menbawa tubuh pria yang tak lagi utuh itu ke dalam adonan semen, mereka menyuruh salah seorang pekerja paksa untuk menimbun tubuh yang baru saja mereka bunuh itu ke dalam bangunan terowongan. Tanpa berlama-lama lagi, para pekerja dan tentara itu membenamkan tubuh pria tadi ke dalam adonan bangunan hingga tubuh rentanya tak terlihat lagi.Cahaya putih menyilaukan kembali datang hingga membuat Arfan menutup matanya. Suasana kembali hening, tak ada terdengar suara besi yang berasal dari pembangunan terowongan itu.Pemuda itu pun membuka matanya secara perlahan saat ia yakin bahwa penglihatannya telah berakhir. Ia mengerjapkan mata seraya membiasakan retina mata dengan kegelapan yang ada di sekitar."Aw, apa karena mayat-mayat yang menjadikan pondasi terowongan ini sangat kuat hingga mempunyai kenangan sekelam ini?" tanya Arfan lirih sera
Tanpa belas kasih, tentara itu mengangkat kapak setinggi mungkin, dan tak lama kapak itu dengan cepat melesat ke arah leher sang Ibu.Craat!Dalam seperkian detik, kepala sang Ibu terpisah dari tubuhnya. Darah segar mengucur deras dari tubuh dan kepala hingga cipratan darah mengenai dinding terowongan yang masih dalam proses pembangunan. Manik mata sang Ibu membelalak, rasa sakitnya kini telah berakhir, sang Ibu meregang nyawa demi memperjuangkan kebebasan buah hatinya, tetapi itu semua sia-sia.Tawa menggelegar dari sang pemimpin yang terlihat sangat puas ketika melihat darah berceceran di sana sini dengan potongan tubuh yang kini tak utuh lagi.Suara Arfan seakan-akan tersekat, deru napasnya berhenti sejenak, begitu juga dengan denyut nadi yang terasa terhenti ketika melihat kejadian masa lalu yang begitu mengerikan.Kaki pemuda itu sontak berjalan mundur tanpa perintah. Pemandangan di hadapannya ini adalah yang terburuk dari semua kilasan waktu. "Mama, Pa
***Riuh suara kicauan burung terdengar di sekitar penginapan. Udara pagi begitu menyegarkan, sehingga Arfan terbangun dengan tubuh yang segar. Ia menghirup dalam-dalam segarnya udara di desa ini."Sangat berbeda dengan udara kota," gumamnya.Arfan tak sabar ingin berjalan-jalan mengitari desa yang sangat asri ini. Terlebih, desa ini ada di pesisir pantai yang indah. Tentu saja akan menjadi pengalaman paling menyenangkan selama liburan."Mama, aku boleh, kan, jalan-jalan ke luar bareng sama Vino?" tanya pemuda itu pada Desi yang tengah sibuk berkutat dengan bahan masakan."Boleh, tapi jangan jauh-jauh, ya," pinta Desi."Oke, Ma!" serunya seraya berlari keluar dari penginapan.Langkahnya semakin cepat, tak sabar rasanya untuk mengajak Vino menikmati indahnya pesisir pantai di pagi hari begini. Arfan mendatangi penginapan Vino yang masih tampak sepi."Vino! Vino!" serunya seraya mengetuk pintu.Tak berapa lama, pintu pun terbuka menam
"Masih jauh, ya, Pa?" tanya Arfan, pemuda yang duduk di kursi belakang."Sebentar lagi sampai, kok," jawab pria paruh baya bernama Arga itu."Kamu tidur saja dulu, nanti Mama bangunkan," ujar Desi.Arfan pun hanya bisa mengembuskan napas pelan, ia sudah lelah berada di dalam mobil seharian ini. Kini, keluarga kecilnya akan menuju sebuah desa yang terkenal dengan keindahan pesisir pantainya untuk menikmati liburan.Udara semakin dingin, sedangkan jalanan terlihat sangat sepi tanpa penerangan karena saat ini mobil melaju melintasi hutan lebat yang menjadi pembatas Desa Selaras dan Kota Daruny.Suasana sangat sepi, hanya ada pepohonan di sisi jalan yang membuat perasaan Arfan menjadi tidak karuan. Pemuda itu tak tenang, ia merasa ada yang mengawasi dirinya. Sesekali manik matanya melirik ke arah pepohonan yang meliuk-liuk diterpa angin malam. Perasaannya mengatakan ada sesuatu yang membuat hutan terasa menyeramkan.Sekelebat bayangan melintas di depan jend
"Masih jauh, ya, Pa?" tanya Arfan, pemuda yang duduk di kursi belakang."Sebentar lagi sampai, kok," jawab pria paruh baya bernama Arga itu."Kamu tidur saja dulu, nanti Mama bangunkan," ujar Desi.Arfan pun hanya bisa mengembuskan napas pelan, ia sudah lelah berada di dalam mobil seharian ini. Kini, keluarga kecilnya akan menuju sebuah desa yang terkenal dengan keindahan pesisir pantainya untuk menikmati liburan.Udara semakin dingin, sedangkan jalanan terlihat sangat sepi tanpa penerangan karena saat ini mobil melaju melintasi hutan lebat yang menjadi pembatas Desa Selaras dan Kota Daruny.Suasana sangat sepi, hanya ada pepohonan di sisi jalan yang membuat perasaan Arfan menjadi tidak karuan. Pemuda itu tak tenang, ia merasa ada yang mengawasi dirinya. Sesekali manik matanya melirik ke arah pepohonan yang meliuk-liuk diterpa angin malam. Perasaannya mengatakan ada sesuatu yang membuat hutan terasa menyeramkan.Sekelebat bayangan melintas di depan jend
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments