Beranda / Horor / Misteri Loteng / 07. Sesuatu di Belakang

Share

07. Sesuatu di Belakang

Penulis: Giiwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Cepetan buka bagasi nya."

"Iya bawel."

Setelah selesai berbelanja kebutuhan rumah, Jena dan Tara langsung bergegas pulang kerumah. Namun, saat mereka sudah masuk kedalam mobil, Tara tidak langsung menyalakan mesin mobil melainkan berkutat dengan ponselnya. Hal itu pun membuat Jena kesal.

"Buruan jalan. Kasian dua bocil dirumah sendirian," Omel Jena sambil memukul bahu Tara.

"Bentar napa sih! gue mau bales chat Irena dulu." jawab Tara dan dibalas dengan puluhan ocehan Jena.

"Sumpah, besok-besok mending gue ngajak Yeri buat belanja. Lo bikin gue pengen gigit stir mobil mulu." dumel Tara.

Setelah itu mobil Tara melaju dengan kecepatan rata-rata. Jalanan yang tidak terlalu ramai mempersingkat waktu perjalanan. Saat berada di jalan menuju rumahnya, tiba-tiba sesuatu melesat dengan cepat di depan mobil Tara. Tara yang terkejut pun menginjak rem dengan kuat membuat tubuhnya dan Jena terhuyung ke depan.

"Apaan itu? jangan-jangan lu nabrak orang!!" ucap Jena Histeris. Jena pun menyuruh Tara keluar untuk mengeceknya. Tara mengelak. Ia tidak mau keluar dari mobil karena hey..bagaimana kalau itu hantu? tidak ada orang yang bisa berlari secepat itu. Namun Jena tetaplah Jena, Ia mendorong Tara untuk mengecek keadaan yang Ia yakini adalah si korban.

Tara mengalah. Ia pun keluar dari mobil dan mengecek bagian depan mobil. Nihil. Ia tidak menemukan apapun. Tara mencoba untuk mengecek kebagian bawah mobil dan hasilnya sama. Tidak ada apa-apa. Feeling Taehyung semakin kuat. Sosok tadi adalah hantu. Kemudian Tara pun kembali masuk kedalam mobil.

"Kan, gue bilang juga apa. Itu pasti bukan orang." Ucap Tara sembari memasang seatbelt. Jena hanya memutar bola matanya malas, enggan menimpali ucapan kakaknya itu. Saat Tara menyalakan mesin mobil kembali, matanya melihat sosok perempuan berdiri di bawah pohon tidak jauh dari mobilnya. Badan perempuan itu penuh darah dan tersenyum lebar ke arah Tara. Tara langsung mengalihkan pandangannya dan menjalankan mobilnya.

-:-

Yeri masih berada di loteng. Setelah menaruh barang-barangnya Yeri membuka kotak-kotak yang ada yang disana, berharap menemukan sesuatu hal yang menarik. Namun, Yeri harus menelan rasa kecewa karena sebagian besar isi kardus itu hanya kain-kain lusuh dan perabotan yang sudah rusak.

"Percuma gue ngambil kunci loteng diem-diem." dumel Yeri. Masih ada satu kotak yang belum Yeri buka. Masih dengan harapan yang sama, Yeri membuka kotak itu. Senyuman senang tercetak diwajahnya kala melihat isi kotak itu berbeda dari yang lain. Namun Yeri harus menelan kekecewaannya karena kebanyakkan kotak itu berisi buku-buku yang hampir rusak. Hampir semua buku Yeri keluarkan dari dalam kotak dan Yeri menemukan buku diary dan sebuah boneka. Yeri meniup debu yang menempel pada permukaan buku, kemudian Ia menyembunyikan buku itu dibalik bajunya. Ia berniat membacanya dikamar nanti.

"Boneka apaan nih?" Tangannya mengambil boneka itu. Boneka itu terlihat seperti buatan tangan. Terbukti dari jahitannya yang tidak rapih. Saat sedang asyik dengan boneka itu, Yeri mendengar suara deru mobil yang masuk ke perkarangan rumah. Dengan cepat Yeri melempar boneka itu ke dalam kardus dan memasukan kembali buku-buku yang berserakan. Kemudian Ia menutup pintu loteng dan tidak lupa untuk menguncinya kembali. Yeri pun berbegas untuk menuju ke kamar Key. Namun, Yeri terhenti diambang pintu.

Yeri melihat boneka yang Ia temukan di loteng berada disamping adiknya.

-:-

Helaan napas terus terdengar dari mulut Yeri. Tangan kanannya sedari tadi sibuk melukis diatas buku catatannya sedangkan sebelah tangannya menopang dagunya. Pak Jodi yang sedang menjelaskan materi pun Ia abaikan. Serena yang merupakan teman sebangku Yeri menoleh kearahnya dengan jengah.

“Yeri..” panggil Serena dengan pelan. Namun Yeri masih asik dengan dunianya. Kali ini Serena menyenggol pelan lengan Yeri. Yeri berdecak kesal dan menoleh kearah Serena, “Kalo lo ketauan ga merhatiin materi, abis lo sama Pak Jodi.” Ucap Serena menakut-nakuti.

Berhasil. Yeri langsung menegakkan badannya dan memperhatikan Pak Jodi yang sedang menuliskan sederet rumus di papan tulis. Dia tidak mau lagi dihukum oleh gurunya itu untuk kesekian kalinya.

Pembelajaran berjalan lancar walau sesekali tersendat kala banyak murid yang meminta izin untuk ke toilet. Jarum jam yang ada di kelas sudah menunjukkan pukul 14.48, dua menit lagi pelajaran selesai. Saat bel sekolah berbunyi mereka pun mulai merapikan barang-barangnya. Saat yang lain sibuk dengan diri masing-masing, Mina yang baru saja kembali dari toilet tiba-tiba berteriak histeris dan membuat yang lainnya kaget. Pak Jodi yang hendak keluar pun ikut kaget. Wajah Mina berubah pucat dengan air mata yang terus mengalir. Tangannya dengan gemetar menujuk ke arah belakang kelas.

“I-i-i-itu..” ucapnya dengan terbata.

Pak Jodi pun pergi keluar kelas untuk mengambil teh hangat di pantry sekolah. Setelah beliau meninggalkan kelas, yang lain mulai mengelilingi Mina. Serena yang sedari tadi terduduk bingung, bediri mengikuti teman-teman yang lain menghampiri Mina. “Lo liat apa Min?" Tanya Serena sambil mengusap bahu Mina, mencoba membuatnya tenang.

Yeri hanya bisa memperhatikan kejadian itu dari mejanya. Setelah itu Yeri berdiri dari duduknya mencoba mendekati kerumunan di depan kelas. Namun tak disangka Mina kembali berteriak. Kali ini lebih histeris. Yeri yang terkejut langsung menghentikan langkahnya. Apa Mina berteriak ketakutan karena melihat wajahnya?

Yeri terdiam menerka-menerka mengapa Mina sangat ketakutkan kala melihatnya, sementara yang lain berusaha untuk membuat Mina tenang. Tak lama kemudian Mina bersuara dengan nada gemetar dan kepala menunduk enggan menatap Yeri, “Di-dibelakang Yeri ada...”

“Hantu..”

-:-

“YERI! ADA JORDAN!”

Teriakan Jena menggema keseluruh ruangan. Heran, kenapa dia senang sekali membuat kegaduhan. Yeri mendengus kesal dan menjawab tidak kalah keras. Lagipula untuk apa Jordan ke rumahnya sore hari seperti ini. Dengan malas, Yeri pun beranjak dari kamarnya dan masih menggunakan seragam sekolahnya.

Jordan asyik memainkan ponselnya selagi menunggu Yeri. Dirinya tertawa saat mendengar keributan dari kamar Yeri. Ahh..tiba-tiba Jordan merindukan ekspresi Yeri saat menggerutu.

Sorry lama..”

Setelah beberapa menit, akhirnya Yeri menghampiri Jordan dan duduk di sofa bersebrangan dengan lelaki itu. Saat yang ditunggu sudah datang, Jordan memasukkan ponselnya kedalam saku celana.

“Ada perlu apa ke sini?”

You okay?” Yeri menaikkan sebelah alisnya bingung. Kenapa lelaki itu malah balik bertanya?

“Emangnya gue kenapa?” Jordan yang melihat raut kebingungan di wajah Yeri hanya bisa tertawa kecil. Sedangkan Yeri hanya menatap lelaki dihadapannya ini dengan pandangan aneh.

“Gue tahu, pasti lo masih kepikiran sama kejadian tadi di sekolah kan?”

Ah, kejadian itu.

Yeri menghela napas kasar, ia jadi teringat kembali akan hal itu. Kejadian yang menumbuhkan beribu pertanyaan dalam pikirannya. Yeri masih terdiam. Menundukkan kepalanya serta memainkan jari-jarinya. Jordan yang mengerti keadaan perempuan didepannya ini langsung berpindah tempat, duduk di sebelah Yeri. Mengenggam tangan Yeri seolah menenangkannya.

“Walaupun gue bukan lagi orang yang spesial dihati lo, tapi gue masih sahabat lo Yer. Lo bisa cerita sama gue.” Ucap Jordan.

Cukup lama Yeri terdiam dan saat kesadarannya kembali, Ia menyingkirkan tangan Jordan yang mengenggam tangannya. Jordan tersenyum masam. Kemudian Yeri bangun dari duduknya, “Jena belum bikinin minum ya? bentar gue ambil dulu di dapur.”

Jordan yang mengerti jika Yeri tidak ingin membahas kejadian itu hanya bisa mengangguk mengiyakan. Yeri pun beranjak menuju dapur. Mata Jordan tidak lepas memperhatikan Yeri, kemudian Jordan tersentak kaget saat matanya melihat sosok perempuan berjalan mengikuti Yeri. Jordan mengucek matanya dan sosok itu menghilang. Ia menghela napas dan mengusap kasar wajahnya. Sepertinya ada yang salah dengan penglihatannya akhr-akhir ini, pikirnya.

Bab terkait

  • Misteri Loteng   08. Diary

    Atensi Yeri terpaku pada layar televisi. Sesekali tanganya mengambil cemilan diatas meja kemudian memasukkannya kedalam mulutnya. Hanya Yeri yang berada di ruang tamu. Jena sedang membantu adik bungsunya mengerjakan tugas rumah dikamar Key, sedangkan Tara belum kembali dari tempat kerjanya.tuk tuk tukSuara ketukan sedari tadi terdengar dari arah dapur. Yeri yang mulanya menikmati siaran televisi harus terganggu oleh suara yang membuat siapapun yang mendengarnya menjadi parno. Entah mengapa semakin Yeri mengabaikan suara itu, semakin keras pula suara itu terdengar. Yeri meraih remote kemudian menambah volume suara televisi. Sesaat suara itu tidak lagi terdengar. Yeri pun kembali menyamankan tubuhnya diatas sofa dengan kaki yang Ia naikkan keatas meja.Tidak lama kemudian tubuh Yeri kembali menegang. Suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dan jelas seakan suara itu berasal dari samping Yeri. Sangat jelas. Yeri mengigit bibir bawahnya dan mencengkram erat pinggiran sofa. Ia ing

  • Misteri Loteng   09. Muncul Lagi

    Hari semakin larut. Jena sedang asik memainkan ponselnya, telivisi yang menyala dihadapannya pun ia abaikan. Kemudian Jena tersentak kaget saat Yeri tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya duduk di sampingnya. Jena memukul lengan Yeri pelan, “Ngagetin lo ah!” Yeri hanya tertawa puas melihat wajah terkejut kakak perempuannya. Setelah itu suasana kembali hening. Hanya ada suara televisi dan suara dari handphone Jena. Tak lama terdengar suara dari perut Yeri. Yeri memegang perutnya, ia lapar. Ia pun menusuk-nusuk lengan Jena dengan jari telunjuknya mencoba mencuri atensi kakaknya. "Jena.. gue laper." "Bikin mie instan aja sana, pake nasi biar kenyang" timpal Jena tanpa menoleh ke arah adiknya itu. Sibuk dengan handphonenya. "Gak ada makanan lain? Gue bosen mie terus." "Kalau gak mau yaudah, tunggu Tara pulang." Jawab singkat Jena, Yeri mendengus kesal. "Tara kan pulangnya jam 11, masa gue harus nunggu 2 jam?" "Terserah lo" dengan sangat terpaksa, Yeri bangun dari duduknya dan berjalan menuj

  • Misteri Loteng   10. Chaos

    Satu minggu telah berlalu. Lagi-lagi kegaduhan terdengar di dalam rumah Yeri. Keluarga Yeri memang tidak bisa lepas dari kata gaduh. Ya lebih tepatnya Tara dan Jena, dua kakak beradik itu sering membuat kebisingan setiap hari. Kehebohan hari ini berawal dari Jena yang meminta Tara mengajarkannya memasak untuk makan malam dan berakhir dengan Tara yang tidak berhenti mengomel seperti ibu-ibu. 'Lo mau masak apa bakar rumah sih?!' 'Lo mau masak ikan yang bener dong, masa sisik ikannya lo makan juga!' 'Gila! Garamnya dikit aja woy! Lo kalo mau bunuh diri ga usah ngajak yang lain' Kira-kira seperti itulah pertengkaran kakak beradik ini. Tara dan Jena memang susah akur karena umur mereka hanya terpaut 1 tahun, jadi diantara mereka tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya Jena menyerah. Dia memang tidak pandai memasak. Dan semua hal tentang masakan diambil alih oleh Tara. Jena hanya membantu menata piring-piring di meja makan. "Lo panggil Yeri sama Key gih" perintah Tara. Dengan malas Jena m

  • Misteri Loteng   11. Jenguk

    Hari ini Yeri tidak masuk sekolah. Alpha. Tidak ada yang tahu kenapa Yeri absen, bahkan para sahabatnya pun tidak tahu. Saat bel istirahat berbunyi, Serena dan yang lain berkumpul di pojok belakang kelas, duduk mengelilingi meja Helmi dan Justin. Mereka sedang menerka-nerka alasan mengapa Yeri tidak hadir hari ini. “Tumben banget loh. Yeri gak masuk sekolah tapi gak ngasih kabar ke kita sama sekali.” Celetuk Wendy, yang lain mengangguk mengiyakan. “Coba deh Ser, lo chat Kak Tara atau Jena.” Usul Justin. Serena menggeleng pelan dan menunjukkan layar handphonenya, “Udah, tapi gak di bales. Di read aja engga.” Setelah itu hanya ada keheningan di antara mereka. Mereka berkutat dengan pikiran masing-masing hingga Wendy menyarankan Serena untuk mencoba menelepon Tara atau Jena. Serena mengangguk dan kemudian mencoba menghubungi kedua kakak Yeri. “Mau kemana lo

  • Misteri Loteng   12. Mimpi

    Sehari setelah para sahabatnya menjenguk Yeri, Ia merasa lebih baik dan memutuskan untuk masuk sekolah hari ini. Walaupun luka lebam pada lengannya belum juga sembuh. Tara sempat membujuk sang adik untuk beristirahat dirumah lebih lama namun Yeri menolak bujukan sang kakak. Ia tidak mau tertinggal pelajaran. "Yer, pulang aja ya?" Yeri yang sedari tadi menelungkupkan kepalanya langsung menegakkan badannya dan menghela napas lelah. Sudah yang kesekian kalinya Wendy menyuruhnya untuk pulang, "Gue gapapa Wen." "Ih, muka lo masih pucet Yer!" "Ayo Yer. Biar gue nyuruh si Justin atau Helmi ngan-" ucapan Wendy terputus saat seseorang memasukkan sepotong roti kedalam mulutnya. "Bawel banget deh lo." Helmi- si pelaku- mendapat pukulan yang tidak bisa dikatakan pelan di punggungnya. Sementara Yeri hanya tertawa melihatnya. Ah.. sudah berapa hari Ia tidak masuk sekolah dan Ia merindukan keributan yang dibuat oleh pata sahabatnya itu. "Beneran udah sehat Yer?" tanya Justin. "Udah kok." Just

  • Misteri Loteng   13. Mencari Solusi

    Matahari belum muncul sepenuhnya namun Tara serta Jena sudah sibuk dan lagi-lagi menimbulkan kebisingan. Yeri yang sedang duduk disofa menatap jengah kearah kedua kakaknya yang mondar-mandir tidak jelas, “Lo berdua ngapain sih?” “Gue sama Jena mau ke rumah Om Seokjin.” Ucap Tara yang sudah rapih dengan setelan kemejanya. “Terus gue gak lo ajak gitu?” sungut Yeri, Tara menatap Yeri datar. Laki-laki itu pun mendudukan bokongnya di samping adik perempuannya. Menunggu Jena yang masih bersiap di kamarnya, “Lo kan tau kejadian semalem, gak mungkin gue ajak Key. Jadi lo dirumah aja jagain Key.” Yeri membenarkan ucapan kakak laki-lakinya dalam hati. Selanjutnya hanya ada suara televisi yang mengisi ruang tamu. Tak lama kemudian, Jena yang telah selesai bersiap datang dan menyeret Tara untuk segera berangkat. Mata Yeri bergerak mengikuti kedua kakaknya hingga mereka tidak terlihat lagi dalam pandangannya. Yeri menggeleng pelan dan terkekeh kecil melihat tingkah kakaknya itu. Setelahnya Yeri

  • Misteri Loteng   14. Terjebak

    “Om masih punya nomor telepon temen om gak?”“Temen yang mana? Temen Om banyak omong-omong.” Jawab Juna sambil menyesap kopi yang baru dibuat kembali oleh Sonya-istrinya.“Yang waktu itu nolongin kita Om.”“Ohh.. Yoshi?” tebak lelaki itu. Tara dan Jena langsung mengangguk semangat. Juna menatap kedua keponakan kesayangannya intens, sedangkan kedua kakak beradik itu menatap Om-nya penuh harap. Sembari menghela napas, Juna menegakkan tubuhnya dan menyesap kembali kopinya, “Om ga inget nomornya, coba tanya tante mu.”-:-Posisi matahari tepat diatas kepala. Di tengah teriknya matahari, mobil Tara melaju membelah jalanan. Akhirnya mereka mendapatkan nomor telepon dan alamat Yoshi dari Sonya, tantenya. Namun, saat Jena mencoba menghubungi teman Om dan tantenya itu ternyata nomornya sudah tidak aktif. Disinilah m

  • Misteri Loteng   15. Berakhir?

    Sepuluh menit menuju tengah malam. Seluruh penghuni rumah sudah terlelap namun Tara masih terjaga, tidak bisa tidur. Ia memandang langit-langit dan menjadikan tangannya sendiri sebagai bantal. Entahlah, dia tiba-tiba merasa khawatir dengan keadaan adik-adiknya dirumah. Walau Ia yakin Yeri pasti mengundang teman-temannya menginap tapi rasa cemas tetap datang menghampirinya. Tara mendudukan tubuhnya dan mengusap wajahnya. Disaat yang bersamaan, pintu kamar Tara terbuka dan memperlihatkan Jena dengan piyama tidurnya. Ada raut gelisah di wajahnya, “Kenapa Jen?” “Can we go home now? Perasaan gue gak enak.” Tanpa berpikir dua kali, Tara mengangguk menyetujui saran adiknya. Dengan tidak enak hati, Tara dan Jena harus membangunkan om serta tantenya di tengah malam untuk berpamitan. Namun siapa sangka Juna dan istrinya memutuskan untuk ikut keponakannya pulang ke rumah. Dengan waktu yang singkat untu

Bab terbaru

  • Misteri Loteng   15. Berakhir?

    Sepuluh menit menuju tengah malam. Seluruh penghuni rumah sudah terlelap namun Tara masih terjaga, tidak bisa tidur. Ia memandang langit-langit dan menjadikan tangannya sendiri sebagai bantal. Entahlah, dia tiba-tiba merasa khawatir dengan keadaan adik-adiknya dirumah. Walau Ia yakin Yeri pasti mengundang teman-temannya menginap tapi rasa cemas tetap datang menghampirinya. Tara mendudukan tubuhnya dan mengusap wajahnya. Disaat yang bersamaan, pintu kamar Tara terbuka dan memperlihatkan Jena dengan piyama tidurnya. Ada raut gelisah di wajahnya, “Kenapa Jen?” “Can we go home now? Perasaan gue gak enak.” Tanpa berpikir dua kali, Tara mengangguk menyetujui saran adiknya. Dengan tidak enak hati, Tara dan Jena harus membangunkan om serta tantenya di tengah malam untuk berpamitan. Namun siapa sangka Juna dan istrinya memutuskan untuk ikut keponakannya pulang ke rumah. Dengan waktu yang singkat untu

  • Misteri Loteng   14. Terjebak

    “Om masih punya nomor telepon temen om gak?”“Temen yang mana? Temen Om banyak omong-omong.” Jawab Juna sambil menyesap kopi yang baru dibuat kembali oleh Sonya-istrinya.“Yang waktu itu nolongin kita Om.”“Ohh.. Yoshi?” tebak lelaki itu. Tara dan Jena langsung mengangguk semangat. Juna menatap kedua keponakan kesayangannya intens, sedangkan kedua kakak beradik itu menatap Om-nya penuh harap. Sembari menghela napas, Juna menegakkan tubuhnya dan menyesap kembali kopinya, “Om ga inget nomornya, coba tanya tante mu.”-:-Posisi matahari tepat diatas kepala. Di tengah teriknya matahari, mobil Tara melaju membelah jalanan. Akhirnya mereka mendapatkan nomor telepon dan alamat Yoshi dari Sonya, tantenya. Namun, saat Jena mencoba menghubungi teman Om dan tantenya itu ternyata nomornya sudah tidak aktif. Disinilah m

  • Misteri Loteng   13. Mencari Solusi

    Matahari belum muncul sepenuhnya namun Tara serta Jena sudah sibuk dan lagi-lagi menimbulkan kebisingan. Yeri yang sedang duduk disofa menatap jengah kearah kedua kakaknya yang mondar-mandir tidak jelas, “Lo berdua ngapain sih?” “Gue sama Jena mau ke rumah Om Seokjin.” Ucap Tara yang sudah rapih dengan setelan kemejanya. “Terus gue gak lo ajak gitu?” sungut Yeri, Tara menatap Yeri datar. Laki-laki itu pun mendudukan bokongnya di samping adik perempuannya. Menunggu Jena yang masih bersiap di kamarnya, “Lo kan tau kejadian semalem, gak mungkin gue ajak Key. Jadi lo dirumah aja jagain Key.” Yeri membenarkan ucapan kakak laki-lakinya dalam hati. Selanjutnya hanya ada suara televisi yang mengisi ruang tamu. Tak lama kemudian, Jena yang telah selesai bersiap datang dan menyeret Tara untuk segera berangkat. Mata Yeri bergerak mengikuti kedua kakaknya hingga mereka tidak terlihat lagi dalam pandangannya. Yeri menggeleng pelan dan terkekeh kecil melihat tingkah kakaknya itu. Setelahnya Yeri

  • Misteri Loteng   12. Mimpi

    Sehari setelah para sahabatnya menjenguk Yeri, Ia merasa lebih baik dan memutuskan untuk masuk sekolah hari ini. Walaupun luka lebam pada lengannya belum juga sembuh. Tara sempat membujuk sang adik untuk beristirahat dirumah lebih lama namun Yeri menolak bujukan sang kakak. Ia tidak mau tertinggal pelajaran. "Yer, pulang aja ya?" Yeri yang sedari tadi menelungkupkan kepalanya langsung menegakkan badannya dan menghela napas lelah. Sudah yang kesekian kalinya Wendy menyuruhnya untuk pulang, "Gue gapapa Wen." "Ih, muka lo masih pucet Yer!" "Ayo Yer. Biar gue nyuruh si Justin atau Helmi ngan-" ucapan Wendy terputus saat seseorang memasukkan sepotong roti kedalam mulutnya. "Bawel banget deh lo." Helmi- si pelaku- mendapat pukulan yang tidak bisa dikatakan pelan di punggungnya. Sementara Yeri hanya tertawa melihatnya. Ah.. sudah berapa hari Ia tidak masuk sekolah dan Ia merindukan keributan yang dibuat oleh pata sahabatnya itu. "Beneran udah sehat Yer?" tanya Justin. "Udah kok." Just

  • Misteri Loteng   11. Jenguk

    Hari ini Yeri tidak masuk sekolah. Alpha. Tidak ada yang tahu kenapa Yeri absen, bahkan para sahabatnya pun tidak tahu. Saat bel istirahat berbunyi, Serena dan yang lain berkumpul di pojok belakang kelas, duduk mengelilingi meja Helmi dan Justin. Mereka sedang menerka-nerka alasan mengapa Yeri tidak hadir hari ini. “Tumben banget loh. Yeri gak masuk sekolah tapi gak ngasih kabar ke kita sama sekali.” Celetuk Wendy, yang lain mengangguk mengiyakan. “Coba deh Ser, lo chat Kak Tara atau Jena.” Usul Justin. Serena menggeleng pelan dan menunjukkan layar handphonenya, “Udah, tapi gak di bales. Di read aja engga.” Setelah itu hanya ada keheningan di antara mereka. Mereka berkutat dengan pikiran masing-masing hingga Wendy menyarankan Serena untuk mencoba menelepon Tara atau Jena. Serena mengangguk dan kemudian mencoba menghubungi kedua kakak Yeri. “Mau kemana lo

  • Misteri Loteng   10. Chaos

    Satu minggu telah berlalu. Lagi-lagi kegaduhan terdengar di dalam rumah Yeri. Keluarga Yeri memang tidak bisa lepas dari kata gaduh. Ya lebih tepatnya Tara dan Jena, dua kakak beradik itu sering membuat kebisingan setiap hari. Kehebohan hari ini berawal dari Jena yang meminta Tara mengajarkannya memasak untuk makan malam dan berakhir dengan Tara yang tidak berhenti mengomel seperti ibu-ibu. 'Lo mau masak apa bakar rumah sih?!' 'Lo mau masak ikan yang bener dong, masa sisik ikannya lo makan juga!' 'Gila! Garamnya dikit aja woy! Lo kalo mau bunuh diri ga usah ngajak yang lain' Kira-kira seperti itulah pertengkaran kakak beradik ini. Tara dan Jena memang susah akur karena umur mereka hanya terpaut 1 tahun, jadi diantara mereka tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya Jena menyerah. Dia memang tidak pandai memasak. Dan semua hal tentang masakan diambil alih oleh Tara. Jena hanya membantu menata piring-piring di meja makan. "Lo panggil Yeri sama Key gih" perintah Tara. Dengan malas Jena m

  • Misteri Loteng   09. Muncul Lagi

    Hari semakin larut. Jena sedang asik memainkan ponselnya, telivisi yang menyala dihadapannya pun ia abaikan. Kemudian Jena tersentak kaget saat Yeri tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya duduk di sampingnya. Jena memukul lengan Yeri pelan, “Ngagetin lo ah!” Yeri hanya tertawa puas melihat wajah terkejut kakak perempuannya. Setelah itu suasana kembali hening. Hanya ada suara televisi dan suara dari handphone Jena. Tak lama terdengar suara dari perut Yeri. Yeri memegang perutnya, ia lapar. Ia pun menusuk-nusuk lengan Jena dengan jari telunjuknya mencoba mencuri atensi kakaknya. "Jena.. gue laper." "Bikin mie instan aja sana, pake nasi biar kenyang" timpal Jena tanpa menoleh ke arah adiknya itu. Sibuk dengan handphonenya. "Gak ada makanan lain? Gue bosen mie terus." "Kalau gak mau yaudah, tunggu Tara pulang." Jawab singkat Jena, Yeri mendengus kesal. "Tara kan pulangnya jam 11, masa gue harus nunggu 2 jam?" "Terserah lo" dengan sangat terpaksa, Yeri bangun dari duduknya dan berjalan menuj

  • Misteri Loteng   08. Diary

    Atensi Yeri terpaku pada layar televisi. Sesekali tanganya mengambil cemilan diatas meja kemudian memasukkannya kedalam mulutnya. Hanya Yeri yang berada di ruang tamu. Jena sedang membantu adik bungsunya mengerjakan tugas rumah dikamar Key, sedangkan Tara belum kembali dari tempat kerjanya.tuk tuk tukSuara ketukan sedari tadi terdengar dari arah dapur. Yeri yang mulanya menikmati siaran televisi harus terganggu oleh suara yang membuat siapapun yang mendengarnya menjadi parno. Entah mengapa semakin Yeri mengabaikan suara itu, semakin keras pula suara itu terdengar. Yeri meraih remote kemudian menambah volume suara televisi. Sesaat suara itu tidak lagi terdengar. Yeri pun kembali menyamankan tubuhnya diatas sofa dengan kaki yang Ia naikkan keatas meja.Tidak lama kemudian tubuh Yeri kembali menegang. Suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dan jelas seakan suara itu berasal dari samping Yeri. Sangat jelas. Yeri mengigit bibir bawahnya dan mencengkram erat pinggiran sofa. Ia ing

  • Misteri Loteng   07. Sesuatu di Belakang

    "Cepetan buka bagasi nya." "Iya bawel." Setelah selesai berbelanja kebutuhan rumah, Jena dan Tara langsung bergegas pulang kerumah. Namun, saat mereka sudah masuk kedalam mobil, Tara tidak langsung menyalakan mesin mobil melainkan berkutat dengan ponselnya. Hal itu pun membuat Jena kesal. "Buruan jalan. Kasian dua bocil dirumah sendirian," Omel Jena sambil memukul bahu Tara. "Bentar napa sih! gue mau bales chat Irena dulu." jawab Tara dan dibalas dengan puluhan ocehan Jena. "Sumpah, besok-besok mending gue ngajak Yeri buat belanja. Lo bikin gue pengen gigit stir mobil mulu." dumel Tara. Setelah itu mobil Tara melaju dengan kecepatan rata-rata. Jalanan yang tidak terlalu ramai mempersingkat waktu perjalanan. Saat berada di jalan menuju rumahnya, tiba-tiba sesuatu melesat dengan cepat di depan mobil Tara. Tara yang terkejut pun menginjak rem dengan kuat membuat tubuhnya dan Jena terhuyung ke depan. "Apaan itu? jangan-jangan lu nabrak orang!!" ucap Jena Histeris. Jena pun menyuruh

DMCA.com Protection Status