Pedalaman Gumantra

Pedalaman Gumantra

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-07
Oleh:  Randy Arya On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
17Bab
1.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Sebuah pesawat mengalami kecelakaan dan akhirnya terjatuh pada pulau kecil bernama pulau Gumantra. Para penumpang dan awak pesawat yang masih selamat mencoba mencari bantuan. Mereka akhirnya menemukan pemukiman penduduk di pulau itu dan mendapat pertolongan. Sembari menunggu tim evakuasi, mereka tinggal bersama penduduk setempat. Pada awalnya semua berjalan dengan normal, sebab para penduduk sangat ramah dan baik. Namun makin lama mereka menemukan keanehan dan merasa nyawa mereka sedang terancam! Apa yang terjadi? Berhasilkah mereka selamat dari pulau itu?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Flight 447

Bandara Internasional Soekarno-Hatta, 14.20 WIB.

Sebuah taksi menghantarkan Mahesa ke depan pintu keberangkatan bandara. Pemuda 24 tahun itu bergegas menuruni taksi dengan tergesa-gesa setelah membayar argo. Ia mengeluarkan kopernya dari bagasi dan menyeretnya menuju pintu keberangkatan.

Mahesa harus sedikit bersabar mengantri bersama beberapa orang untuk melalui pemeriksaan sebelum tiba di dalam bandara. Ia sudah menyiapkan tiket dan tanda pengenalnya di tangan kiri, sementara tangan kanannya menyeret koper.

Di depan Mahesa ada seorang perempuan yang cukup tua, rambutnya sudah memutih. Ia tampak hanya seorang diri. Kasihan setua ini masih harus bepergian seorang diri, pikir Mahesa dalam hati.

Begitu tiba gilirannya, Mahesa menunjukkan tiket dan juga tanda pengenalnya kepada petugas bandara. Sejenak petugas tersebut memeriksanya lalu mempersilakan Mahesa untuk masuk.

Seperti biasa, sebelum tiba di counter untuk check in, setiap penumpang harus melewati proses pemeriksaan barang dulu dengan mesin X-Ray. Begitu sudah lolos, Mahesa buru-buru menuju counter maskapainya dan kembali mengantri untuk melakukan check in. Lagi-lagi, ia bertemu perempuan tua tadi lagi. Perempuan itu berdiri di depannya. Begitu tiba gilirannya, Mahesa menyerahkan tiket dan tanda pengenalnya kepada petugas counter.

"Bapak Mahesa Prima ya?" tanya petugas counter memastikan. Ia mengeja nama yang tertera di tanda pengenal yang diberikan Mahesa.

"Iya, betul," jawab Mahesa.

Setelah melalui proses check in, Mahesapun mendapatkan boarding pass. Ia bergegas menuju ruang tunggu sebelum naik ke dalam pesawat. Menurut keterangan di boarding pass-nya, penerbangan akan dilaksanakan pukul 15.05. Artinya masih ada beberapa saat lagi untuknya bersantai di ruang tunggu.

Begitu tiba di ruang tunggu, Mahesa mengedarkan pandangan. Ia mencari tempat yang masih kosong agar ia bisa duduk. Ruang tunggu bandara hari ini nampak cukup ramai dan padat. Aneh, mau kemana orang-orang ini? Padahal ini bukan musim liburan ataupun perayaan hari besar, pikir Mahesa.

Sedikit mendengus, ia melangkah menuju salah satu kursi yang kosong. Namun ia tak sengaja bersenggolan bahu dengan seorang pria sebelum mencapai kursi tersebut.

"Eh, maaf," ucap pria tersebut sambil tersenyum. Mahesa hanya mengangguk dan tak menjawab. Ia terus melanjutkan langkahnya menuju kursi.

Setelah mendapatkan posisi yang cukup nyaman di kursi, Mahesa melirik jam tangannya. Jam menunjukkan pukul 14.45, masih ada beberapa menit lagi untuk masuk ke dalam pesawat. Iseng, Mahesa mengeluarkan ponselnya untuk membunuh waktu.

Ada beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa pesan yang belum dibaca di ponselnya. Mahesa mendengus sejenak sebelum memutuskan untuk membukanya. Panggilan itu dari ayahnya. Pesanpun juga dari sang ayah yang berbunyi :

Dimana kamu? Jangan coba-coba kabur dari masalah yang kamu buat sendiri. Jangan buat Papa malu!

Setelah membaca pesan tersebut, Mahesa malah mendengus dan memutuskan untuk memblokir nomor sang ayah agar ayahnya itu tak dapat mengirimkan pesan atau menghubunginya lagi.

Selepasnya, Mahesa juga membuat status di W******p dan membagikannya pada semua kontak. Statusnya itu berbunyi :

Go to the hell.

Ia juga menambahkan emoticon berbentuk pesawat terbang setelah kata-kata itu. Hanya beberapa menit terposting, status tersebut sudah dilihat oleh beberapa orang.

Mahesa kembali menyimpan ponselnya dan memperhatikan sekitar. Orang-orang di ruang tunggu ini sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang sibuk mengotak-atik ponselnya seperti yang baru saja Mahesa lakukan, ada pula yang saling mengobrol, ada juga yang tidur.

Pandangan Mahesa terhenti ketika tak sengaja melihat perempuan tua yang tadi berdiri di depannya saat mengantri. Perempuan itu tampak sedang mengunyah makanan dan duduk seorang diri. Mahesa mencoba mengabaikan dan lanjut mengedarkan pandangan. Ia juga melihat pria yang tadi bertabrakan bahu dengannya. Pria itu sedang duduk dengan seorang perempuan muda yang cantik. Sepertinya itu istrinya.

Tak lama, terdengar pemberitahuan yang mengatakan bahwa pesawat Bianglala Airlines dengan nomor penerbangan 447 tujuan Jakarta-Lombok, akan segera di berangkatkan. Para penumpang dipersilakan menaiki pesawat dari pintu yang disebutkan. Pesawat tersebut adalah pesawat yang akan dinaiki Mahesa. Maka, ia segera berdiri dan menarik kopernya ke pintu yang tadi disebutkan untuk tiba di dalam pesawat.

Lagi-lagi Mahesa harus mengantri melewati petugas yang akan mengecek boarding pass sebelum semua penumpang menaiki pesawat. Setelah melakukan pemeriksaan, Mahesa bergegas menuju garbarata untuk tiba di dalam pesawat. Di depannya ada beberapa orang, termasuk perempuan tua dan pria yang bertabrakan dengannya tadi serta wanita yang duduk bersama si pria. Oh, rupanya mereka akan satu pesawat dengan tujuan Lombok.

"Selamat datang di Bianglala Airlines," sapa dua orang pramugari cantik kepada semua penumpang yang naik secara beraturan, termasuk Mahesa.

Mahesa segera mencari nomor kursinya sesuai boarding pass yang di pegangnya. Setelah menemukannya, pemuda itu bergegas memasukkan kopernya ke bagasi kabin yang ada di atas tempat duduk lalu duduk di kursi. Ia bersebelahan dengan seorang pria paruh baya yang tampak sedang mengobrol di telepon.

"Iya, pokoknya atur saja bagaimana baiknya. Tapi jika budget-nya tidak sesuai diskusikan lagi. Sudah dulu ya, saya sudah di dalam pesawat ini. Sebentar lagi take off," ujar pria itu menyudahi obrolannya dan menutup telepon.

Mahesa tersenyum sekilas ketika pria paruh baya itu menoleh padanya. Pria itupun membalas senyumannya. Mahesa kini menoleh ke kursi yang ada di seberang kursinya. Perempuan tua tadi rupanya duduk disana, di dekat jendela. Dari jendela dekat perempuan itu terlihat langsung sayap pesawat. Mahesa melirik ke jendela yang ada di dekat pria paruh baya di sebelahnya, juga tampak sayap pesawat dengan jelas. Artinya Mahesa duduk di dekat sayap pesawat.

Meski ini bukan pengalaman pertama bagi Mahesa untuk naik pesawat, namun tetap saja tiap naik pesawat ia selalu cemas. Karena sebenarnya ia adalah orang yang agak takut ketinggian. Biasanya, selama perjalanan, ia lebih memilih tidur atau tidak melihat keluar jendela.

"Eh, maaf Mas," sebuah suara mengangetkan Mahesa. Seorang gadis bertubuh gempal melewati lorong dan tanpa sengaja menjatuhkan bantal di genggamannya ke paha Mahesa. Gadis itu meraih benda itu lagi setelah meminta maaf.

"Iya," jawab Mahesa singkat. Ia melihat gadis berbadan gempal itu duduk dua kursi di belakangnya. Di seberang kursi si gadis, pasangan yang diasumsikan Mahesa sebagai suami istri terlihat duduk.

Tak lama, dua orang pramugari berjalan di lorong pesawat dan membantu beberapa penumpang untuk memasukkan barang-barang lalu mengecek jumlah penumpang. Ketika sudah dirasa siap, pesawatpun siap lepas landas.

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan 447 Bianglala Airlines dengan tujuan Jakarta-Lombok. Perjalanan ke Lombok akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam 12 menit dengan ketinggian jelajah 35.000 kaki dari permukaan laut," terdengar pemberitahuan yang berasal dari pilot saat pesawat mulai bergerak.

"Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan ini adalah penerbangan bebas asap rokok. Sebelum lepas landas, kami persilakan Anda untuk menegakkan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja yang ada di hadapan Anda, mengencangkan sabuk pengaman dan membuka penutup jendela. Atas nama kapten Brady Anthony dan seluruh awak pesawat yang bertugas, mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini dan terimakasih atas pilihan Anda untuk terbang bersama kami," lanjut suara sang pilot.

Pesawat bergerak semakin cepat dan bersiap untuk lepas landas. Mahesa sudah mengencangkan sabuk pengamannya dan memejamkan mata. Ia berniat untuk tidur.

Tak lama muncul lagi pemberitahuan yang mengatakan bahwa para pramugari dan pramugara akan memperagakan cara penggunaan beberapa alat yang ada di dalam pesawat. Namun Mahesa enggan untuk membuka matanya karena ia sudah cukup hapal dengan semua itu.

Dua orang pramugari dan seorang pramugara kini sudah berdiri di sepanjang lorong pesawat dan memperagakan cara mengencangkan sabuk pengaman, memakai masker oksigen yang akan keluar otomatis saat keadaan darurat dan juga menunjukkan letak pintu dan jendela darurat, serta menggunakan baju pelampung.

Tak lama setelahnya, pesawat kini melaju dengan cepat dan perlahan naik meninggalkan landasan. Mahesa masih dapat merasakan getaran saat pesawat itu naik meski ia sudah menutup matanya.

Semua penumpang dan juga kru pesawat itu kini sudah duduk dengan nyaman dan tenang di dalam pesawat. Tanpa mereka ketahui sesuatu akan terjadi beberapa saat kemudian.

------------------------------

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Naka Turi
semangat. ceritanya bagus
2023-06-02 13:08:06
0
17 Bab
Flight 447
Bandara Internasional Soekarno-Hatta, 14.20 WIB.Sebuah taksi menghantarkan Mahesa ke depan pintu keberangkatan bandara. Pemuda 24 tahun itu bergegas menuruni taksi dengan tergesa-gesa setelah membayar argo. Ia mengeluarkan kopernya dari bagasi dan menyeretnya menuju pintu keberangkatan.Mahesa harus sedikit bersabar mengantri bersama beberapa orang untuk melalui pemeriksaan sebelum tiba di dalam bandara. Ia sudah menyiapkan tiket dan tanda pengenalnya di tangan kiri, sementara tangan kanannya menyeret koper.Di depan Mahesa ada seorang perempuan yang cukup tua, rambutnya sudah memutih. Ia tampak hanya seorang diri. Kasihan setua ini masih harus bepergian seorang diri, pikir Mahesa dalam hati.Begitu tiba gilirannya, Mahesa menunjukkan tiket dan juga tanda pengenalnya kepada petugas bandara. Sejenak petugas tersebut memeriksanya lalu mempersilakan Mahesa untuk masuk.Seperti biasa, sebelum tiba di counter untuk check in, setiap penumpang harus melewati proses pemeriksaan barang dulu d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-30
Baca selengkapnya
Turbulensi
Ketika mata Mahesa terbuka, hal yang dilihatnya pertama kali adalah pepohonan yang berjejer di sepanjang jalan yang di laluinya. Ia kemudian sadar bahwa saat ini ia masih berada di dalam mobil, dalam sebuah perjalanan menuju villa keluarganya.Mahesa menghela napas perlahan dan memperbaiki letak duduknya. Di jok depan ia melihat sang ayah sedang mengemudikan mobil. Disampingnya ada seorang perempuan yang sudah dinikahi ayahnya setahun yang lalu. Mahesa sebetulnya enggan menyebut perempuan itu dengan panggilan ibu, meski ayahnya terus saja memaksa.Mahesa menoleh ke sampingnya. Di jok belakang ia tidak sendirian sebab ada Nino disana, adiknya yang masih berusia 12 tahun. Bocah itu tampak sedang memainkan sebuah game di ponselnya."Kamu sudah bangun?" suara sang ayah membuat mata Mahesa kembali melirik ke depan. Dari spion ia melihat mata ayahnya sedang menatap dirinya."Iya," jawab Mahesa malas. Ia kembali mengalihkan pandangan keluar jendela, menatap pepohonan dan jalan yang dilaluiny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-31
Baca selengkapnya
Pendaratan Darurat
Getaran di meja Devana perlahan berhenti beringinan dengan berhentinya blender yang sedang menggiling beberapa stroberi dan susu yang tadi ia campurkan.Setelah benda itu berhenti, Devana mematikannya dan mengeluarkan stroberi dan susu yang kini sudah menjadi sebuah krim berwarna merah muda. Devana kemudian menuangkan krim tersebut ke dalam sebuah plastik khusus yang ujungnya bolong. Perempuan itu kemudian menjadikan krim tersebut hiasan untuk kue yang sudah ada di meja.Devana memang seorang pemilik toko kue. Ia sudah menekuni profesi ini lebih dari dua tahun. Meskipun ia memiliki seorang suami yang mapan secara finansial namun Devana tetap ingin produktif dengan memiliki usaha sendiri. Apalagi ilmu tata boga yang sudah ia pelajari sayang jika tidak dipraktekkan. Alhasil, ia membuka sebuah toko kue di kota Jakarta.Devana pandai membuat bermacam-macam kue. Mulai dari kue kering, basah, ataupun kue ulang tahun dan kue tar. Pelanggannya sangat banyak, sebab ia juga pintar bergaul dan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-31
Baca selengkapnya
Pulau Antah Berantah
Gemuruh menggema di udara ketika Erik sedang mengotak atik laptop di ruang pribadinya. Ia melirik jam tangannya sekilas, pukul lima sore. Dari jendela, ia melihat langit tampak gelap, sepertinya akan turun hujan.Erik menghela napas sejenak dan kembali menatap layar laptop. Rasa kantuk mulai menyerangnya karena cuaca dingin. Ah, rasanya menyeruput kopi sore ini sepertinya nikmat, pikirnya. Ia merapihkan beberapa barang terlebih dahulu sebelum melangkah keluar ruangan. Di depan ruangannya, ia sempat berpapasan dengan beberapa karyawan yang hendak pulang."Belum pulang, Pak?" tanya salah satu karyawan kepada Erik."Lembur. Tanggung soalnya," jawab Erik dan melangkah menuju pantry."Sepertinya mau hujan Pak. Bapak yakin tidak mau pulang sekarang?" tanya sang karyawan lagi."Nanti saja. Justru karena hujan begini jadi malas pulang cepat. Pasti jalanan macet parah. Daripada stress di jalan, lebih baik disini," jawab Erik sambil menuangkan kopi ke sebuah cangkir lalu membawanya kembali ke r
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-24
Baca selengkapnya
Jembatan Maut
Mahesa menatap nanar pada pohon-pohon yang berdiri tegak di hadapannya. Pagi ini, kabut masih menggantung membuat jarak pandangnya terbatas dan tak mampu melihat lebih jauh kebalik pohon-pohon itu.Mahesa sedang duduk disebuah ayunan di belakang villa keluarganya saat ini. Pandangan matanya masih nanar menatap pepohonan yang berdiri menjulang di belakang bangunan villa.Rumput-rumput di sekitar halaman belakang itu masih tampak basah karena embun masih enggan beranjak. Perlahan, Mahesa mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri foto. Ia membuka sebuah foto yang memperlihatkan dirinya dengan seorang perempuan berhijab. Itu adalah Amelia, sang ibu. Mengingat sang ibu, entah kenapa mata Mahesa menjadi basah layaknya rerumputan berembun itu."Sa," sebuah suara membuat Mahesa sedikit terjingkat. Pintu belakang villa terbuka perlahan dan Faisal muncul dari dalam dengan setelan baju santai dan wajah yang masih agak kusut.Menyadari sang putra sedang duduk sendirian di ayunan membuat Faisal me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-25
Baca selengkapnya
Tangan-tangan dari Dalam Tanah
Devana sedang merebahkan tubuhnya di sofa ketika Fabian memasuki rumah. Pria itu tampak sedang berbicara di telepon dengan seseorang hingga membuat Devana sedikit mengerutkan kening."Iya Ma, nanti Bian kirim ya," bisiknya di telepon dan melirik sang istri yang tampak menatapnya penuh selidik. "Sudah dulu ya Ma, ini Bian baru saja tiba di rumah," sambungnya dan langsung memutuskan hubungan pembicaraan.Fabianpun kemudian mendekati sang istri dan duduk di pinggir sofa lalu mengusap perut Devana yang masih rata."Bagaimana? Kau sudah kontrol tadi?" tanya Fabian. Namun, Devana bukannya menjawab, malah ikut duduk dan balik bertanya."Mamamu minta apa lagi?" tanyanya tampak agak jengkel. Fabian menghela napas panjang dan mengusap rambut sang istri sebelum menjawab."Uang semester Febrian sudah jatuh tempo," jawabnya lemah. Devana mendengus dan geleng-geleng kepala."Gila ya keluargamu itu. Mereka seperti tidak punya otak, mereka tau kau sudah menikah sudah punya kewajiban lain. Tapi kenapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya
Hilangnya Julian
Pukul sebelas malam, Erik baru tiba di rumahnya. Setelah memarkir mobilnya di garasi, Erik melangkah perlahan menuju rumah. Ia menguap perlahan, rasa kantuk mulai menyerangnya.Erik mengeluarkan kunci rumah dari sakunya dan mulai membuka pintu. Ia memang memegang kunci cadangan rumah sebab ia sering sekali pulang larut karena bekerja. Daripada membangunkan sang istri, lebih baik ia mengantongi kunci sendiri.Begitu ia membuka pintu dan masuk, ruangan sudah gelap. Pasti sang istri telah tidur, pikirnya. Tapi begitu ia hendak melangkah menuju kamar, lampu ruangan tiba-tiba menyala. Widya, istri Erik, yang menyalakan lampu dan kini sedang duduk di sofa dengan tatapan sedikit kecewa."Belum tidur?" tanya Erik sambil membuka sepatunya."Malam sekali kau pulang, Mas," ujar Widya."Biasalah, lembur. Sudah hampir deadline soalnya," jawab Erik dan melonggarkan kancing kemejanya."Kau bahkan tidak mengangkat telepon dariku," bisik Widya lagi, bernada kecewa. Erik agak mendengus dan tampak sedik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-29
Baca selengkapnya
Pencarian
Julian Andrew, adalah pria berusia 28 tahun yang berprofesi sebagai seorang pramugara. Ia sudah menekuni profesi tersebut sejak 5 tahun yang lalu. Setelah lulus dari pendidikan khusus dan melalui berbagai proses seleksi akhirnya Julian diterima menjadi pramugara di maskapai Bianglala Airlines disaat usianya 23 tahun.Penerbangan pertamanya adalah tujuan Jakarta-Medan dan setelah itu ia sudah sering bepergian ke berbagai daerah di Indonesia. Setelah 5 tahun berkarier, Julian sudah menyinggahi hampir seluruh kota di Indonesia bahkan ia pernah beberapa kali mendapat penerbangan Internasional dan menyinggahi beberapa negara meski masih dalam benua Asia.Penerbangan kali ini sudah tak terhitung lagi merupakan penerbangan keberapa baginya. Ini juga bukan pertama kalinya ia terbang ke Lombok, sebab sebelumnya sudah pernah sekitar 4 kali ia mendarat di Lombok. Namun yang ia tak tahu, penerbangan kali ini akan mengubah hidupnya.Julian sendiri sudah bertunangan dengan seorang gadis bernama Mis
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-30
Baca selengkapnya
Mulai Curiga
Cahaya dari senter di genggamannya menerangi langkah Mahesa malam ini. Ia sedang menyusuri hutan di belakang villa, berniat kabur. Jam menunjukkan pukul sebelas malam saat ia mengendap keluar dari villa. Faisal, Imelda, dan Nino sudah tertidur pulas saat ia keluar.Faisal yang terbangun di malam hari karena ingin buang air, akhirnya menyadari ketidak beradaan Mahesa. Pasalnya, ketika melewati kamar sang anak, pintu kamar itu terbuka dan Mahesa tidak ada di dalam. Ya, Mahesa lupa menutup pintu kamarnya kembali."Mahesa..." seru Faisal mencari sang anak. Ia mengobrak abrik seisi kamar namun tetap tak menemukan Mahesa.Imelda akhirnya terbangun karena mendengar suara sang suami yang cukup keras. Ia menyusul keluar dari kamar dan mendapati Faisal sedang mondar mandir di seantero ruangan."Ada apa Mas?" tanya Imelda."Mahesa, dia tidak ada. Dia pasti kabur," jawab Faisal dan mencoba menghubungi ponsel Mahesa. Namun sayangnya, ponsel itu dalam keadaan tidak aktif."Coba cek mobil," usul Ime
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-01
Baca selengkapnya
Devana's Babies
Laju mobil Fabian cukup kencang melewati jalanan Jakarta sore ini. Sebab, ia baru saja mendapat telepon dari ibunya yang mengabarkan bahwa sang istri saat ini sedang berada di rumah sakit.Begitu mendapat kabar tersebut, Fabian langsung melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit. Ia sangat cemas bila Devana sampai keguguran lagi. Ini adalah kehamilan ketiganya, tentu saja Fabian cemas bukan main.Begitu tiba di rumah sakit, Fabian langsung menghambur masuk. Karena terlalu terburu-buru ia bahkan tanpa sengaja menabrak seorang cleaning service rumah sakit yang sedang bertugas hingga membuat cleaning service itu terjatuh. Namun, bukannya meminta maaf, Fabian justru mengomeli pria itu."Kalau mau bekerja jangan menghalangi jalan orang. Kamu tidak tahu saya sedang terburu-buru ke ICU?" omel Fabian."Maaf, Pak," jawab cleaning service itu sambil berusaha berdiri kembali."Huh," Fabian masih saja mengomel bahkan setelah ia melangkah menghindari pria itu.Setibanya di depan ruang ICU,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-04
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status