"Siapa bilang, kata pak ustadz, suami yang seharusnya melayani istri, cuma kalau suami sibuk, barulah istri boleh membantu."Pada akhirnya mereka hanya tertawa dan jadi rebutan piring.Sikap Heru inilah yang membuat Nita begitu mencintai suaminya tanpa pamrih. Tidak pernah ingin mengeluh, tidak pernah berpikir untuk pergi sedikitpun, meskipun mereka hidup penuh kekurangan dan pernah berada di titik terendah sekalipun. Selalu penuh senyuman.Nita melihat wajah suaminya, meskipun terlihat tenang, tapi Nita bisa tahu jika Heru sedang berusaha menyembunyikan kegelisahan."Ada apa Mas, apa ada yang dipikirkan?"Heru tersenyum, mengelus pipi Nita. "Tau saja kamu ini kalau orang lagi puyeng." Heru kadang merasa aneh, istrinya ini tidak bisa dibohongi."Tau lah. Ada apa?"Heru menghela nafas panjang, "Kebun tempatku bekerja dijual Nit, dan yang beli sudah ada anak buah tetap. Jadi kami diberhentikan. Puyeng, harus cari kerjaan yang baru. Padahal bos kami itu sangat baik."Nita mengerti, betap
Last Updated : 2024-07-28 Read more