Semua Bab Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan: Bab 221 - Bab 230

344 Bab

Bab 221. Pindahan

Sementara itu di kampung.Hari ini Nita dan Heru sudah mulai pindah setelah rumah mereka selesai dipasang keramik dan kWh. Hanya bagian dalam yang sengaja mereka bagusi terlebih dahulu karena ingin segera dihuni. Bagian luar urusan nanti menurut mereka.Kalau dulu mereka sering pindah dengan menggunakan motor dan mengusung barang milik mereka dengan mondar mandir beberapa kali, sekarang tidak. Mereka menyewa sebuah mobil kijang milik tetangganya karena perlu membawa beberapa barang yang sempat mereka beli saat masih di kontrakan. Seperti lemari dan rak piring.Rani melotot saat melihat mereka sibuk. Beberapa tetangga turun tangan untuk membantu memindai barang tapi dia hanya melotot saja dari teras rumah. Alasannya, anak masih demam. Jadi tidak bisa membantu.Beberapa bapak-bapak membantu memasukkan barang dan langsung menata. Dan beberapa ibu-ibu menurunkan belanjaan. Malam ini Nita berencana untuk memasak besar dan mengadakan syukuran untuk rumah baru mereka.Bu Nur dan Pak Rahmat j
Baca selengkapnya

Bab 222. Nita chat-an dengan cowok?

Hari-hari disini sudah mulai berjalan dengan banyak kebahagiaan."Mas, Gemilang sudah tidur. Aku mandi dulu ya, baru masak." Suatu siang dia bicara pada suaminya."Biar aku yang masak sambil nyuci. Kamu mau dimasakin apa?" Heru menjawab demikian."Hehe. Terima kasih. Apa saja, pasti aku makan. Kalau begitu, abis mandi aku mau ngebut nulis ya?" Jawab Nita. Dia memang sedang memikirkan untuk mengejar target bulan ini. Agar bulan depan bisa mendapatkan pendapatan yang lebih, supaya bisa segera membuatkan usaha untuk suaminya.Nita kasihan pada Heru yang mulai berpikir mencari pekerjaan. Dia juga lebih suka jika suaminya tidak bekerja pada orang lain lagi melainkan punya usaha sendiri."Siap Buk Bos. Jangan khawatir. Masakan akan segera siap. Cucian juga, nanti kamu tinggal jemur."Heru memang begitu, dia sangat pengertian. Ini bukan karena Nita bisa menghasilkan uang. Heru memang selalu membantu pekerjaan rumah jika tidak bekerja. Bukan karena sekarang dia menganggur dan istri yang bisa
Baca selengkapnya

Bab 223. Luruskan rambutmu.

Di kota.Malam ini Azam berniat menemui Riko dirumahnya. Tapi karena malam ini Riko sedang pergi dan menginap di rumah neneknya, dia memutuskan untuk menemui Rendi saja. Dia sudah menelponnya dan mereka sudah janjian.Azam memang lebih dekat dengan Rendi dibanding dengan Riko. Menurut, sikap Riko yang terlalu tegas dan waspada melebihi ayahnya membuatnya merasa kurang nyaman. Sebenarnya Riko memang harus mengambil sikap seperti itu, tidak peduli dengan siapapun. Anaknya sendiri, adik ataupun anak-anak Gara.Dia hanya ingin mendidik mereka dengan baik agar bisa mengikuti jejak orang tuanya.Azam menceritakan kejadian yang ia alami kemarin pada Rendi."Apa kamu punya musuh?" Rendi bertanya."Mana ada, Paman? Aku ini anak yang baik. Kumpul sama teman saja gak pernah. Musuh dari mana?" Bantah Azam.Rendi merenung sejenak. "Musuh tidak ada, lalu bagaimana dengan para gadis yang kamu kecewakan?"Azam terbelalak, sedikit terkejut saat Rendi bertanya demikian.Rendi bukan tidak tahu bagaimana
Baca selengkapnya

Bab 224 . Jangan macam-macam dengan rambutku.

Di jalanan yang masih sepi. Hanya masih terlihat beberapa pengguna jalan saja. Pagi ini Mobil yang dikendarai Rendi terus melaju dengan kecepatan yang sedang.Mereka baru saja kembali dari kantor polisi. Menyerahkan dua orang berandal yang tempo lalu menyerang Azam.Awalnya Azam tidak setuju untuk menyerahkan mereka pada pihak yang berwajib. Dia ingin menghakimi mereka.Rendi paham jiwa kuda Azam. Tapi dia tidak mungkin membiarkan Azam jatuh dalam masalah yang akan menyeret nama baik keluarga Mahendra. Rendi terus membujuk Azam agar bersedia menyerahkan segala sesuatunya pada polisi saja. Polisi yang akan menangani kasus ini dan menyelidiki siapa dalang dibalik mereka.Pada akhirnya, Azam setuju.Setelah beberapa saat diperjalanan, akhirnya mobil itu pun tiba di rumah besar milik Rendi.Setelah Rendi turun, Azam kembali menghidupkan Mobilnya."Azam, kamu akan pergi ke kantor?" Rendi bertanya. Padahal mereka sudah sepakat jika hari ini akan mengambil cuti terkait penangkapan dua orang
Baca selengkapnya

Bab 225. Tinggal putus saja

"Aku akan menjaganya. Jangan meminta uang Tuan kembali ya?" ucap Arumi sambil cengar-cengir.Azam tersenyum, "Begitu kan, bagus. Kamu memang harus menurut, karena aku ini sekarang atasanmu. Dan kamu Asisten pribadiku. Mengerti?""Ah, iya Tuan. Mengerti." Arumi pun mengangguk penuh semangat."Tapi, apa pekerjaanku Tuan?""Pekerjaan? Ah, iya. Apa ya?" Azam sendiri merasa bingung memikirkan pekerjaan untuk Arumi, karena biasanya dia akan melakukan pekerjaannya sendiri tanpa bantuan siapapun."Tidak ada ya? Bagaimana kalau aku menjadi Office Girl lagi saja, Tuan. Itu pasti menyenangkan." usul Arumi."Hah! Menyenangkan kepalamu itu! Sudah habis uang banyak untuk ke salon, kamu hanya akan bekerja sebagai Office Girl? Mana bisa. Aku akan merugi." Jawab Azam."Ck, lalu apa? Memelototi anda begini saja? Tidak mungkin kan?" ucap Azam."Kamu bisa membantuku disini. Mengerjakan semua tugas kantor. Menemaniku makan, menemaniku menemui tamu. Dan, masih banyak lagi!""Hm, mana bisa. Aku tidak menger
Baca selengkapnya

Bab 226. Baru kali ini merayu wanita

'Ini? Tuan Azam berpura pura tapi seperti sungguhan sih? Menyebalkan!'Arumi hendak berontak, tapi Azam cepat berbisik padanya. "Bantu aku, atau kamu akan aku pecat!"Arumi merinding dengan bisikkan Azam. "Eh, i,iya." berbisik juga.Kemudian menatap Levia."He, kamu! Aku ini sebenarnya memang bukan pacarnya Azam. Tapi, tapi.. Ya.. Begitulah. Aku calon istrinya. Dia sudah terlanjur melamarku. Langsung di depan orang tuaku!""Kamu pasti bohong! Kamu baru saja mengatakan kalau kamu tidak mau dengan Azam kan?!" teriak Levia ,tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Arumi."Ya mau bagaimana lagi. Ayahku sudah menerimanya. Masa iya aku tolak. Aku tidak mau jadi anak durhaka."'Hiya,. Maafkan aku Ayah! Aku harus berbohong!!' pekik hati Arumi."Azam! Kamu hanya ingin mempermainkanku? Kamu mengatakan jika tidak bisa mencintai siapapun wanita!" Levia masih saja ingin bertahan."Itu benar, aku memang tidak pernah mencintai wanita manapun kecuali dia ini." Bicara begitu, Azam sambil menciumi p
Baca selengkapnya

Bab 227. Sang Playboy bercerita

Azam menarik lembut tangan Arumi agar duduk."Kamu harus tau alasannya kenapa aku jadi seorang playboy.""Memang seorang playboy punya alasan juga?" Arumi masih sadis."Tentu saja. Bukankah kamu juga pernah mengatakan jika setiap orang punya masalahnya masing masing?"Arumi menoleh, kali ini dengan tatapan serius. "Lalu apa alasan anda, masalah anda, sampai anda tega menyakiti banyak wanita??""Arumi, sudah kubilang jika aku tidak pernah menyakiti siapapun. Aku akan bercerita, dan ini hanya padamu karena kamu sekarang adalah Asistenku. Kamu perlu tau untuk kelanjutan kerjasama kita ke depannya.""Alah, pasti mengarang lagi." celoteh Arumi."Sumpah Arumi, ini bukan karangan. Jadi begini."Azam menarik nafas dahulu sebelum melanjutkan ucapannya.Dulu dia memiliki sikap yang lembut dan penyabar. Saking lembut dan sabarnya dia, dia sering ditindas oleh teman-temannya. Dia tidak pernah melawan. Azura sang adik sering kesal. Memarahinya dan memintanya siang malam agar menjadi pria yang tega
Baca selengkapnya

Bab 228. Ajang pamer dan bergosip

(Di kampung sebagian ada seperti ini. Jika malam Jum'at para laki-laki yang mengadakan Yasinan bergilir, dan para wanita di hari Rabu siang sekitar jam satu. Ini akan diadakan secara bergilir rutin di setiap rumah warga yang ikut persatuan atau Grup. Sesekali ada yang menolak saat giliran dirinya yang harus menarik Yasinan. Biasanya karena dia belum sanggup menarik, belum punya persiapan biaya. Kan memang harus punya persiapan untuk membeli makanan dan minuman untuk para undangan yang akan datang membaca Surah Yasin nanti.)Sayangnya kegiatan baik ini malah justru disalahgunakan oleh sebagian dari mereka. Digunakan sebagai ajang pamer juga bergosip ria. Seperti saat ini contohnya."Itu, Nita. Istrinya Heru. Orang kaya baru di kampung kita ini. Tau kan?" Timpal Bu Ida. Tidak lagi berbisik seperti tadi."Oh, iya iya. Tau. Yang rumahnya depannya Rani kan?""Betul.""Kenapa dia?""Itu, suaminya dijadiin keset, mentang-mentang dia bisa cari duit. Ya nyuci, ya masak. Belanja tiap hari ke pa
Baca selengkapnya

Bab 229. Dapat warisan dari mana?

Sore-sore.Rani ingin ke rumah Nita untuk mengembalikan uang yang ia pinjam kemarin pada Nita.Sementara Nita dan Heru saat ini sedang berada di ruangan tengah. Heru baru kembali dari link BRI. Mengambil uang untuk rencana besok. Mereka duduk di lantai di atas karpet.Nita menghitung uang itu, Heru membantu sambil memangku Gemilang. Mereka berunding, membahas apa apa yang perlu di beli untuk membuat bangunan kecil yang akan mereka jadikan toko mereka.Terdengar salam dari luar, dan tiba-tiba sosok Rani sudah muncul di hadapan mereka.Heru memang lupa, saat masuk tadi pintu depan lupa tidak di tutup kembali. Mungkin Karena beberapa kali Rani mengucap salam dan memanggil, Heru dan Nita yang sedang serius tidak mendengar. Jadi Rani masuk begitu saja. Rani memang sedikit kurang sopan menurut mereka."Waalaikumsalam." Nita menjawab, sedikit terkejut saat melihat Rani sudah berdiri disana menatap mereka. Rani sendiri melotot dengan sempurna. Terpaku di kedua kakinya. Jantungnya sangat berde
Baca selengkapnya

Bab 230. Panas dingin.

Sampai di rumahnya Rani jadi uring-uringan tidak jelas. Menendang baskom dan membanting mangkok atom. Dia sangat kesal. Begitu kesal. Ingat tumpukan uang milik Nita tadi."Kapan aku punya uang segitu?"Saat suaminya pulang dari kerja, langsung di dampratnya."Coba cari kerja lainnya Mas! Merantau kek! Liat tuh Nita sama Heru, sudah membuat rumah bagus! Kebeli ini itu! Kita kapan?"Pada akhirnya, siapa yang punya urusan, siapa yang ribut dan panas dingin.****Kembali ke rumah idaman Nita.Malam hari ketika Heru dan Nita sedang bersantai di ruangan tengah. Terdengar suara motor berhenti di depan rumah mereka.Nita menoleh. "Siapa, Mas?" Tanya Nita."Palingan Adi. Tadi aku nyuruh dia kemari memang." Jawab Heru.Nita menggeleng, "Bukan ah. Kayaknya suara motor bapak." Nita memang bisa hafal suara motor satu-satunya orang terdekat mereka.Saat Nita berdiri, terdengar suara salam. Dan benar saja, ibu dan bapak yang datang bertandang. Sudah lumayan lama memang bapak dan ibu tidak datang kem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
35
DMCA.com Protection Status