All Chapters of Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal: Chapter 81 - Chapter 90

230 Chapters

Tiba-tiba Hilang

Rima mengangguk paham. “Iya, Nak. Tante bisa pergi bersama Bibi jika ingin belanja. Kamu, cukup di sini saja dan berdiam diri. Menikmati waktu sampai tiba saatnya kalian bisa keluar dengan bebas lagi. Untuk saat ini, harap bersabar dulu.”Hanna mengulas senyumnya kemudian menganggukkan kepalanya. “Iya, Tante. Sekali lagi terima kasih karena sudah mau menampung aku dan Sagara di sini.”“Jangan bilang kayak gitu.” Rima mengusapi rambut Hanna. “Rumah ini menjadi ramai karena ada kamu dan Sagara, Hanna. Apalagi, kalau nanti sudah melahirkan. Aahh! Sepertinya kamu sudah berada di rumah baru kalian.”“Kalau misinya berhasil dan perusahaannya udah dipegang Sagara, Ma,” kata Andra menyela obrolan Hanna.“Iya juga sih. Tapi, kita doakan yang terbaik saja. Andai kata masih ada jalan untuk mengambil perusahaan itu lagi, semoga tidak ada yang harus dikorbankan apalagi sampai meregang nyawa lagi. Hati-hati ya, Sagara.”Rima memberi nasihat kepada Sagara yang akan menjalankan misi untuk mengambil p
Read more

Bukan Anak Kandung Mereka

“Gue akan pulang, dan melihat semua kebenaran yang elo ucapkan, Sagara. Kalau elo berani bohongi gue, jangan harap hidup elo akan baik-baik saja.” Citra mengancam Sagara.Pria itu lantas tersenyum miring. “Gue nggak pernah berani ngomong, kalau nggak ada bukti. Silakan lihat sendiri dan gue akan membuktikan jika semua ucapan gue benar,”Citra menutup panggilan itu. Seperti tak ingin mendengar penuturan Sagara lagi, perempuan itu memutus panggilan secara sepihak.“Mencurigakan! Passport si Citra hilang dan dia baru sadar kalau passport-nya hilang. Udah berapa lama, si Citra ada di Belanda?” Andra bertanya kepada Sagara.Pria itu mengendikan bahunya. “Nggak tau. Yang penting, kita udah tau di mana Citra sekarang. Dan akan pulang di minggu depan. Masih ada waktu dan sidang pun belum dimulai. Semoga nggak lewat dari satu minggu.”Sagara mengatup keningnya dengan kedua tangannya. Menundukkan wajahnya ke bawah sembari memejamkan matanya.Lalu, Hanna mengusapi bahu suaminya itu. “Walaupun Ci
Read more

Ajaib!

Pria itu lantas mengadahkan wajahnya dengan pelan kepada Hanna. Dengan mulut menganga, pria itu terlihat sangat terkejut kala mendengar ucapan istrinya itu.“Ya—yang bener, Hanna? Kok bisa?” tanya Sagara kemudian.Hanna mengendikan bahunya. “Aku juga baru tau dari Mama, Sagara. Dia bilang, kalau aku bukan anak kandung dia. Mama nggak bisa hamil setelah keguguran. Karena rahimnya ikut diangkat. Ibuku meninggal setelah melahirkanku. Entah, ada di mana keluarga kandungku sekarang. Bahkan, aku nggak tau soal papa kandungku. Apakah dia masih hidup atau sudah meninggal juga.“Mungkin sudah menikah lagi. Tapi, kenapa dia memberikan aku pada Mama. Kenapa dia nggak mau urus aku? Itu yang selama ini jadi pertanyaan aku setelah tau jika aku bukan anak kandung Mama dan Papa. Banyak hal yang kita lewati saat berpisah kemarin, Sagara.”Pria itu mengulas senyum tipis kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.“Kita akan cari tau di mana papa kandungmu setelah semua urusanku selesai,
Read more

Sagara Ketagihan

“Itulah, Tante. Aku juga nggak nyangka akan menikah dengan Sagara. Teman masa kecil walau hanya bertemu satu kali. Cukup ajaib kalau dijelaskan. Tapi, mungkin sudah takdirnya dipertemukan lagi. Walau harus mengecewakan Sagara karena kondisiku lagi hamil.”Rima mengusapi lengan perempuan itu. “Sagara tidak pernah kecewa. Itu kesalahan kamu, dan Sagara tidak berhak ikut campur. Tugasnya cukup bertanggung jawab karena sudah mau menikahi kamu. Hanya itu saja. Tidak ada lagi selain itu.”Ucapan Rima benar-benar membuat Hanna tertegun. Namun, penyesalan tingggalah penyesalan. Nasi sudah menjadi bubur. Hanya tinggal nikmati saja, hasil yang sudah dia dapatkan.Meski begitu, ia tidak boleh terus menerus hanyut dalam penyesalan yang sudah dia lakukan. Bahkan, Sagara saja tidak pernah memabahas hal itu karena memang tidak penting menurutnya.Tangan itu terulur di perut buncit Hanna hingga membuat perempuan itu terkejut.“Sagara! Kaget tau, nggak!” Hanna memukul tangan Sagara yang melingkar di p
Read more

Itu Hak Kamu

Sagara tersenyum malu. "Kayaknya, wajar aja sih, ketagihan sama istri sendiri. Ya udah. Aku berangkat sekarang, yaa. Kamu mau nitip apa? Biar nanti pulang, aku belikan.""Eum ... belum kepikiran pengen apa, Sagara. Nanti aja. Nanti aku chat kamu, kalau pengen sesuatu.""Ya udah kalau begitu. Aku berangkat sekarang." Kemudian, pria itu mengecup kening sang istri dan mengusap perut buncit perempuan itu. "Papa berangkat dulu ya, Sayang. Jangan nakal. Jangan bikin Mama sakit lagi. Nanti Papa cubit hidungnya, kalau udah lahir," ucap Sagara seolah tengah berbicara kepada anak yang ada di dalam perut Hanna.Sementara Hanna hanya mengulas senyumnya. Tidak banyak berkomentar kemudian melambaikan tangannya kepada Sagara setelah pria itu keluar dari kamarnya.Andra dan Sagara sudah berada di garasi. Ia pun memilih mobil milik orang tuanya untuk dibawa keluar."Buat jaga-jaga. Khawatirnya, si Raffael atau Krisna, hafal sama jenis mobil gue," kata Andra sembari memasuki mobil orang tuanya."Iya. T
Read more

Alasan Rafael ingin Kembali

Clara menghela napas kasar. “Citra. Udah nggak bisa menoleransi lagi setelah tau Raffael ingin merebut perusahaan Papa. Dia ingin menggantikan posisi Papa dan membiarkan Papa pensiun dini.”“Lalu, apa hubungannya dengan Hanna? Mau ambil perusahaan Krisna juga? Citra sama papa kamu, pasti nggak ngasih perusahaan itu ke Raffael, kan?” tebak Sagara kemudian.Clara menggeleng pelan. “Lebih tepatnya, Raffael ingin menghancurkan perusahaan Om Krisna. Dia mengira, kesuksesan Lestari Group karena ada kamu di dalamnya. Kamu, yang sudah membuat desain untuk Lestari.”Sagara mengerutkan keningnya. Semakin tak paham dengan ucapan Clara. “Maksudnya apa, Clara? Apa hubungannya dengan perusahaan Krisna dan Raffael? Bahkan, aku nggak pernah dianggap menantunya. Kamu tau sendiri, aku kerja sebagai OB di sana.” Sagara menyangkal ucapan Clara tadi.Perempuan itu mengangguk. “Ya. Aku tau itu, Sagara. Makanya aku mencari tau dan akhirnya ketemu. Raffael melakukan itu atas dasar perintah dari Om Damar.”An
Read more

Sikapnya Biasa saja

“Ke rumah sakit jiwa dulu. Kondisi Mama belum stabil kata Suster Indah. Kayaknya, nanti malam kencannya dibatalkan. Mama gue sakit, Ndra.”Andra menghela napas pelan. “Ya udahlah. Gak masalah. Bisa kapan-kapan.”Sagara menepuk bahu Andra. “Lulus kuliah, langsung tancap gas. Nikahin.”“Kalau mau. Kalau nggak?”“Masalahnya apa dulu, kenapa dia nggak mau nikah sama elo? Yang penting elo nggak larang dia buat jadi perawat. Bebasin aja. Asal, saat elo pengen naik, dia siap.”“Sialan, lo!”Sagara tersenyum miring kemudian menghela napasnya dengan pelan. “Gue terlalu banyak mikir dan terlalu gugup untuk menikmati hal begituan ternyata bikin gue nyesel sendiri.”Andra menolehkan wajahnya pada Sagara. “Nyesel gimana? Nyesel, karena nggak dari dulu?”Sagara mengendikan bahunya. “Bisa jadi. Selalu terbayang-bayang, bahkan waktu gue dan dia nggak ketemu waktu itu. Seolah gue nggak akan bisa merasakan hal itu lagi sama Hanna.”Andra tersenyum tipis. “Elo dan Hanna emang pasangan yang klop. Yang sa
Read more

Ketinggalan Sesuatu

Sagara mengendikan bahunya. “Cukup masuk akal sih. Orang, bisa gila karena melihat hantu tiap hari. Tapi, kata Mama tadi … Papa udah lama nggak datang.”Sagara kembali masuk ke dalam kamar sang mama. Perempuan itu sedang menangis.“Ma. Jangan pergi dulu. Jangan menyusul Papa. Aku mohon, Ma. Biar Papa aja yang udah pergi. Mama harus sembuh dan kita ambil sama-sama perusahaan Papa. Oke?”Sagara menggenggam tangan Mayang kembali dan memohon kepada sang mama agar berhenti berucap yang cukup membuatnya sedih. Mayang ingin mengakhiri hidupnya dan kembali pada Satya. Ia tahu, Mayang pun menyesali tindakannya. Namun, semuanya sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur.“Sus! Tolong jaga mama saya. Jangan sampai melakukan hal yang aneh-aneh. Jangan sampai Mama bunuh diri. Jangan lengah, Sus. Kasih obat yang rutin. Makan juga. Kalau uang perawatan sudah habis, tolong beri tahu saya.”Sagara memohon kepada Suster Indah agar memperhatikan kondisi Mayang dengan menggenggam tangan perempuan itu dengan
Read more

Tidak pernah Cari Gara-gara

Andra menggaruk rambutnya dengan pelan. “Perut Tante Mayang, waktu itu kayaknya sedikit buncit deh. Lagi hamil, atau emang lagi kembung, yaa? Soalnya, sekarang udah rata lagi. Khawatirnya, nyokap elo jadi stress bin gila karena habis aborsi juga. Entah anaknya siapa, kita nggak tau. Damar … atau Om Satya.”Sagara menganga. Mana mungkin mamanya sedang mengandung, sementara ia tak pernah melihat kondisi Mayang yang terlihat seperti sedang mengandung. Seperti mual dan muntah, atau tidak menyukai aroma yang aneh-aneh.“Nggak mungkin kayaknya, Ndra. Kembung, kali. Mama udah tua juga. Mana boleh, hamil lagi.” Sagara menyangkal ucapan Andra. Bahwa Mayang tidak sedang mengandung kemudian mengaborsi.“Sangat berbahaya kalau Mama mengaborsi kandungannya. Sedangkan usia dia udah dilarang hamil. Pun dengan aborsi. Mana mungkin, kondisi Mama akan baik-baik aj—““Baik, kata elo? Tante Mayang sakit tiba-tiba. Efek aborsi tuh.” Andra kembali berasumsi.Sagara menghela napas kasar. Kemudian keluar dar
Read more

I want it

Acara makan siang sudah selesai. Waktu sudah menunjuk angka dua siang. Sagara dan Andra tengah duduk di kursi panjang di halaman depan rumah tersebut.“Masih aktif merokok, lo?” tanya Sagara ketika melihat Andra mengisap rokoknya.Andra mengangguk. “Emangnya elo.”Sagara memutar bola mata pelan. “Sayang jantung dan paru-paru. Bentar lagi punya anak. Harus panjang umur dan bahagia sama anak dan istri gue.”Andra tersenyum miris. “Terlalu dramatis. Hidup elo terlalu dibawa serius, Sagara. Nikmati hidup, bukan hanya dengan keluarga aja. Tapi, dengan diri sendiri pun bisa bahagia.”“Dan elo nggak butuh anak dan istri? Mau jadi kayak gini aja, selamanya? Kalau gitu, kenapa elo suka sama Suster Indah? Mau jadi cowok brengsek, lo? Kasih harapan palsu ke dia?”Andra menggeleng dengan santai. “Gue pengen, punya anak, punya istri. Tapi, entah kenapa … kayak ada yang disembunyikan oleh Suster Indah. Dan gue nggak tau, itu apa.”“Udah nikah, kali.” Sagara berucap dengan asal.Waktu sudah menunjuk
Read more
PREV
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status