Share

Sikapnya Biasa saja

“Ke rumah sakit jiwa dulu. Kondisi Mama belum stabil kata Suster Indah. Kayaknya, nanti malam kencannya dibatalkan. Mama gue sakit, Ndra.”

Andra menghela napas pelan. “Ya udahlah. Gak masalah. Bisa kapan-kapan.”

Sagara menepuk bahu Andra. “Lulus kuliah, langsung tancap gas. Nikahin.”

“Kalau mau. Kalau nggak?”

“Masalahnya apa dulu, kenapa dia nggak mau nikah sama elo? Yang penting elo nggak larang dia buat jadi perawat. Bebasin aja. Asal, saat elo pengen naik, dia siap.”

“Sialan, lo!”

Sagara tersenyum miring kemudian menghela napasnya dengan pelan. “Gue terlalu banyak mikir dan terlalu gugup untuk menikmati hal begituan ternyata bikin gue nyesel sendiri.”

Andra menolehkan wajahnya pada Sagara. “Nyesel gimana? Nyesel, karena nggak dari dulu?”

Sagara mengendikan bahunya. “Bisa jadi. Selalu terbayang-bayang, bahkan waktu gue dan dia nggak ketemu waktu itu. Seolah gue nggak akan bisa merasakan hal itu lagi sama Hanna.”

Andra tersenyum tipis. “Elo dan Hanna emang pasangan yang klop. Yang sa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status