All Chapters of Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal: Chapter 71 - Chapter 80

230 Chapters

Maafkan Aku, Sagara

“Temen saya kenapa, Dok?” tanya Andra setelah melihat Dokter Azmi selesai memeriksa kondisi Sagara.Pria itu dibawa ke rumah sakit di mana Hanna juga dirawat di sana. Sengaja. Agar bisa memberi tahu Hanna jika ada kesempatan untuk memberi tahu.“Pasien mengalami asam lambung, Mas Andra. Asam lambungnya naik dan menyebabkan kondisinya lemah kemudian jatuh pingsan. Harus diinfus agar tenaganya kembali pulih. Setelah siuman, beri makan agar lambungnya tidak kosong.”Andra menghela napas dengan pelan. “Asam lambung rupanya.”“Betul, Mas Andra. Kurang lebih setengah sampai satu jam akan siuman.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Dokter Azmi lantas pamit keluar setelah memeriksa kondisi Sagara yang ternyata mengalami asam lambung lantaran tidak makan dalam satu hari ini. Terlalu memikirkan kondisi Hanna, sampai lupa pada kesehatannya.“Dok!”“Ada apa, Mas? Ada yang bisa saya bantu?”Andra menggigit bibir bawahnya kemudian menatap Dokter Azmi. “Dokter kenal nggak, sama Dokter Aris? Yang praktik di d
Read more

Sagara Membuat Semua Orang Panik

“Dokter. Segera beri tahu suami saya agar kondisinya kembali pulih. Saya yakin, dia sakit karena saya. Apa yang saya ucapkan tadi, saya akan sembuh setelah bertemu dengan Sagara. Pun dengan Sagara. Pasti akan segera sembuh setelah mendengar kabar ini.” Hanna meminta kepada Dokter Aris agar memberi tahu Sagara dengan segera. “Baik, Bu Hanna. Kalau begitu, saya permisi ke ruang IGD di lantai satu dulu.” Hanna menganggukkan kepalanya dengan cepat. “Terima kasih, Dokter!” Dokter Aris mengulas senyumnya kemudian keluar dari ruangan tersebut. Pergi ke ruang IGD untuk menemui Sagara. Berharap pria itu sudah siuman dan akan memberi tahu semua rencana brilian Sinta. Setibanya di ruang rawat Sagara. Pria itu sudah membuka matanya dan tengah berbincang dengan Andra. “Dokter Aris? Istri saya masih dirawat di sini? Bagaimana kondisinya?” tanya Sagara dengan suara pelan. “Istri Anda baik-baik saja. Saya punya kabar baik untuk Anda, Pak Sagara.” “Kabar baik? Kabar apa itu, Dok? Istri saya sud
Read more

Hidup yang Mengenaskan

Melihat sahabatnya tersiksa seperti itu cukup membuat Andra sedih. Ia sangat tahu bagaimana perjuangan Sagara demi kembali pada Hanna. Baru dua hari dipisahkan saja sudah membuat Sagara tersiksa seperti ini. Bagaimana nasibnya jika mereka benar-benar berpisah.“Radang di kerongkongan Mas Sagara-lah yang menyebabkan muntah darah. Kondisi asam lambung Anda sudah parah, Mas Sagara. Saya akan memberikan obat pereda nyeri. Setelah rasa nyeri itu sudah agak hilang, isi perut Anda dengan nasi. Walau hanya sedikit, yang penting terisi dulu. Guna mencegah kondisi Anda agar tidak semakin parah.”Dokter Azmi memberi tahu kondisi Sagara setelah selesai memeriksa pria itu.Sagara memejamkan matanya kemudian menghela napas dengan pelan. Tak bisa berkata-kata. Hanya bisa pasrah dan menuruti perintah dari dokter yang menanganinya. Agar segera sembuh dan bertemu dengan Hanna.Satu jam berlalu.Hanna sudah diperbolehkan pulang. Bersama sang mama dan dua ajudan yang akan mengantar mereka ke rumah. Sinta
Read more

Berterima Kasih dan Marah juga

Sagara tersenyum lirih. “Ada sedikit masalah dengan lambung gue, Andra. Gue punya asam lambung akut. Bisa kambuh kalau nggak makan dalam empat puluh delapan jam.”Andra memijat keningnya kala mendengar penuturan Sagara. "Dan gue baru tau kalau anak punya penyakit asam lambung akut. Itu namanya elo mengantarkan nyawa, Sagara! Sengaja nggak makan padahal tau bakal begini akhirnya." Andra geleng-geleng kepala."Gak nafsu makan, Andra. Dan ternyata bikin gue drop. Kasihan Hanna. Pasti khawatir banget pas liat gue muntah darah tadi.""Masih aja mikirin kondisi Hanna. Kondisi elo jauh lebih ngenes, Sagara."Pria itu menolehkan kepalanya dengan pelan pada Andra. "Elo nggak liat, muka Hanna masih pucat? Hanya karena ingin ketemu sama gue, dia rela pulang dan menunggu gue jemput dia. Sedangkan kondisi gue masih sangat lemah. Besok, kalau kondisi gue masih kayak gini, elo yang jemput, yaa. Bawa ke rumah elo. Jangan dibawa ke sini."Andra mengangguk pelan. "Gampang. Bisa diatur. Asalkan elo semb
Read more

Jangan Kaget

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Hanna tengah duduk di kamarnya. Di rumah lama bersama orang tuanya. Duduk di depan jendela, memandang bintang di langit yang di malam itu cukup banyak bertaburan di atas langit.“Kamu udah sembuh belum, Sagara? Nggak sabar, pengen cepet besok. Pengen cepet ketemu sama kamu,” gumamnya sambil mengusapi perut buncitnya yang sudah berusia lima bulan.“Kamu juga pasti kangen ya, sama Papa? Kangen dielus-elus kalau Mama lagi manja. Sebelum tidur, Papa pasti elus perut Mama dulu. Kamu pasti merindukan Papa.” Bahu Hanna bergetar. Menangisi kerinduan yang melanda dalam dirinya.Mengkhawatirkan kondisi sang suami yang kini sedang dirawat di rumah sakit. Yang seharusnya ia berada di sisinya, mengharuskan mereka berpisah dan tidak bisa menemani di saat Sagara membutuhkannya.Tok tok tok!Hanna mengusap air matanya. Khawatir sang papa yang sudah mengetuk pintu kamarnya. Setelahnya, Hanna membuka pintu kamar tersebut.“Mama!” ucapnya dengan pelan.“Boleh …
Read more

Aneh tapi Nyata

Sinta manggut-manggut. “Hebat banget suami kamu itu. Baguslah. Biar Krisna sadar, kalau dia bodoh dan tidak berhati-hati. Biar saja. Toh … perusahaan itu sudah atas nama Krisna. Mama akan pulang ke keluarga Mama lagi jika Krisna mengusir Mama.”Hanna menghela napas lega. “Aku pikir, Mama akan marah. Ternyata Mama mendukungnya.”Sinta mengulas senyumnya. “Mama sangat paham perasaan Sagara seperti apa, Sayang. Dia berhak melakukan apa yang ingin dia lakukan. Melakukan tindakan seperti itu hanya orang-orang yang memiliki otak cerdas. Bahkan, Sagara masih mengingat desain yang sudah dia buat untuk pengusaha di Eropa. Itu prestasi yang patut diacungi jempol, Hanna.“Suami kamu akan menjadi pria yang cekatan, rajin dan tentunya bertanggung jawab. Mama juga kalau ada di posisi Sagara, apa pun akan Mama lakukan asalkan bisa mencapai apa yang Mama inginkan. Terlebih, perusahaan itu adalah miliknya. Juga Krisna yang sudah semena-mena k
Read more

Pergi Sekarang juga

Sementara di kediaman Krisna. Hanna tengah duduk di balkon kamarnya. Tersenyum bahagia, tak sabar malam hari segera tiba.“Semuanya sudah disiapkan dengan baik. Mama sudah memberi tahu penjaga rumah, dan aku bisa keluar dengan sangat hati-hati nanti malam.”Hanna menghela napasnya dengan pelan. “Sagara. Sebentar lagi kita akan bertemu.”“Hanna?”Perempuan itu terperanjat kaget setelah setelah mendengar sang mama memanggilnya. “Mama! Kaget, tauu.”Sinta tersenyum kemudian menepuk lengan Hanna. “Ada Raffael di bawah. Lagi ngobrol sama papa kamu. Lagi bahas pernikahan kalian.”Hanna tersenyum campah mendengarnya. “Pernikahan? Bahkan, dia bisa digorok habis-habisan oleh Citra kalau ketahuan. Ke mana sebenarnya Citra? Kenapa dia menghilang saat kondisi seperti ini.”“Karena, kalau Citra ada di sini, mana mungkin Raffael bisa melakukan hal gila itu, Hanna. Bisa jadi mereka suda
Read more

Sudah punya Niat akan Membawa Kabur Hanna

Hingga tiba di depan gerbang. Mobil Hanna yang dipakai oleh Andra sudah berada di depan. Pria itu lantas keluar dari mobil setelah melihat Hanna dan Sinta keluar.“Jangan lepas jaketnya ya, Nak. Mama akan menghapus riwayat panggilan dan—“Hanna memeluk sang mama. “Mama jangan khawatir aku akan ketahuan. Aku dan Sagara akan pergi sejauh mungkin dari sini. Kita akan bertemu kembali setelah situasinya mendukung. Jaga kesehatan Mama. Kalau sudah tidak perlu ada yang dipertahankan, cerai aja.”Sinta melepaskan pelukan itu kemudian mengecup kening Hanna. “Iya, Sayang. Kamu juga. Jaga kesehatan, jaga diri dan jangan lupa kabarin Mama kalau sudah melahirkan.”“Pasti. Aku pasti akan mengabari Mama.”“Udahan yaa, cipika cipiki-nya. Kita harus segera pulang. Katanya Hanna alergi dingin. Kalau pingsan di sini, berabe. Besok pagi, Sagara udah bisa pulang. Nanti aku jemput Sagara di rumah sakit.”
Read more

Asumsi Andra dan Sagara

“HANNAAA!!”Sebuah teriakan dari mulut Krisna keluar dengan lantang setelah melihat kondisi kamar anaknya itu kosong.“Ada apa sih, teriak-teriak?” Sinta menghampiri Krisna sembari membawa sutil lantaran perempuan itu sedang memasak.“Hanna, Sinta. Hanna tidak ada di kamarnya. Ke mana dia?” tanya Krisna sembari berteriak.Sinta mengerutkan keningnya. Kemudian masuk ke dalam kamar anaknya itu, memanggil sang anak seolah ia tak tahu jika Hanna sudah pergi.“Hanna!” Kemudian masuk ke dalam kamar mandi.“Sudah aku cari di sana dan tidak ada, Sinta! Hanna kabur. Melarikan diri!” pekik Krisna lagi sembari berkacak pinggang.“APA!! Kabur? Kabur ke mana? Kapan? Kenapa bisa kabur?”Akting yang cukup bagus untuk mengelabui Krisna jika bukan ia pelakunya yang sudah membawa Hanna kabur dari rumah itu. Berpura-pura terkejut sambil melepaskan sutil yang ia pegang.Krisna memijat keningnya. Memikirkan di mana keberadaan Hanna saat ini. Sementara Sinta duduk dengan lemas di tepi tempat tidurnya semba
Read more

Takut Krisna Menemukan Hanna

Hanna bangun dari duduknya kemudian menghampiri Sagara. Memeluk suaminya dengan erat. Kepalanya ia tumpukkan di bahu suaminya itu kemudian menghidu aroma tubuh suaminya yang masih sama seperti dulu.“I miss you, Sagara. Aku … aku masih nggak nyangka bakal ketemu lagi sama kamu,” lirih Hanna dengan tangan masih memeluk Sagara erat.Sagara menyesap sisian wajah Hanna kemudian mengangguk dengan pelan. “Me too. Aku jauh lebih kangen sama kamu, Hanna.”Iman mengusapi punggung Sagara sembari mengulas senyumnya. “Selamat bertemu kembali. Kalian memang luar biasa. Saling menguatkan dan mau berjuang. Akhirnya, kalian bisa dipersatukan lagi.”Sagara melepaskan pelukan itu dengan pelan. Mengusap air mata di pipi perempuan itu kemudian mengulas senyumnya.“Are you okay? Kondisi kamu, udah baik? Kandungan kamu juga. Baik-baik aja, kan?” Banyak pertanyaan yang diberikan oleh Sagara kepada Hanna.Perempuan itu mengangguk pelan. “Aku dan anakku baik-baik aja, Sagara. Udah semakin baik karena akhirnya
Read more
PREV
1
...
678910
...
23
DMCA.com Protection Status