Andra mengendikan bahunya. “Nggak pernah ngobrol panjang lebar sama Suster Indah, jadi nggak tau apa yang dia sembunyikan dari aku.” Andra menghela napas pelan. “Harganya enam ratus juga, luasnya setengah hektar. Lumayan lah, Sagara. Bisa bikin taman bermain juga di sana. Sepuluh juta permeter.”Sagara manggut-manggut. “Lumayan. Dengan harga segitu, masih bisa dinego lagi, kan?”“Bisa. Kalau oke, bisa langsung temui dia di kantor pemasarannya. Kebetulan, yang punyanya pemilik rumah BTN di dekat tanah itu.”“Kok bisa, dia jual murah? Tanah sengketa bukan, Andra?” Sagara malah curiga jika tanah tersebut bermasalah.“Bukan, anjir! Kalau nggak percaya, kita bisa ke sana untuk membuktikannya.”Sagara menghela napasnya dengan pelan kemudian menghabiskan sisa roti yang sudah dia makan. “Kamu udah sarapan? Udah minum susu sama obat?” tanyanya kepada Hanna.Perempuan itu mengangguk. “Udah kok. Aku udah sarapan bareng Tante Rima tadi. Udah minum susu dan obat juga.”“Good. Jaga kesehatan dan ka
Read more