Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pengantin Kedua Janardana : Chapter 1 - Chapter 10

143 Chapters

A 01 - Istri Kedua

"Aku akan menikahimu, setelah aku dan Lanika menikah," tukas Arudra Janardana. "Ehm, maksudnya, aku jadi istri kedua?" tanya Zivara Nadadhianti. "Ya. Itu syarat yang kuajukan pada Papa, jika beliau tetap ngotot menjodohkan kita," terang Arudra. Dia mengamati perempuan berparas manis di kursi seberang. "Bagaimana?" tanyanya. Zivara tertegun. Dia tidak menduga jika hal itu yang akan dibicarakan Arudra, saat menelepon dan mengajaknya bertemu siang tadi. "Apa aku boleh minta waktu untuk berpikir, Mas? Karena ini bukan hal sepele. Selain mengikatku dalam pernikahan, itu artinya keluarga kita juga terikat," pintanya. "Kita hanya menikah selama setahun, dan aku tidak akan menyentuhmu. Supaya setelah kita bercerai nanti, kamu masih suci." Zivara kembali terpegun. "Apa Mas paham hak dan kewajiban suami serta istri dalam pernikahan?" "Aku paham. Kamu tidak perlu khawatir, tentang materi dan waktu bersama, aku tetap berusaha adil. Kecuali bagian itu, karena aku mencintai Lanika dan hanya di
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

A 02 - Kencan Sampai Malam

Kediaman Thamrin Sabtu malam itu terlihat ramai. Acara pertunangan sekaligus lamaran Arudra pada Zivara telah dilaksanakan dengan khidmat dan lancar. Kemudian pasangan pemilik rumah mempersilakan semua tamu, untuk menyicipi hidangan yang disajikan di dua meja prasmanan panjang. Pasangan calon pengantin duduk berdampingan di kursi teras samping kanan sambil menikmati hidangan di piring masing-masing. Mereka sengaja memisahkan diri karena hendak mencoba pendekatan supaya bisa lebih akrab. "Mas, acara lamaran ke keluarga Lanika, apa sudah dilakukan?" tanya Zivara dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh orang-orang di ruangan dalam. "Belum. Papa sama Mama menolak hadir buat acara itu," terang Arudra di sela-sela mengunyah. "Kenapa?" "Mereka nggak setuju aku nikah sama Lanika. Mereka cuma mau kamu yang menjadi menantu." "Ehm, lalu, gimana?" "Aku sudah minta bantuan ke Om Rianto, tapi belum ada tanggapan." "Mas nggak nyoba minta bantuan ke keluarganya Mama Indriati?" "Aku kuran
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

A 03 - Galah

Zivara menunggu Arudra mengunci pintu mobil, kemudian keduanya melangkah menuju lobi utama hotel milik BPAGK di Lembang atas. Arudra berbincang dengan seorang penjaga keamanan, yang segera mengantarkan pasangan tersebut menuju restoran di bagian belakang bangunan hotel utama. Arudra memegangi lengan kanan Zivara yang seketika menjengit. Perempuan berbaju sage mengikuti langkah sang calon suami sambil menenangkan dadanya yang berdesir. Zivara terkejut karena Arudra bersikukuh mengaitkan tangan mereka. Sebelumnya pria tersebut belum pernah melakukan hal itu. Namun, kemudian Zivara menyadari kenapa Arudra menggandengnya. Sebab itu hanyalah drama di depan rekan-rekannya. Puluhan orang di restoran, berdiri untuk menyambut Arudra dan Zivara. Mereka bergantian menyalami pasangan tersebut, sambil berkenalan dengan perempuan yang disebut sebagai calon istri Arudra. Zivara mengulaskan senyuman saat menyaksikan beberapa orang yang telah dikenalnya, ternyata merupakan rekan-rekan Arudra.
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

A 04 - Jangan Diungkit

Lembayung senja kian menggelap. Arudra mengajak Zivara untuk jalan-jalan seputar resor. Keduanya melangkah berdampingan sambil berbincang tentang tempat itu yang cukup indah. Konsep resor yang mengusung tema alam, menjadikan banyaknya area terbuka yang menjadikan kawasan itu sangat lega. Zivara menyukai arsitektur bangunan utama hotel dan beberapa bungalo. Dia juga menyukai taman bermain yang berdekatan dengan kolam renang. "Mas, anak-anak itu apa nggak kedinginan, ya?" tanya Zivara sambil menunjuk sekelompok anak kecil yang tengah berenang dengan ditemani orang tua masing-masing. "Airnya hangat, Zi," terang Arudra. "Beneran?" "Hu um. Pengelolanya sengaja memasang penghangat air, supaya pengunjung senang." Arudra memindai sekitar, lalu dia menunjuk satu bangunan di ujung kiri taman. "Di situ pusat pengendalinya, sekaligus mengatur aliran yang ke semua kamar,' jelasnya. "Aku baru nyadar ada bangunan itu. Kalau Mas nggak nunjukin, aku nggak tahu." "Tempatnya memang tersembu
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

A 05- 365 Hari

Jalinan waktu terus bergulir. Arudra telah menikahi Lanika dalam pesta tertutup di salah satu resor di Bogor. Hal itu terpaksa dilakukan agar pernikahan rahasia tersebut tidak diketahui publik. Rahmadi dan Indriati telah mengajukan syarat itu pada Arudra. Sebab mereka tidak mau posisi Lanika sebagai istri pertama Arudra diketahui banyak orang. Terutama keluarga besar Janardana. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu keluarga Arudra dan Zivara. Sabtu pagi, acara akad nikah dilaksanakan di kediaman Thamrin. Seusai ijab kabul dan pembacaan doa, dilanjutkan dengan pemasangan cincin. Arudra berdiri berhadapan dengan Zivara. Keduanya saling memandang selama beberapa saat, sebelum Arudra mengambil cincin dari meja dan menyematkannya ke jemari manis sang istri. Zivara melakukan hal serupa. Kemudian dia menciumi punggung tangan Arudra dengan takzim. Setelahnya, mereka berpose memegangi buku nikah untuk diabadikan para fotografer. Runutan acara pernikahan khas Sunda dijalani Arudra dengan se
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Bab 06 - Menjaga Hati

Pesta pernikahan berlangsung dengan meriah di ruang pertemuan hotel bintang lima di kawasan Gatot Subroto. Para tamu memenuhi area sambil menikmati hidangan. Demikian pula dengan keluarga besar kedua mempelai, yang menempati ruang VIP satu. Zivara memerhatikan sekeliling dengan antusias. Dia melupakan rasa kecewanya pada Arudra, dan memutuskan untuk menikmati pesta. Sang mempelai wanita terlihat semringah. Sudut bibirnya nyaris tidak berhenti mengukir senyuman. Terutama karena dia sangat menyukai dekorasi dan berbagai lagu romantis yang ditampilkan band. Arudra yang telah menyadari kesalahannya, berusaha memperbaiki sikap. Dia berulang kali mengajak Zivara berbincang, tetapi hanya ditanggapi sekilas. Arudra tahu jika Zivara masih marah karena kejadian saat akad tadi pagi. Pria bersetelan tuksedo biru mengilat, berjanji untuk lebih fokus pada Zivara agar gadis itu tidak melanjutkan aksi merajuknya. Kala musik berhenti, perhatian pengunjung teralihkan pada panggung di sisi kanan. K
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bab 07 - Penyesalan

Pagi itu, seusai sarapan, Arudra mengajak Zivara berpindah ke dekat meja kasir restoran hotel. Seorang petugas memberikan dua microfon pada pasangan tersebut. Arudra berdiskusi sesaat dengan istrinya, kemudian dia memerhatikan hadirin yang balas menatapnya saksama. Arudra mengucapkan salam, lalu memulai pidato. "Saya dan istri, ingin mengucapkan terima kasih tak tertinggi pada semua teman-teman yang telah bersedia datang untuk menghadiri acara pernikahan kami kemarin," tutur Arudra. "Mohon maaf, jika kami telah merepotkan kalian, terutama semua panitia," tambah Zivara. "Khusus buat tim PBK, hatur nuhun pisan karena mau membantu kami menyukseskan acara. Love se-Bandung buat kalian!" serunya yang disambut tepuk tangan hadirin. "Kami tidak bisa membalas kebaikan kalian. Hanya Tuhan yang sanggup melakukan itu," terang Arudra. "Sebagai bentuk terima kasih, kami telah menyiapkan sedikit oleh-oleh yang akan segera dibagikan," lanjutnya. Fazwan dan rekan-rekannya dari pasukan pengawal ke
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

Bab 8 - Menggoreskan Kenangan

Sepanjang malam itu, Zivara mendekam di kamar. Dia tidak memedulikan panggilan Arudra yang berulang kali mengajaknya bicara di luar. Zivara benar-benar kesal, terutama pada dirinya sendiri yang begitu bodohnya mau menikah dengan Arudra.Gadis berambut panjang sudah kehabisan air mata. Zivara lelah terus-menerus menangis hingga matanya bengkak dan hidung memerah. Dia akhirnya memutuskan untuk tidur, sambil menutup telinganya dengan earphone. Alunan musik instrumental menemani Zivara hingga benar-benar terlelap. Dia sama sekali tidak mendengar ketukan yang disertai panggilan sang suami. Arudra berdiri di depan pintu kamar sang istri. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya sekali waktu. Kemudian berbalik dan jalan menuju kamarnya. Arudra berbaring telentang. Tatapannya mengarah ke langit-langit yang terlihat samar-samar, karena lampu utama telah dipadamkan. Arudra merunut peristiwa dari semenjak dirinya dan Zivara menandatangani surat perjanjian tempo hari. Pria berbibir
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

Bab 9 - Bukan Pasangan

Zivara berulang kali mengecek jam dinding untuk memastikan waktu. Namun, hingga pukul 9, Arudra tak jua datang Zivara sudah mengirimkan beberapa pesan, tetapi tidak satu pun yang dibalas Arudra. Perempuan bersetelan piama biru menimbang-nimbang sesaat dalam hati, sebelum akhirnya memaksakan diri untuk menelepon Arudra. Detik demi detik menunggu panggilannya tersambung, menyebabkan Zivara deg-degan. Saat terdengar bunyi panggilan diangkat, dia menunggu orang di seberang telepon menyapa terlebih dahulu. "Maaf, mengganggu. Apa Mas Arudra ada?" tanya Zivara sambil menebak-nebak suara perempuan yang menerima panggilannya. "Dia lagi tidur!" ketus Lanika. "Ehm, maaf. Aku hanya penasaran, karena sejak tadi pesanku tidak dibalas." "Orangnya lagi tidur, gimana mau balas?" Lanika menggertakkan gigi. "Aku peringatkan padamu. Bila dia ada di sini, jangan nelepon! Kamu sudah menghabiskan waktu bersama dia selama 4 hari, apa belum cukup?" tanyanya dengan nada suara tinggi. Zivara terkesiap,
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 10 - Akting

"Mas, bangun. Sudah subuh," tukas Zivara sambil menepuk-nepuk lengan Arudra. "Hmm?" Lelaki berkaus biru berusaha mengangkat matanya yang masih berat. "Sudah lewat jam 5. Nanti nggak keburu salat." "Hmm." "Jangan hmm terus. Ayo, bangun!" Arudra manggut-manggut. Dia membuka mata lebih lebar untuk menunjukkan dirinya telah sepenuhnya sadar. Zivara memandangi lelakinya sesaat, kemudian berbalik dan jalan ke balkon. Arudra menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia mengambil arloji di meja untuk mengecek waktu, lalu meletakkan benda itu ke tempat semula. Pria tersebut mengusap wajahnya, kemudian bangkit duduk. Belasan menit terlewati, Arudra menyambangi Zivara yang sedang duduk di kursi sambil memvideokan momen matahari terbit. "Zi, kamu udah salat?" tanya Arudra sembari duduk di kursi sebelah kanan. "Udah. Aku bangun dari jam setengah 5," terang Zivara."Ehm, di pantry, ada kopi, nggak?""Ada." Zivara menoleh. "Mau dibuatin?" tanyanya. "Hu um. Kalau ada kue, aku ma
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status