Semua Bab Pengantin Kedua Janardana : Bab 21 - Bab 30

143 Bab

Bab 21 - Kamu Nggak Kangen Aku?

Aroma harum yang menguar dari dapur, menyapa indra penciuman Arudra pagi itu. Dia memandangi perempuan berambut panjang yang sedang membelakanginya dan sibuk di depan kompor. Arudra menyambangi Zivara, lalu mengintip dari belakang pundak istrinya. "Wangi," tuturnya. Zivara menjengit karena tidak melihat lelakinya mendekat. "Mas ngagetin," keluhnya. Arudra menarik diri seraya tersenyum. "Masih lama nggak?" "Bentar lagi. Mas tunggu aja." "Kopiku, sudah dibuat?" "Belum. Habis ini." "Aku bikin sendiri aja." Zivara tidak menyahut dan melanjutkan mengaduk-aduk mi goreng di wajan. Arudra menyiapkan minumannya sendiri, lalu berpindah ke kursi dekat meja makan. Tidak berselang lama, keduanya telah bersantap tanpa saling bicara. Pintu samping terbuka dan seorang perempuan berjilbab hitam memasuki ruangan sambil mengucaokan salam. "Waalaikumsalam," sahut Zivara. "Sarapan, yuk, Teh," ajaknya sambil menatap perempuan berkaus krem. "Nuhun, Bu. Tadi sudah makan di rumah," terang Nini. Dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-29
Baca selengkapnya

Bab 22 - Aku Nggak Suka!

Arudra tiba di rumah Zivara menjelang pukul 8 malam. Dia bergegas memasuki kamar mandi untuk bersemedi. Sementara Zivara menyiapkan minuman dan makanan di ruang tengah. Teriakan Arudra yang meminta diambilkan handuk, menyebabkan Zivara menggeleng. Dia jalan ke teras belakang untuk mengerjakan permintaan sang suami. Kemudian Zivara berpindah ke depan kamar mandi yang berada di antara kedua ruang tidur. "Mas, handuknya digantung di gagang pintu," tukas Zivara. "Ke siniin," pinta Arudra sambil membuka pintu dan mengulurkan tangan kiri. Zivara menunduk sambil memberikan handuk. Kemudian dia berbalik dan bergegas ke ruang tengah. Zivara merasa malu, padahal badan Arudra sama sekali tidak terlihat. Belasan menit terlewati, Arudra telah berada di sofa sambil menikmati hidangan. Zivara memandangi televisi sembari memikirkan kata-kata untuk memulai percakapan. "Ikannya enak. Beli di mana?" tanya Arudra sembari meletakkan piring kosong ke meja dan mengambil gelas berisi teh hangat. "Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-29
Baca selengkapnya

Bab 23 - Hadiah Ketiga

Suasana di ruang rapat kantor Pangestu Grup, siang itu terlihat ramai orang. Seorang pria berkulit putih berdiri di dekat layar yang memampangkan detail proyek terbaru, yang digagas beberapa anggota PG. Linggha Atthaya Pangestu, CEO perusahaan tersebut, didaulat menjadi pemimpin tim. Pria berbadan tegap menerangkan setiap detail dengan lugas, hingga bisa dipahami semua peserta rapat. Tiga puluh lima menit terlewati, pertemuan itu telah usai. Satu per satu peserta rapat berpamitan, lalu keluar dari ruangan. Hingga tersisa segelintir orang yang masih bertahan. "Saya mau ke kafenya Tanti. Kalian, mau ikut?" tanya Linggha sambil membuka jas birunya dan disampirkan di lengan kiri. "Aku sudah nunggu Mas ngajak dari tadi," sahut Leandru Mahendra, anggota tim 5 PG, sekaligus sepupu Linggha dari pihak Ibu. "Jangan bilang Mas Dru mau makan gratisan," ledek Satria Daryantha, anggota tim 3 PG."Enggak, aku cuma mau nagih janji Papa Arrazi," kilah Leandru. "Saya janji apa?" tanya Linggha sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Bab 24 - Teman Ranjang

Zivara tidak berani memandangi langsung wajah suaminya yang tengah mengemudi. Perempuan bergaun salem merasa malu bila mengingat pencurian ciuman dari lelaki berkemeja krem, kemarin malam. Zivara tidak menduga jika Arudra berani menggodanya seperti itu. Bahkan, lelakinya kembali menciumi pipi kanannya belasan menit lalu, ketika Zivara baru keluar dari kamar. Perempuan berbibir penuh mengomeli dirinya yang seolah-olah baru pertama kali dicium lawan jenis Zivara menggerutu dalam hati, karena dia membiarkan Arudra terus menggoda. Padahal seharusnya Zivara harus tegas menolaknya. Sesampainya di tempat tujuan, ternyata sudah banyak orang yang memenuhi tenda biru, di depan kediaman orang tua Marlina. Zivara mengajak Arudra menyambangi sang calon pengantin yang berada di pelaminan kecil di ruang tamu. "Selamat, Mar," tutur Zivara sembari menyalami dan beradu pipi dengan rekannya "Makasih, Zi," balas Marlina sambil menarik diri. "Aku senang karena kamu mau datang," lanjutnya. Zivara m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Bab 25 - Setuju 100%

Grup PC Utama Idris : Gaes, ada undangan dari Mas Bambang PB. Aaron : Undangan apa, Bang @Idris? Idris : Sunatan anaknya. Arudra : Kapan? @Bang Idris. Idris : Sabtu depan. Acara bebas, dari jam 11 sampai jam 3. Drew : Jam 11 malam sampai jam 3 subuh? Arya : @Drew, kamu bikin aku keselek! Kasyafani : Drew kumat! Olavius : Anak satu itu makin gila! Zulfi : Gimana nggak ngaco, mentornya aja unik. Ghael : Siapa mentornya Drew? Yoga : Yanuar. Haryono : Kaisar. Andri : Ming. Ilyas : Sipitih. Rusli : Papi Yuna. Wirya : Pacarnya Rihanna. Bram : Ehh, Rihanna, apa kabar, @Wirya? Wirya : Sehat, dan tambah manis. Riko : Pacar abadi Yanuar. Johan : Cinta sejati Yanuar. Sanusi : Fans berat Yanuar. Abimanyu Bhalendra : Kalian ngomongin Rihanna, yang mana orangnya? Zulfi : Bentar, kucari dulu fotonya. Tidak berselang lama satu foto hewan berkaki empat, berbulu cokelat dengan moncong putih, muncul di layar ponsel semua anggota grup. Berbagai stiker tawa bertebaran, dan banyak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-31
Baca selengkapnya

Bab 26 - Hadiah Khusus

Sepanjang jalan menuju rumahnya, Zivara mengunci mulutnya rapat-rapat. Dia mengabaikan Arudra yang berusaha mengajaknya berbincang, karena kesal dengan pria tersebut. Setibanya di rumah, Zivara bergegas memasuki kamar. Dia membersihkan wajah dari riasan sambil menggerutu. Kemudian dia berpindah ke bilik basah. Arudra mengetuk pintu kamar utama, tetapi karena Zivara tidak kunjung menyahut, akhirnya pria berkaus putih nekat membuka pintu dan memasuki ruangan. Arudra menutup pintu, lalu memindai sekitar. Bunyi air di kamar mandi membuatnya paham jika Zivara tengah berada di sana. Arudra mengulum senyuman. Dia memiliki rencana untuk mengerjai Zivara yang sejak tadi mendiamkannya. Sekian menit berikutnya, perempuan berambut panjang keluar dari toilet. Dia bingung karena lampu utama telah padam. Padahal Zivara ingat betul bila dirinya telah menyalakan lampu. Zivara tidak sempat menghindar ketika dipeluk dari belakang. Dia hendak menjerit, tetapi mulutnya dibekap tangan seseorang yang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-31
Baca selengkapnya

Bab 27 - Sakit!

Sepasang manusia sedang duduk di sofa ruang tengah. Mereka tidak menonton televisi, karena sama-sama sedang menghadap ke dinding kanan. Arudra meringis ketika pijatan Zivara terlalu kencang. Meskipun dia tahu jika tenaga perempuan tersebut cukup kuat, tetap saja Arudra tidak menduga bila Zivara akan sanggup mengeluarkan tenaga penuh. "Sudah, Zi," tutur Arudra. "Dikit lagi. Ini ototnya masih keras," kilah Zivara. "Aduh! Sakit!" "Jangan cengeng. Cuma ditekan, doang." "Tenagamu kuat banget, kayak kuli." "Berisik!" Arudra memekik kala Zivara menambah tekanan tangan di tempat yang memang sudah terasa sakit sejak tadi pagi. Arudra menduga jika posisi tidurnya salah, hingga bisa sakit begitu. "Oke, sudah," ucap Zivara sambil berdiri. Arudra memandangi istrinya yang beranjak menuju wastafel. Dia meraba bagian yang tadi dipijat, lalu digerakkan sedikit. Arudra mengangguk, dia senang karena nyeri pundaknya sudah menghilang. "Kalau tahu kamu pintar mijat, dari kemarin-kemarin aku mint
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-01
Baca selengkapnya

Bab 28 - Menutup Buku Kisah Cinta

Zivara memandangi langit malam nan indah. Rembulan mempertontonkan bentuknya yang sempurna. Jutaan bintang turut menerangi, meskipun cahayanya tidak sampai ke tempat Zivara berada. Perempuan yang menjepit rambutnya tinggi-tinggi mengalihkan pandangan pada seunit mobil yang melintas, lalu berhenti di depan rumahnya.Zivara terkejut karena mengenali orang yang keluar dari kendaraan itu. Dia berdiri dan jalan untuk membukakan pagar buat sang tamu. "Aku bawa roti cane kuah kari, kesukaanmu," tukas Evan sambil mengangkat kantung plastik bening di tangan kanan. Zivara menyunggingkan senyuman. "Akang masih ingat rupanya." "Jelas ingat. Tiap mau ngapel, kamu pasti minta bawain ini." "Aku ngelakuin itu supaya Akang bisa berhemat. Daripada kita makan di luar dan menghabiskan uang, mending di rumah aja sambil ngemil." "Hmm, ya." Evan memindai sekitar. "Mas-mu, mana?" tanyanya. "Lagi ke luar kota." "Kalau gitu, kita ngobrol di sini aja. Atau di mobil. Aku nggak berani masuk kalau dia ngga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-01
Baca selengkapnya

Bab 29 - Sebongkah Berlian

Hari berganti. Kamis sore, Lanika pulang lebih cepat. Dia ingin memasak makanan kesukaan Arudra untuk menyenangkan sang suami. Perempuan berkulit putih menyalakan tab untuk menonton acara memasak yang telah diunduhnya. Lanika bekerja dengan serius sambil sekali-sekali bergumam menirukan ucapan koki di video.Beberapa menit sebelum azan magrib, Lanika berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan berbibir penuh membereskan dapur yang berantakan dengan semangat. Kemudian dia berpindah ke kamar untuk membersihkan diri di toilet dalam. Detik terjalin menjadi menit. Jarum jam berputar cepat hingga waktu terlewati dengan pesat. Lanika gelisah karena Arudra tak kunjung datang. Padahal dia sudah mempercantik meja makan dengan aneka lilin dan hiasan lainnya. Kala mobil MPV hitam berhenti di depan pagar, sudut bibir Lanika spontan melebarkan senyuman. Dia menunggu Arudra turun dan bergegas menyalaminya dengan takzim. "Mas, aku sudah masak makanan kesukaan Mas," tutur Lanika. "Yuk, kita mak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-02
Baca selengkapnya

Bab 30 - Aku, atau Dia!

Malam kian larut, tetapi Zivara tidak bisa terlelap. Arudra yang memaksa tidur di kamar utama, menyebabkan sang istri bingung, terutama karena pria tersebut sejak tadi memeluknya dari samping kiri. Zivara sudah dua kali menggeser tangan suaminya, tetapi Arudra kembali memeluknya sambil menggerutu tidak jelas. Zivara membatin bila ternyata Arudra sangat manja bila tengah tidak enak badan. Kendatipun sudah tidak demam, tetap saja Arudra mengeluh badannya pegal-pegal. Padahal Zivara telah memijatnya sampai tangan kebas dan letih. Merasa lelah mengurut, akhirnya Zivara memberikan obat pereda nyeri pada Arudra. Supaya pria tersebut bisa tidur dengan nyenyak. Bunyi pagar yang diketuk dari luar, menyebabkan Zivara menyadari jika saat itu sudah tengah malam. Suara kedua satpam yang tengah melintas terdengar sayup-sayup, hingga akhirnya menghilang. Zivara menggeser tangan suaminya, lalu beringsut ke tepi kasur. Dia berdiri dan jalan ke toilet untuk menuntaskan panggilan alam. Sekian meni
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status