Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pengantin Kedua Janardana : Chapter 41 - Chapter 50

143 Chapters

Bab 41 - Tergoda

Kedua pria yang parasnya mirip, memerhatikan Kakak tertua mereka yang sedang menelepon seseorang. Bhadra dan Casugraha saling melirik, kemudian mereka sama-sama menghela napas berat dan mengembuskannya sekali waktu. Baik Bhadra maupun Casugraha sudah menduga jika Lanika akan melakukan berbagai cara, untuk menjatuhkan orang-orang yang bersilang pendapat dengannya. Tidak terkecuali Arudra. Zivara yang juga berada di ruangan tersebut, tidak berani urun suara. Dia tahu, Arudra tengah emosi dan mungkin saja akan berimbas pada dirinya. Akan tetapi, ternyata dugaan Zivara salah. Seusai menelepon Wirya, Arudra mendatanginya dan langsung mendekap Zivara dengan erat. "Jangan protes. Aku cuma butuh pelukan," bisik Arudra. "Ya," sahut Zivara. "Belai aku." Zivara melakukan permintaan lelakinya. "Mas, sebenarnya ada apa? Sampai-sampai kalian berantem lagi?" "Nanti aku ceritain." Zivara menahan diri untuk tidak mendesak suaminya. Perempuan berkemeja abu-abu beradu pandang dengan kedua iparn
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

Bab 42 - Cenayang Nomor 2

Lanika menggerutu seusai melihat unggahan Arudra di akun media sosialnya. Deretan foto pria tersebut yang tengah berlibur di Garut bersama keluarganya, menyebabkan hati Lanika panas. Perempuan berkulit putih kian meradang ketika di unggahan terakhir, Arudra terlihat tengah memeluk seseorang dari belakang. Meski tidak terlihat jelas siapa yang didekap pria tersebut, tetapi Lanika meyakini jika itu adalah Zivara. Lanika mengeraskan rahang. Dia benar-benar marah, karena Arudra sudah melupakannya. Lanika meyakini bila Zivara telah berhasil menguasai lelakinya. Apalagi sang madu didukung keluarga Janardana, hal yang menjadikan Lanika kian membenci Zivara. Lanika menggulirkan jemari keluar dari akun media sosial. Dia mencari nomor kontak Neni dan segera menelepon sahabatnya tersebut. Keduanya berjanji temu di tempat biasa, dan Neni akan mengajak sepupunya yang telah membantu Lanika melaksanakan rencana balas dendamnya. Puluhan menit terlewati, ketiga perempuan tersebut telah berkumpul d
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

Bab 43 - Klarifikasi

Suasana hening menyelimuti ruang kerja kepala security kantor Janardana. Wirya duduk menyandar ke kursi sambil melipat kedua tangan di depan dada. Kaki kanannya ditumpangkan ke kaki kiri, sembari memandangi lelaki muda di kursi seberang yang terlihat tegang. Bilal mengatur napasnya agar bisa tenang. Dia tahu, tidak bisa lagi menutupi rahasia Arudra. Lelaki berkemeja hitam mengusap dahinya yang berkeringat dengan tisu, kemudian dia memulai menuturkan apa yang diketahuinya, semenjak menjadi ajudan Arudra hampir 2 tahun lalu. Wirya mendengarkan penjelasan juniornya dengan saksama dan tanpa menyela sedikit pun. Dia memegangi dagu yang ditumbuhi janggut pendek, kemudian manggut-manggut. "Kapan mereka menikahnya?" tanya Wirya, sesaat setelah Bilal menuntaskan ceritanya. "Sekitar 3 minggu sebelum Mas Ra menikahi Teh Zivara," jelas Bilal. "Berarti, waktu ke Lombok itu, sebetulnya dia sudah poligami." "Ya, Ndan." "Selain kamu dan keluarga Janardana, apa ada yang tahu tentang pernikahan
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

Bab 44 - Yes,Handsome

"Dia cukup cantik," tutur pria berkumis dan berjanggut tipis. "Yoih," balas pria berkacamata. "Tapi cantikan yang kedua, sih." "Hu um. Yang ini, lebih montok, doang." "Auranya nggak enak." "Rumek. Sangat berat." "Apa dia pakai susuk?" "Enggak, tapi, dia pakai pelapis di satu tempat." "Di mana?" "Pinggulnya." "Apa fungsinya?" "Mungkin biar goyangannya oke." "Goyang dombret?" "Dumang." "Gergaji." "Duh, linu." "W dan H. Obrolan kalian bikin Riaz ngakak, noh," sela Zein yang mendengarkan percakapan itu dari alat perekam tersembunyi, di Bluetooth yang digunakan kedua rekannya. "Harusnya kamu yang masuk, Z. Hendri otaknya kacau," keluh Wirya yang mengenakan kumis palsu. "Kalau aku yang masuk, dia pasti aware, karena kami pernah ketemu waktu meeting dulu," terang Zein. "Sstt. Dia ngelihat ke sini, Abang ipar," timpal Hendri yang menggunakan kacamata. "Dia senyum," bisik Wirya. "Balas, atuh." "Urang mendadak sieun." "Teu ecreug!" Zein dan Riaz yang menunggu di mobil, s
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

Bab 45 - That's It?

Suasana hening menyelimuti sebuah ruang VIP di restoran khas Korea, yang berada di pusat kota. Meskipun ada beberapa orang di dalamnya, tetapi mereka fokus menghabiskan makanan. Setelahnya, barulah percakapan dimulai. Andrew alias Hendri meladeni Neni yang terlihat antusias menanyakan berbagai hal tentang bisnis alat-alat berat yang memang dikuasai Andrew.Sementara Bastian alias Wirya berusaha keras menahan diri untuk tidak kabur dari tempat itu, akibat ditempeli Lanika. Perempuan bergaun hijau tua bertali kecil, berulang kali menyentuh paha kanan Bastisn sembari memancing pembicaraan tentang kehidupan pria tersebut. "Kenapa belum menikah, Mas?" tanya Lanika. "Sedang mencari orang yang tepat," jawab Bastian. "Seperti apa kriterianya?" "Pertama, tentu harus good looking. Biar nggak malu digandeng ke sana kemari. Kedua, harus smart, supaya bisa mengimbangi saya. Ketiga, satu keyakinan. Saya malas untuk berjuang bila beda agama." "Hanya 3?" "Enggak, masih ada beberapa lagi. Tapi,
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

Bab 46 - Rencana C

Zivara mengerjap-ngerjapkan mata saat membukakan pintu buat Arudra dan beberapa orang di belakang lelakinya. Zivara bingung melihat raut wajah tegang Arudra. Dia ingin bertanya, tetapi Bhadra telah memegangi tangannya sambil menggeleng pelan. Zivara mundur untuk memberikan jalan buat para tamu. Dia membalas jabatan tangan Wirya, Hendri dan Zein sambil bertanya-tanya dalam hati, alasan para bos HWZ mendatangi rumahnya menjelang tengah malam. Sekian menit berlalu, Zivara jalan ke ruang tamu sambil membawa nampan berisikan cangkir-cangkir teh, dan sepiring brownies yang dibuatnya tadi sore. Dari kamar depan, sayup-sayup terdengar percakapan Arudra dan Bhadra. Zivara benar-benar penasaran, hingga memberanikan diri untuk bertanya pada Wirya yang menjelaskannya dengan lugas.Zivara membulatkan mata sambil menutupi mulutnya dengan tangan kanan. Dia tidak menyangka jika perilaku Lanika sudah di luar batas dan akhirnya terjebak dalam rencana ketiga lelaki tersebut. "Aku minta, kamu tetap d
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 47 - Cerai

Jalinan waktu terus bergulir. Arudra masih bersikap seperti orang yang tengah patah hati. Meskipun tetap bekerja, tetapi Arudra lebih sering melamun. Bila berada di rumah, Zivara akan setia menemaninya berbincang dan memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan gadis tersebut bersusah payah membuatkan makanan kesukaan Arudra, dan mengantarkannya ke kantor setiap hari. Siang itu, Zivara tiba beberapa menit sebelum jam 12. Dia membalas sapaan para karyawan dengan senyuman. Hingga sampai di dekat ruang kerja suaminya. "Mbak, Mas Ra ada?" tanya Zivara sambil memandangi sekretaris direksi. "Ada, Teh. Tapi, lagi nerima tamu," jelas Maura. "Ehm, kalau gitu, aku titip ini." Zivara meletakkan tas biru ke meja. "Ditunggu, Teh. Mungkin bentar lagi tamunya pulang." "Aku mau ke tempat kursus. Hari ini terakhir, sebelum Senin nanti aku mulai kerja." "Teteh mau kerja di sini?" "Enggak. Aku dapat tawaran di HWZ." "Tamunya Bapak juga bos HWZ, dan dua orang lainnya." "Bos yang mana?" "Pak Ze
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 48 - Penguntit

Lanika menahan diri untuk tidak mengumpat pria paruh baya di seberang meja. Dia mengepalkan kedua tangan di pangkuan, sambil terus mendengarkan ucapan Budiman Sudarmanto. Neni yang berada di sebelah kanan Lanika, mengeluh dalam hati karena dirinya terseret dalam kasus yang menimpa sahabatnya tersebut. Akibatnya, Neni harus menjalani perintah dari bos mereka secepat mungkin. "Saya minta, kalian segera berkemas. Saya sudah menemukan orang yang tepat untuk menggantikan posisi kalian di sini. Tentu saja, mereka orang-orang yang tidak gemar membuat kericuhan!" tegas Budiman. "Neni, maksimal 3 hari ke depan, kamu sudah stand by di kantor cabang Surabaya," tukas Budiman sambil memandangi asistennya saksama. "Segera lapor saya, jika kamu sudah tiba di kantor sana," lanjutnya yang dibalas anggukan perempuan berbaju kuning muda. "Lanika, kamu juga harus segera berangkat ke Bogor. Paling lambat lusa, kamu sudah bekerja di cabang sana," tambah Budiman sembari mengambil lembaran kertas dari me
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 49 - Apa Namanya Kalau Bukan ....

Bilal menghentikan mobil bosnya di ujung kanan area parkir. Dia mematikan mesin, kemudian membuka sabuk pengaman. Bilal keluar bersamaan dengan Arudra. Sementara Zivara diminta suaminya untuk tetap berada di mobil. Tiga pria berbeda tampilan keluar dari pintu depan ruko 3 lantai, yang merupakan kantor LCGL, perusahaan bentukan Linggha, Leandru, Giandra dan Chakra. Niko, direktur operasional perusahaan itu, dan Yusuf serta Jauhari, mendatangi Arudra dan Bilal. Mereka belum sempat berbincang, ketika seunit mobil SUV abu-abu berhenti di dekat pagar dan keenam penumpangnya turun. Arudra menggertakkan gigi menyaksikan Kakak tertua Lanika datang bersama teman-temannya. Arudra maju beberapa langkah untuk menjauhkan diri dari mobil, di mana Zivara berada. "Kamu benar-benar kurang ajar!" hardik Fatih, sesaat setelah berhadapan dengan Arudra. "Kamu yang kurang ajar. Datang-datang langsung marah!" geram Arudra. "Aku marah karena kamu nggak punya etika. Menceraikan adikku dan membuangnya ba
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 50 - Aku Akan Kembali

Ruslita baru tiba di rumah, pagi menjelang siang, ketika didatangi tetangga sebelah rumah yang mengantarkan paket. Sebab rumah Ruslita kosong, akhirnya kurir menitipkan benda itu ke Ibu sebelah, yang kebetulan tengah menyapu di halamannya. Seusai berbasa-basi, Ruslita memasuki rumah dari pintu samping. Dia meletakkan paket ke meja makan, kemudian dia berpindah ke dapur untuk memisah-misahkan barang belanjaan sesuai jenisnya. Tidak berselang lama, Ruslita duduk di kursi dekat meja makan. Dia penasaran dengan isi kotak yang ditujukan untuk suaminya. Perempuan tua mengambil gunting dari meja, lalu membuka paket dengan hati-hati. Sepucuk amplop tebal terlihat di bagian paling atas. Ruslita mengambil benda itu dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang diketik rapi. Ruslita membaca deretan kalimat dengan teliti. Dia terperangah saat ada kata-kata yang menerangkan jika Arudra telah menikahi perempuan lain, sebelum menikahi Zivara. Ruslita meletakkan lembaran kertas, lalu meraih amplo
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status