"Dia cukup cantik," tutur pria berkumis dan berjanggut tipis. "Yoih," balas pria berkacamata. "Tapi cantikan yang kedua, sih." "Hu um. Yang ini, lebih montok, doang." "Auranya nggak enak." "Rumek. Sangat berat." "Apa dia pakai susuk?" "Enggak, tapi, dia pakai pelapis di satu tempat." "Di mana?" "Pinggulnya." "Apa fungsinya?" "Mungkin biar goyangannya oke." "Goyang dombret?" "Dumang." "Gergaji." "Duh, linu." "W dan H. Obrolan kalian bikin Riaz ngakak, noh," sela Zein yang mendengarkan percakapan itu dari alat perekam tersembunyi, di Bluetooth yang digunakan kedua rekannya. "Harusnya kamu yang masuk, Z. Hendri otaknya kacau," keluh Wirya yang mengenakan kumis palsu. "Kalau aku yang masuk, dia pasti aware, karena kami pernah ketemu waktu meeting dulu," terang Zein. "Sstt. Dia ngelihat ke sini, Abang ipar," timpal Hendri yang menggunakan kacamata. "Dia senyum," bisik Wirya. "Balas, atuh." "Urang mendadak sieun." "Teu ecreug!" Zein dan Riaz yang menunggu di mobil, s
Last Updated : 2024-06-09 Read more