Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Pengantin Kedua Janardana : Chapter 61 - Chapter 70

143 Chapters

Bab 61 - Tergoda

Waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi, ketika Wirya dan keenam orang lainnya mendatangi kediaman Thamrin. Pria berkemeja hijau lumut turun dari mobil. Wirya membantu istrinya keluar, kemudian mereka mengayunkan tungkai menuju pagar yang masih terkunci. Thamrin yang sedang memanaskan mesin mobil, mengerutkan dahi, karena tidak mengenali orang-orang yang sedang berdiri di dekat pagar. Dia mendekat, lalu membulatkan mata saat menyaksikan Wirya yang ternyata menjadi tamu. Pria tua berkaus hitam, bergegas membukakan gembok. Dia mendorong pagar hingga terbuka lebar, kemudian dia menyalami Wirya dan rekan-rekannya. Setelah berbasa-basi sesaat, Thamrin mengajak semua orang memasuki rumah. Zein yang menjadi sopir, memarkirkan kendaraan di belakang mobil Thamrin, lalu dia turun dan menyusul yang lainnya. Ruslita tergopoh-gopoh menyiapkan sajian buat para tamu. Kemudian dia memanggil Fazwan yang keluar dari kamarnya dengan rambut acak-acakan dan wajah mengantuk. "Ada Komandan Wirya," tutur Ru
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 62 - Wali Nikah

Sepasang manusia jalan bersisian menyusuri koridor panjang bandara Cengkareng. Mereka tidak berhenti di tempat pengambilan bagasi, karena hanya membawa koper kecil. Keduanya meneruskan langkah hingga tiba di pintu kedatangan. Seorang pria tua menyambut mereka dengan senyuman, kemudian ketiganya melangkah menuju tempat parkir di seberang bangunan utama. Tidak berselang lama, mereka telah berada di mobil Mercedes-Benz hitam. Sang sopir mengarahkan kendaraan menuju kediaman sang bos di kawasan Jakarta Pusat. "Kamu istirahat dulu sebentar. Nanti sore sopir akan mengantarkanmu ke hotel," ujar Fendi sambil memandangi layar ponselnya. "Aku mau langsung pulang ke Bogor, Mas. Mobilku, dititip saja di kantor cabang," sahut Lanika. "Kalau mobilmu di sini, kamu beraktivitas pakai apa?" "Aku nggak akan ke mana-mana. Besok juga sudah mengajukan resign. Paling cuma beres-beres." "Lalu, ke sininya gimana?""Pakai taksi. Barangku nggak banyak. Cuma baju-baju dan perlengkapan lainnya." Fendi me
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 63 - Nyangsang

Sepanjang perjalanan menuju Bandung, Zivara sibuk berbalas pesan dengan Sarah dan yang lainnya. Sementara Arudra berbincang dengan rekan-rekannya di grup baru, yang dinamakan sesuai dengan nama perusahaan bentukan mereka.Sudut bibir Arudra berkedut membaca adu kata rekan-rekannya. Tawa pria berhidung bangir meledak, tanpa memedulikan kekagetan Zivara, Bilal dan Riaz. Perempuan berbaju putih melirik ke kanan, kemudian dia menggeleng menyaksikan tingkah Arudra yang kian mengencangkan tawanya. ***Sundanese Grup Zafran : Urang lieur. Loba teuing grupnya. Emris : Ho oh. Mana logonya mirip-mirip. Mark : Ganti atuh. Pakai logo yang rada gagah.Farisyasa : Foto urang waelah. Sudah jelas gagahnya. Hendri : Ambil, Kang @Farisyasa! Andri : Kang Faris pang gagahna sedunia. Wirya : Se-planet Venus. Yoga : Mars. Zein : Jupiter. Yanuar : Bukannya Saturnus lebih dulu, ya? Harry : Urutannya kacau oge, teu nanaon. Alvaro : Yanuar memang gitu. Sok paling runut. Ghael : Padahal dia pelupa
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 64 - Pelapis

Jalinan waktu terus bergulir. Hubungan Thamrin dan Zivara masih dingin. Pria tua sama sekali tidak menyapa putrinya. Sementara Fazwan memilih untuk tidak kembali ke rumah orang tuanya, demi menghindari menjadi saksi perang dingin Ayah dan adiknya.Pria muda berambut lebat, siang itu berangkat ke Jakarta untuk mengawal Leandru. Setelah mengantarkan sang bos ke hotel, Fazwan meminta izin untuk menemui Wirya di kantor PBK. Setibanya di tempat tujuan, Fazwan bergegas memasuki bangunan 5 lantai. Dia memberi hormat pada beberapa senior yang kebetulan berpapasan. Fazwan mendatangi resepsionis, yang mempersilakannya menuju ruang kerja Wirya di lantai 3. Pria bersetelan safari hitam, memilih menggunakan tangga, karena lift tengah bergerak turun dari lantai teratas. Sesampainya di lantai 3, Fazwan terkejut menyaksikan para pengawal lapis 3, 4 dan 5, tengah berdiri tegak di sepanjang ruang tunggu. Sementara Yoga sedang mengoceh di depan mereka sambil memegangi kertas. "Mau ke mana, Wan?" tan
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 65 - Luruh

Hari berganti. Awal malam itu, Zein datang ke kediaman Rahmadi bersama rekan-rekannya, dari padepokan olah napas Margaluyu. Tanpa berbasa-basi terlalu lama, belasan orang tersebut bergegas menyiapkan air dalam ember besar dan puluhan botol plastik air mineral yang diletakkan di tengah-tengah ruang tamu. Arudra dan keluarganya mengikuti acara pembacaan doa dengan khusyuk. Mereka memanjatkan permohonan pada Tuhan, agar bisa mendapatkan perlindungan terhadap berbagai kiriman buruk. Arudra mengipasi wajah dan lehernya dengan tangan. Dia merasa kepanasan, padahal penyejuk udara di ruangan itu bekerja secara maksimal. Bulir keringat muncul di berbagai tempat hingga Arudra kian gelisah.Zein yang berada di samping kanan Arudra, melirik sekilas, sebelum mengarahkan pandangan ke depan Pria berkulit kecokelatan meyakini jika Arudra masih belum bersih total dari guna-guna. Setelah acara doa usai, semua orang berdiri. Zein membagi pasukan menjadi 4 tim. Izra, Gilang dan Rhea bertugas di lant
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 66 - Wani Piro?

"Var, sebetulnya ada apa di PC?" tanya Artio Laksamana, putra sulung Sultan Pramudya yang akrab dipanggil Tio. "PC?" ulang Alvaro yang berada di kursi seberang. "Ya. Aku dengar dari Mas Elang, ada kasak-kusuk di sana. Area Bandung." "Ehm, mungkin itu tentang Arudra." "Anaknya Pak Rahmadi Janardana?" "Hu um." "Kenapa dengan dia?" Alvaro menggaruk-garuk dagunya yang ditumbuhi janggut. "Panjang ceritanya, Mas. Aku bingung mau mulai dari mana." "Jelaskan saja dari awal." "Kayaknya Wirya yang paling tahu tentang itu." "Panggil dia ke sini." "Enggak bisa, Wirya lagi ke Belitung sama tim HWZ." "Kapan dia pulang?" "Nanti kutanyain dulu." "Oke, sekarang ceritakan dulu apa yang kamu tahu. Sisanya, nanti dijelaskan Wirya lebih rinci." Alvaro mengangguk mengiakan. Dia terdiam sesaat untuk memikirkan kalimat pembuka. Akhirnya Alvaro memutuskan untuk memulai penjelasan dari pesta pernikahan Arudra dan Zivara yang berlangsung beberapa bulan lalu. Tio mendengarkan penuturan Adik iparn
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 67 - 1000 SM

Hari berganti. Pagi menjelang siang itu, Arudra telah berada di ruang rapat HnB Grup. Dia mendengarkan presentasi yang disampaikan Arman, lalu dilanjutkan oleh Fairel. Kala sesi tanya jawab dimulai, Arudra tetap diam dan hanya menyimak berbagai pertanyaan yang diajukan teman-temannya. Semua orang tersenyum ketika Fairel menjawab pertanyaan yang diajukan Drew, dengan berpantun. Tawa mereka menguar kala Drew membalasnya dengan gerakan pantomim. "Kalian ini, apa nggak capek ngelawak terus?" tanya Fachri, Kakak tertua Fairel. "Akan aneh kalau mereka nggak bikin banyolan," sahut Leandru. "Mungkin bakal demam," canda Linggha. "Sawan," tambah Giandra. "Kejet-kejet," balas Emris. "Curiga bakal gelindingan," ungkap Farisyasa. "Sambil goyang dombret," papar Arudra. "Jangan sampai didengar Marley," cetus Eza, Kakak kedua Fairel. "Dia akan langsung datang dan nyanyi dengan semangat," beber Arman. "Aku salut sama Gayatri. Kuat dia ngadapin suaminya," tukas Fairel. "Aku curiga, Mbak Ga
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 68 - A-apa Itu?

Pekikan seseorang terdengar dari dalam sebuah rumah besar, di tengah-tengah area kebun luas. Beberapa orang yang turut berada di sana, seketika sibuk membantu sang pemilik rumah. Eyang Min terbaring di lantai sambil membeliakkan mata. Perempuan tua tersebut komat-kamit membaca mantra penangkal sihirnya, yang dikembalikan pelindung orang yang dikirimi teluh. Lanika menutupi mulut dengan kedua tangan. Dia ketakutan karena asap tebal membumbung dari tempat bakaran kemenyan, yang masih menyala di tengah-tengah ruangan. Kedua murid Eyang Min membantu guru mereka agar bisa duduk. Sementara 3 orang lagi langsung menggantikan posisi perempuan tua yang mundur sedikit untuk mengatur napasnya yang memburu. Lanika berpindah ke dekat Eyang Min. Dia memindai sekitar yang tiba-tiba terasa panas dan pengap. Mata Lanika membulat saat menyaksikan sekelebat bayangan besar menembus dinding, kemudian rubuh di dekat jendela. Kedua murid Eyang Min segera menghambur untuk mengecek sosok makhluk yang tid
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 69 - 4 Syarat

Jalinan waktu terus bergulir. Lanika kian sering merasakan badannya gatal yang kadang disertai sakit kepala. Meskipun sudah mendatangi dokter, tetapi ketidaknyamanan itu hanya berhenti sesaat, lalu kembali lagi. Siang itu, Lanika baru kembali dari tempat praktik dokter, ketika dipanggil ke ruangan sang direktur utama. Perempuan bersetelan blazer hitam memasuki ruangan dan seketika terpaku.Beberapa orang pria memandanginya dengan saksama. Lanika memaksakan senyuman sambil jalan menyambangi Fendi dan berhenti di samping kiri sang bos. Keduanya berbincang sesaat, sebelum Lanika mengambil berkas dari meja dan menjauh Dia baru tiba di pintu, ketika merasakan hawa berat di belakangnya. Lanika mengabaikan hal itu dan bergegas keluar untuk memasuki ruang kerjanya. Lanika menutup dan mengunci pintu. Dia jalan ke meja untuk meletakkan berkas, kemudian membuka blazer dan berpindah ke depan cermin. Lanika membalikkan tubuh karena ingin melihat kondisi punggungnya yang terasa panas. Lanika m
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 70 - Dukun, Kalkun, Sukun

Lanika dan kedua temannya tiba di kota kembang, Sabtu siang. Mereka mendatangi Yolla terlebih dahulu, sebelum mengajak perempuan tersebut ikut ke tempat orang pintar yang diterangkan temannya Sheila. Sepanjang jalan, Yolla sibuk berbalas pesan dengan Bilal, yang memintanya untuk tetap diam dan berpura-pura mendukung Lanika. Pria itu berjanji akan menemui Yolla esok hari di tempat kerja gadis itu. Mobil sedan yang dikemudikan Neni, melaju menuju Antapani. Lanika menahan diri untuk tidak menggerutu karena benjolan yang dideritanya makin bertambah setiap harinya. Lanika sudah mendatangi dokter lain, tetapi mereka menolak melakukan tindakan apa pun dan hanya meresepkan obat, yang hampir mirip dengan obat dari dokter pertama. Perempuan berambut panjang juga telah menghubungi Eyang Min. Namun, Nenek tersebut ternyata tengah dirawat di rumah sakit, sejak beberapa hari lalu. Hingga tidak bisa membantu Lanika. Setibanya di tempat tujuan, Lanika sempat ragu-ragu untuk turun. Dia merasakan
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status