Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pengantin Kedua Janardana : Chapter 81 - Chapter 90

143 Chapters

Bab 81 - I'm Waiting For You

Hari terakhir di New Plymouth, digunakan rombongan pimpinan Dedi untuk menjelajahi beberapa pantai yang terkenal di kawasan itu. Selain mereka, keluarga Arvasathya dan seluruh pengawalnya turut dalam kegiatan itu. Penjelajahan dimulai dari Pantai Ngamotu yang ikonik, yang letaknya tidak terlampau jauh dari pelabuhan kapal pesiar. Pantai itu terkenal dengan pasir putih, airnya yang jernih, dan pemandangan Laut Tasman yang memukau. Semua ajudan dan para asisten berjibaku membuat lapangan voli pantai. Kedua tim sibuk menpersiapkan para pemain yang merupakan gabungan dari bos PG, PC dan PBK. Arudra memasuki lapangan sambil melambaikan tangan pada penonton. Bersama Emris, Farisyasa, Zein, Hendri dan Zafran, mereka berdiri berderet di tengah-tengah lapangan, kemudian bergaya bak model. Tim dokumentasi bekerja cepat manangkap momen tersebut, sebelum regu satu menempati lapangan sisi kiri. Regu dua yang dipimpin Keven, melengang memasuki lapangan sembari menutupi kepala mereka mengunakan
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

Bab 82 - Menjaga Hati

Panggilan yang disertai belaian lembut di rambut, membangunkan Zivara. Dia membuka mata, kemudian cepat-cepat dipicingkan karena sinar matahari menyorot ke kasur. Arudra meletakkan meja kecil di kasur. Dia mendorong troli mendekati tepi ranjang, kemudian dia duduk bersila di seberang perempuan yang sedang bangkit sembari merapikan rambut. "Mau teh, atau jus?" tanya Arudra. "Jus aja," sahut Zivara sembari menggeser duduknya mendekati meja kecil. "Punyaku, yang mana?" tanyanya. "Itu semuanya buatmu. Aku sudah makan burger tadi." Arudra meletakkan gelas jus semangka di meja. "Habis ini, mandi. Lalu kita jalan-jalan seputar hotel," lanjutnya. "Aku pengen rebahan aja. Masih capek." "Aku yang kerja semalam, kpk, kamu yang capek?" Zivara mencebik. "Pegal tau, Mas. Mana masih ngenyut." Arudra mengulum senyuman. "Karena baru pertama, jadinya gitu. Nanti juga biasa lagi." Zivara tidak menyahut. Dia mulai bersantap sambil memandangi langit cerah di luar sana. Arudra menyeruput kopi susu
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 83 - Dikunci

Zivara tiba di rumah beberapa saat seusai azan magrib. Dia memarkirkan mobil SUV putih di belakang kendaraan sang suami. Kemudian turun sambil membawa tas belanja biru sarat barang. Seusai menutup dan mengunci pintu mobil, Zivara mengayunkan tungkai menuju ruang tamu. Percakapan beberapa orang di sana membuatnya penasaran. Terutama karena ada 3 pasang sepatu di undakan teras. "Assalamualaikum," sapa Zivara sembari memasuki ruangan. "Waalaikumsalam," jawab orang-orang di sana. "Oh, ada Aa' rupanya." Zivara menyambangi sang tamu dan menyalaminya. "Apa kabar?" tanyanya sembari menyalami dua pria lainnya. "Alhamdulillah, kabarku baik," sahut Dirga. "Dirga sudah oke buat gabung ke Sundanese Grup," terang Arudra. Zivara manggut-manggut. "Aku senang dengarnya." "Kupikir, malah nggak jadi. Karena nggak ada kabar," ungkap Arudra. "Aku harus beresin kerjaan dulu. Lalu, diskusi sama Bapak, juga ... Akang Evan," terang Dirga. "Apa kabar dia?" "Baik." "Masih tugas di sana?" Dirga meng
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 84 - Namaste

Jalinan waktu terus bergulir. Pagi itu, Bilal berpamitan pada Zivara, karena dia hendak berangkat ke Jakarta guna mengikuti diklat lanjutan khusus pengawal. Pria berkulit kecokelatan tampak malu-malu ketika Zivara memeluknya sesaat, sebelum mengurai dekapan dan berpindah untuk memeluk Fazwan. Sang akang membisikkan beberapa pesan, terutama agar Zivara selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas apa pun. Fazwan khawatir dengan keselamatan adiknya, karena dirinya, Bilal dan Arudra tidak berada di Bandung. Kendatipun Zivara akan ditemani Isfani dan Wenda, tetap saja Fazwan khawatir. Sebab di rumah itu tidak ada penghuni laki-laki. Bhadra yang mendengarkan petuah Fazwan pada adiknya, menepuk-nepuk pundak pria yang berusia sama dengannya. "Tenang, Wan. Aku sama Graha akan bergantian datang ke sini. Begitu juga dengan teman-teman di HWZ. Bang Zein sudah janji akan menjaga Zivara selama kalian tidak berada di sini," cakap Bhadra, sesaat setelah Fazwan menjauhkan diri dari adiknya. "Kem
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 85 - Nyeberang Lautan

Dering ponsel dari kamar menjadikan Zivara bergegas mengambil benda itu. Dia memeriksa nama pemanggil, kemudian mengerutkan dahi karena nomornya tidak tersimpan di daftar kontak. Zivara hendak mengabaikan, tetapi nomor itu berulang kali menelepon. Terdorong rasa penasaran, akhirnya dia menekan tanda hijau pada layar, lalu menempelkan ponsel ke telinga kanan. "Assalamualaikum, Zi," sapa seseorang dari seberang telepon. "Waalaikumsalam. Maaf, ini siapa, ya?" tanya Zivara. "Fitri, Tasik." "Argh! Kumaha kabarna?" "Daramang, Geulis." "Eh, ini nomor baru, ya?" "Hu um. Yang lama, hangus gara-gara lupa diisi pulsa." "Kelakuanmu nggak ubah-ubah. Pikun." Terdengar tawa Fitri dan memancing Zivara turut tersenyum. Setelahnya, mereka melanjutkan pembicaraan hingga beberapa menit berselang. Setelahnya, Zivara keluar dari kamar sambil memegangi ponsel. Dia menyambangi kedua perempuan yang tengah serius berkaraoke. "Fitri ada di Bandung," tutur Zivara. "Naon?" tanya Isfani. "Volumenya k
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

Bab 86 - Penyemarak Dunia

Musik instrumentasl mengalun di ruangan remang-remang. Seisi kamar menjadi saksi penyatuan dua insan yang sedang dimabuk asmara. Mereka saling menyentuh dan membelai. Kecupan mendarat di beberapa bagian tubuh pasangan. Tidak peduli keringat yang menetes, keduanya melanjutkan aktivitas melenakan dengan penuh semangat. Zivara mencengkeram lengan kanan Arudra, ketika dirinya sudah tidak bisa menahan untuk memekik, saat mencapai titik kepuasan tertinggi.Arudra mempercepat gerakan sambil memagut bibir istrinya. Pria berambut lebat memutus cumbuan kala mencurahkan segenap cinta di dalam tubuh kekasihnya. Dia melenguh panjang, sembari memejamkan mata dan mengejang.Zivara mengusap peluh di dahi suaminya, sesaat sebelum Arudra merebah di atasnya. Pasangan tersebut sama-sama berdiam diri sambil menikmati sisa-sisa percintaan yang baru saja berakhir. Sekian menit berlalu. keduanya telah membersihkan diri dan mengenakan pakaian. Mereka berbaring miring saling berhadapan sambil melingkarkan t
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more

Bab 87 - Bayangan Hitam

Acara barbeque di halaman depan rumah dinas Zulfi, saat masih bertugas di resor BPAGK Pangalengan, dihadiri banyak sekuriti area yang semuanya berasal dari PB. Abbas, kepala sekuriti di tempat itu, ikut sibuk menjadi penyaji makanan ke meja prasmanan. Abbas adalah teman kerja Alvaro, Yanuar, dan Wirya di tempat yang lama, sebelum mereka menjadi pengawal keluarga Pramudya. Kala membangun resor pertama BPAGK di Lembang, Abbas diminta menjadi kepala sekuriti di sana oleh Wirya. Setelah proyek itu selesai, Abbas dipindahkan ke Pangalengan dan menetap di sana bersama keluarganya. Arudra bertugas sebagai pemanggang sate dan aneka makanan lainnya, bersama Baskara, Dante, Yanuar, Hadrian dan Mark. Mereka kalah adu suit dengan para bos yang dilakukan 1 jam silam. Di sisi kanan halaman, Alvaro, Wirya, Hendri, Kasyafani dan Hamiz, bekerja cepat sebagai pembuat minuman. Sekali-sekali mereka harus mengusir tangan-tangan jahil yang bolak-balik hendak menambah sop buah. Arjuna dan para bocah la
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

Bab 88 - Ladies, Kalian Sadis!

Mulyadi termangu sembari memandangi dedaunan yang bergoyang di halaman rumahnya. Pria tua berkumis merasakan sesuatu tengah terjadi pada Lanika, karena bayangan perempuan tersebut berulang kali melintas dalam benaknya.Pria berkaus hijau berpikir sesaat, sebelum bangkit dan jalan ke ruang tengah. Dia mencabut kabel pengisi daya, lalu mencari nomor kontak Lanika dan meneleponnya Akan tetapi, hingga sekian menit perempuan tersebut tidak bisa dihubungi. Mulyadi akhirnya menelepon Yolla, yang menyahut setelah beberapa kali deringan. "Neng, tetehmu, ke mana?" tanya Mulyadi, sesaat setelah menjawab salam sang gadis muda. "Tadi pagi Teteh pamit berangkat ke bandara Cengkareng, Pak Dia mau ke Palembang," jelas Yolla. "Sudah sampai ke Sumatera?""Kayaknya belum. Setengah jam lalu, aku coba nelepon, nggak masuk." "Nanti kalau dia nelepon, tolong sampaikan buat menghubungi Bapak." "Ya, Pak." "Ari Neng, sehat?" "Alhamdulillah, pangestu." "Syukurlah. Tetap jaga diri dan iman, Neng." "M
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 89 - Presdir Kere

Lanika manggut-manggut seusai membaca pesan dari Neni, yang menyampaikan hasil pembicaraan sahabatnya tersebut bersama Arudra, Zivara dan Yolla kemarin malam. Perempuan berbaju biru tua menghela napas lega. Lanika mengucap syukur dalam hati, karena memiliki orang-orang baik di sekitarnya. Dia hendak menelepon Arudra, tetapi kemudian dia mengalihkan niatnya menjadi menghubungi Zivara. Detik demi detik berganti. Kala mendengar sapaan mantan madunya, Lanika spontan tersenyum. Dia membalas salam Zivara, kemudian menerangkan maksudnya menelepon. "Teh, ini baru saja dirembukkan dengan Mas Ra, Bang Wirya, Bang Zein dan Pak Budiman," ungkap Zivara yang mengejutkan Lanika. "Ehm, ada banyak orang di situ?" tanya Lanika sembari memegangi dada yang berdegup kencang. "Ya, kebetulan kami baru selesai rapat di kantor Pak Budiman. Biar Bang Wirya yang jelaskan ke Teteh." "Ehh, jangan! Kamu aja." "Kenapa?" "Aku malu!" Zivara terkekeh, sedangkan Wirya, Zein, Budiman dan Arudra yang turut mende
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Bab 90 - Aku Benci! Aku Benci!

Hari berganti menjadi minggu. Pagi itu, Zivara tengah berdandan ketika Arudra mengemasi pakaian dan barang-barang lain, lalu memasukkannya ke koper kecil. Perempuan berbaju salem berhenti memoleskan blush on dan beralih memerhatikan lelakinya yang sedang duduk di tepi kasur sambil mengecek isi tas kerjanya. "Mas, mau ke mana?" tanya Zivara sembari memutar badan ke belakang. "Ikut kamu," balas Arudra. "Masa ngintil mulu?" "Biarin. Kamu kerja aja, aku mau jalan-jalan sama Mahapatih." Zivara mendengkus. "Istrinya para Abang nggak ada yang ngikut. Malu aku, suami malah ngintil." "Loh, aku mau liburan. Bukan ikut kamu kerja." Zivara mengerucutkan bibir. "Aku bakal diledekin." "Santai aja. Aku bayar tiket pesawat sendiri." "Duduknya jangan mepet ke aku." "Mana bisa. Aku, kan, nitip beliin sama Rini." "Pantesan Teh Rini dari kemarin senyum-senyum terus. Ternyata dia sudah tahu kalau Mas mau nebeng." "Dah, jangan ngomel mulu. Buruan dandan. Aku pengen sarapan bubur di depan sana.
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status