Share

Bab 82 - Menjaga Hati

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-27 10:43:55

Panggilan yang disertai belaian lembut di rambut, membangunkan Zivara. Dia membuka mata, kemudian cepat-cepat dipicingkan karena sinar matahari menyorot ke kasur.

Arudra meletakkan meja kecil di kasur. Dia mendorong troli mendekati tepi ranjang, kemudian dia duduk bersila di seberang perempuan yang sedang bangkit sembari merapikan rambut.

"Mau teh, atau jus?" tanya Arudra.

"Jus aja," sahut Zivara sembari menggeser duduknya mendekati meja kecil. "Punyaku, yang mana?" tanyanya.

"Itu semuanya buatmu. Aku sudah makan burger tadi." Arudra meletakkan gelas jus semangka di meja. "Habis ini, mandi. Lalu kita jalan-jalan seputar hotel," lanjutnya.

"Aku pengen rebahan aja. Masih capek."

"Aku yang kerja semalam, kpk, kamu yang capek?"

Zivara mencebik. "Pegal tau, Mas. Mana masih ngenyut."

Arudra mengulum senyuman. "Karena baru pertama, jadinya gitu. Nanti juga biasa lagi."

Zivara tidak menyahut. Dia mulai bersantap sambil memandangi langit cerah di luar sana. Arudra menyeruput kopi susu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kwkwkwkwkwwkwk kalo dah Chat ngga ada yang waras semua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 83 - Dikunci

    Zivara tiba di rumah beberapa saat seusai azan magrib. Dia memarkirkan mobil SUV putih di belakang kendaraan sang suami. Kemudian turun sambil membawa tas belanja biru sarat barang. Seusai menutup dan mengunci pintu mobil, Zivara mengayunkan tungkai menuju ruang tamu. Percakapan beberapa orang di sana membuatnya penasaran. Terutama karena ada 3 pasang sepatu di undakan teras. "Assalamualaikum," sapa Zivara sembari memasuki ruangan. "Waalaikumsalam," jawab orang-orang di sana. "Oh, ada Aa' rupanya." Zivara menyambangi sang tamu dan menyalaminya. "Apa kabar?" tanyanya sembari menyalami dua pria lainnya. "Alhamdulillah, kabarku baik," sahut Dirga. "Dirga sudah oke buat gabung ke Sundanese Grup," terang Arudra. Zivara manggut-manggut. "Aku senang dengarnya." "Kupikir, malah nggak jadi. Karena nggak ada kabar," ungkap Arudra. "Aku harus beresin kerjaan dulu. Lalu, diskusi sama Bapak, juga ... Akang Evan," terang Dirga. "Apa kabar dia?" "Baik." "Masih tugas di sana?" Dirga meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 84 - Namaste

    Jalinan waktu terus bergulir. Pagi itu, Bilal berpamitan pada Zivara, karena dia hendak berangkat ke Jakarta guna mengikuti diklat lanjutan khusus pengawal. Pria berkulit kecokelatan tampak malu-malu ketika Zivara memeluknya sesaat, sebelum mengurai dekapan dan berpindah untuk memeluk Fazwan. Sang akang membisikkan beberapa pesan, terutama agar Zivara selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas apa pun. Fazwan khawatir dengan keselamatan adiknya, karena dirinya, Bilal dan Arudra tidak berada di Bandung. Kendatipun Zivara akan ditemani Isfani dan Wenda, tetap saja Fazwan khawatir. Sebab di rumah itu tidak ada penghuni laki-laki. Bhadra yang mendengarkan petuah Fazwan pada adiknya, menepuk-nepuk pundak pria yang berusia sama dengannya. "Tenang, Wan. Aku sama Graha akan bergantian datang ke sini. Begitu juga dengan teman-teman di HWZ. Bang Zein sudah janji akan menjaga Zivara selama kalian tidak berada di sini," cakap Bhadra, sesaat setelah Fazwan menjauhkan diri dari adiknya. "Kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 85 - Nyeberang Lautan

    Dering ponsel dari kamar menjadikan Zivara bergegas mengambil benda itu. Dia memeriksa nama pemanggil, kemudian mengerutkan dahi karena nomornya tidak tersimpan di daftar kontak. Zivara hendak mengabaikan, tetapi nomor itu berulang kali menelepon. Terdorong rasa penasaran, akhirnya dia menekan tanda hijau pada layar, lalu menempelkan ponsel ke telinga kanan. "Assalamualaikum, Zi," sapa seseorang dari seberang telepon. "Waalaikumsalam. Maaf, ini siapa, ya?" tanya Zivara. "Fitri, Tasik." "Argh! Kumaha kabarna?" "Daramang, Geulis." "Eh, ini nomor baru, ya?" "Hu um. Yang lama, hangus gara-gara lupa diisi pulsa." "Kelakuanmu nggak ubah-ubah. Pikun." Terdengar tawa Fitri dan memancing Zivara turut tersenyum. Setelahnya, mereka melanjutkan pembicaraan hingga beberapa menit berselang. Setelahnya, Zivara keluar dari kamar sambil memegangi ponsel. Dia menyambangi kedua perempuan yang tengah serius berkaraoke. "Fitri ada di Bandung," tutur Zivara. "Naon?" tanya Isfani. "Volumenya k

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 86 - Penyemarak Dunia

    Musik instrumentasl mengalun di ruangan remang-remang. Seisi kamar menjadi saksi penyatuan dua insan yang sedang dimabuk asmara. Mereka saling menyentuh dan membelai. Kecupan mendarat di beberapa bagian tubuh pasangan. Tidak peduli keringat yang menetes, keduanya melanjutkan aktivitas melenakan dengan penuh semangat. Zivara mencengkeram lengan kanan Arudra, ketika dirinya sudah tidak bisa menahan untuk memekik, saat mencapai titik kepuasan tertinggi.Arudra mempercepat gerakan sambil memagut bibir istrinya. Pria berambut lebat memutus cumbuan kala mencurahkan segenap cinta di dalam tubuh kekasihnya. Dia melenguh panjang, sembari memejamkan mata dan mengejang.Zivara mengusap peluh di dahi suaminya, sesaat sebelum Arudra merebah di atasnya. Pasangan tersebut sama-sama berdiam diri sambil menikmati sisa-sisa percintaan yang baru saja berakhir. Sekian menit berlalu. keduanya telah membersihkan diri dan mengenakan pakaian. Mereka berbaring miring saling berhadapan sambil melingkarkan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 87 - Bayangan Hitam

    Acara barbeque di halaman depan rumah dinas Zulfi, saat masih bertugas di resor BPAGK Pangalengan, dihadiri banyak sekuriti area yang semuanya berasal dari PB. Abbas, kepala sekuriti di tempat itu, ikut sibuk menjadi penyaji makanan ke meja prasmanan. Abbas adalah teman kerja Alvaro, Yanuar, dan Wirya di tempat yang lama, sebelum mereka menjadi pengawal keluarga Pramudya. Kala membangun resor pertama BPAGK di Lembang, Abbas diminta menjadi kepala sekuriti di sana oleh Wirya. Setelah proyek itu selesai, Abbas dipindahkan ke Pangalengan dan menetap di sana bersama keluarganya. Arudra bertugas sebagai pemanggang sate dan aneka makanan lainnya, bersama Baskara, Dante, Yanuar, Hadrian dan Mark. Mereka kalah adu suit dengan para bos yang dilakukan 1 jam silam. Di sisi kanan halaman, Alvaro, Wirya, Hendri, Kasyafani dan Hamiz, bekerja cepat sebagai pembuat minuman. Sekali-sekali mereka harus mengusir tangan-tangan jahil yang bolak-balik hendak menambah sop buah. Arjuna dan para bocah la

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 88 - Ladies, Kalian Sadis!

    Mulyadi termangu sembari memandangi dedaunan yang bergoyang di halaman rumahnya. Pria tua berkumis merasakan sesuatu tengah terjadi pada Lanika, karena bayangan perempuan tersebut berulang kali melintas dalam benaknya.Pria berkaus hijau berpikir sesaat, sebelum bangkit dan jalan ke ruang tengah. Dia mencabut kabel pengisi daya, lalu mencari nomor kontak Lanika dan meneleponnya Akan tetapi, hingga sekian menit perempuan tersebut tidak bisa dihubungi. Mulyadi akhirnya menelepon Yolla, yang menyahut setelah beberapa kali deringan. "Neng, tetehmu, ke mana?" tanya Mulyadi, sesaat setelah menjawab salam sang gadis muda. "Tadi pagi Teteh pamit berangkat ke bandara Cengkareng, Pak Dia mau ke Palembang," jelas Yolla. "Sudah sampai ke Sumatera?""Kayaknya belum. Setengah jam lalu, aku coba nelepon, nggak masuk." "Nanti kalau dia nelepon, tolong sampaikan buat menghubungi Bapak." "Ya, Pak." "Ari Neng, sehat?" "Alhamdulillah, pangestu." "Syukurlah. Tetap jaga diri dan iman, Neng." "M

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 89 - Presdir Kere

    Lanika manggut-manggut seusai membaca pesan dari Neni, yang menyampaikan hasil pembicaraan sahabatnya tersebut bersama Arudra, Zivara dan Yolla kemarin malam. Perempuan berbaju biru tua menghela napas lega. Lanika mengucap syukur dalam hati, karena memiliki orang-orang baik di sekitarnya. Dia hendak menelepon Arudra, tetapi kemudian dia mengalihkan niatnya menjadi menghubungi Zivara. Detik demi detik berganti. Kala mendengar sapaan mantan madunya, Lanika spontan tersenyum. Dia membalas salam Zivara, kemudian menerangkan maksudnya menelepon. "Teh, ini baru saja dirembukkan dengan Mas Ra, Bang Wirya, Bang Zein dan Pak Budiman," ungkap Zivara yang mengejutkan Lanika. "Ehm, ada banyak orang di situ?" tanya Lanika sembari memegangi dada yang berdegup kencang. "Ya, kebetulan kami baru selesai rapat di kantor Pak Budiman. Biar Bang Wirya yang jelaskan ke Teteh." "Ehh, jangan! Kamu aja." "Kenapa?" "Aku malu!" Zivara terkekeh, sedangkan Wirya, Zein, Budiman dan Arudra yang turut mende

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 90 - Aku Benci! Aku Benci!

    Hari berganti menjadi minggu. Pagi itu, Zivara tengah berdandan ketika Arudra mengemasi pakaian dan barang-barang lain, lalu memasukkannya ke koper kecil. Perempuan berbaju salem berhenti memoleskan blush on dan beralih memerhatikan lelakinya yang sedang duduk di tepi kasur sambil mengecek isi tas kerjanya. "Mas, mau ke mana?" tanya Zivara sembari memutar badan ke belakang. "Ikut kamu," balas Arudra. "Masa ngintil mulu?" "Biarin. Kamu kerja aja, aku mau jalan-jalan sama Mahapatih." Zivara mendengkus. "Istrinya para Abang nggak ada yang ngikut. Malu aku, suami malah ngintil." "Loh, aku mau liburan. Bukan ikut kamu kerja." Zivara mengerucutkan bibir. "Aku bakal diledekin." "Santai aja. Aku bayar tiket pesawat sendiri." "Duduknya jangan mepet ke aku." "Mana bisa. Aku, kan, nitip beliin sama Rini." "Pantesan Teh Rini dari kemarin senyum-senyum terus. Ternyata dia sudah tahu kalau Mas mau nebeng." "Dah, jangan ngomel mulu. Buruan dandan. Aku pengen sarapan bubur di depan sana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03

Bab terbaru

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 143 - Pasukan Janardana

    Awal malam itu, Lanika tiba di bandara Cengkareng, bersama Sebastian, Rylee dan Cornelia. Mereka dijemput Uday yang kemudian mengantarkan keempatnya ke hotel tempat tim PG dan PC menginap. Setibanya di tempat tujuan, Bilal dan Yolla telah menunggu di lobi. Seusai berbincang sesaat, mereka bergegas menuju ruang pertemuan di lantai tiga, untuk menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh Tio. Ruangan luas itu seketika heboh. Semua orang menyambut kedua anggota PC yang baru tiba, dengan rangkulan. Hal nyaris serupa juga dilakukan tim para istri pada Cornelia dan Lanika. Kendatipun tidak terlalu mengenal Lanika, tetapi Mayuree dan rekan-rekannya tetap bersikap ramah pada perempuan tersebut. Seusai melepas rindu pada keluarganya, Lanika mendatangi Zivara dan langsung memeluk sahabatnya tersebut dengan erat. Kemudian dia mengurai dekapan dan beralih menciumi Keef yang sedang dipangku maminya. "Masyaallah, asa tambah kasep, pangeran Ate," puji Lanika sembari menggosok-gosokkan hidun

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 142 - Wǒ jiào dùmùzhāng

    Ruang rapat di gedung kantor PG, siang menjelang sore itu terlihat ramai. Lebih dari 100 pria bersetelan jas biru mengilat, berkumpul untuk mendengarkan pidato Tio. Setelahnya, komisaris PG memanggil orang-orang yang hendak berangkat ke Kanada. Mereka berdiri di kiri Tio, sambil memandang ke depan. Arudra, Drew, Ghael, dan Myron bergantian mengucapkan kalimat perpisahan. Benigno yang akan mengantarkan rekan-rekannya ke Kanada, juga turut memberikan pidato singkat. Sementara Alvaro yang menjadi pemimpin rombongan tersebut, hanya diam sambil memandangi semua orang di ruangan. "Teman-teman, mari kita bersalaman dengan para pejuang ini. Berikan dukungan terbaik buat mereka, yang akan bekerja keras menyelesaikan berbagai proyek kita di Kanada," ungkap Tio sembari turun dari podium. "Mid, tolong atur barisan," pinta Tio yang segera dikerjakan direktur operasional PG. Tio menyalami Arudra dan mendekapnya sesaat. Kemudian Tio memundurkan tubuh dan berbincang singkat dengan rekannya terse

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 141 - Genk Pengejar Nona Muda

    Jalinan waktu terus bergulir. Minggu terakhir berada di Bandung, digunakan Arudra dan Zivara untuk lebih dekat dengan keluarga. Setiap hari mereka bergantian mengunjungi kediaman Rahmadi atau Thamrin, agar bisa bercengkerama dengan keluarga inti dan sanak saudara. Kamis sore, Arudra dan Zivara mendatangi kediaman ketua RT tempat mereka tinggal dan tetangga terdekat, untuk berpamitan. Pasangan tersebut tidak lupa untuk berpamitan pada para pedagang di sekitar kompleks, yang menjadi langganan mereka selama menetap di sana.Jumat pagi, Nirwan melajukan mobil sang bos menuju kediaman Rahmadi. Fazwan dan Disti menyusul menggunakan mobil SUV putih milik Zivara. Tidak berselang lama, Bilal datang bersama Yolla dan keluarganya. Demikian pula dengan Thamrin dan Ruslita. Mereka hendak ikut mengantarkan Arudra dan kelompoknya ke Jakarta. Seusai membaca doa bersama, semua orang menaiki kendaraan. Kemudian Bhadra yang berada di mobil terdepan, menekan klakson sebagai tanda perjalanan akan seg

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 140 - Until Jannah

    Senin pagi menjelang siang, Arudra dan Zivara beserta yang lainnya bertolak menuju Lombok. Fazwan dan Disti juga ikut dalam rombongan tersebut untuk menikmati bulan madu, sebagai hadiah dari para petinggi Janardana Grup dan Mahendra Grup. Pada awalnya para pria ingin kembali mengunjungi Pulau Komodo. Namun, karena banyak anak-anak yang ikut, akhirnya tempat tujuan diubah supaya cocok dengan anak kecil.Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) menjelang pukul 4 sore. Perjalanan itu ditempuh dalam waktu yang cukup lama, karena pesawat harus transit di bandara Bali. Dari bandara menuju hotel milik BPAGK, rombongan tersebut menaiki bus berukuran besar yang disediakan pihak hotel. Agung, ketua pengawal Bali dan Nusa Tenggara, kembali menjadi pemandu wisata dadakan.Seperti biasa, para pengawal muda mengadakan kuis berhadiah kudapan dan minuman ringan. Sebab jumlah bos yang ikut cukup banyak, akhirnya semuanya ikut dan terbagi menj

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 139 - Menang Banyak

    Sabtu pagi di minggu kedua bulan Agustus, pernikahan Fazwan dan Disti dilangsungkan di gedung pertemuan kawasan Buah Batu. Rombongan keluarga calon pengantin pria tiba belasan menit sebelum acara dimulai. Yudha yang menjadi pemimpin, mengatur barisan bersama teman-teman pasukan pengawal area Bandung. Setelah diberi kode oleh tim panitia pihak perempuan, rombongan berseragam serba krem jalan perlahan menuju pintu utama gedung. Mereka berhenti di bawah tenda untuk menyaksikan sambutan dari kedua orang tua Disti. Susunan acara khas Sunda dilaksanakan dengan khidmat, sebelum akhirnya rombongan dipersilakan masuk. Keluarga inti, para petinggi PBK dan keluarga Janardana, serta Mahendra dan Pangestu, menempati kursi dua deretan terdepan sisi kanan. Di belakang mereka dipenuhi keluarga besar Fazwan, dan semua pengawal lapis satu hingga 12 yang hadir bersama keluarga masing-masing. Tidak berselang lama acara dimulai. Fazwan mendengarkan khotbah nikah dengan serius sambil merekamnya dalam

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 138 - Kamu Nyindir Aku?

    Minggu berganti menjadi bulan. Menjelang keberangkatan ke Kanada, Zivara justru disibukkan dengan persiapan pernikahan Fazwan. Sebab calon pengantin pria sedang sibuk mengikuti Arudra tugas ke luar kota, mau tidak mau Zivara yang menggantikan posisi akangnya untuk membantu Disti. Sore itu sepulang dari kantor, Zivara memacu mobil SUV putih menuju pusat perbelanjaan. Kala berhenti di perempatan lalu lintas, Zivara menyempatkan diri untuk menelepon Nini, yang tengah dijemput Isfani untuk menyusul Zivara, bersama Keef. Setibanya di tempat tujuan, Zivara memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dia merapikan penampilan terlebih dahulu, kemudian menyemprotkan sedikit parfum ke baju. Sekian menit berikutnya, Zivara telah berada di dekat pintu utama. Dia menunggu kedatangan taksi yang ditumpangi Nini dan Isfani tiba, kemudian mereka bergegas menuju lantai tiga, di mana Disti dan kakaknya telah menunggu. Keempat perempuan bersalaman sambil beradu pipi. Sementara Nini hanya menyalami calon istri

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 137 - Benar-benar Biadap!

    "Siapa kamu!" bentak Eyang Min, saat seorang pria tua muncul di dekat teras depan rumahnya. "Tidak perlu tahu aku siapa. Yang penting, setelah ini usahamu menyesatkan orang akan berhenti," jawab Mulyadi dengan sangat tenang. Eyang Min maju beberapa langkah sambil mengacungkan tongkatnya yang berbentuk unik. "Oh, ternyata kamu. Orang yang sudah melindungi Lanika." "Betul." "Tapi, percuma saja. Sebentar lagi dia akan mati." "Nyawa manusia adalah milik Allah. Sehebat apa pun ilmumu, jika Allah berkehendak, maka Lanika akan aman." Eyang Min tertawa melengking. Mulyadi tetap diam sambil mengamati beberapa orang yang muncul di belakang perempuan berbaju merah. Zein dan ketiga sahabatnya telah selesai bertempur. Mereka berdiri beberapa meter di belakang Mulyadi sambil memerhatikan sekeliling. Masih ada titik-titik merah yang beterbangan, dan harus terus diawasi. Eyang Min melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular hitam berukuran besar. Mulyadi spontan mundur sembari memukuli u

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 136 - Apa Dia Lihat Kita?

    Embusan angin kencang menerpa apa pun yang berada di bumi. Dedaunan di dahan bergoyang ke sana kemari mengikuti arah sang bayu. Sekali-sekali akan terdengar suara binatang malam. Selebihnya hanya keheningan yang tercipta di sekitar rumah besar, yang berada di tengah-tengah kebun di pinggir Kota Bogor. Jalan depan rumah itu terlihat lengang. Meskipun waktu baru menunjukkan pukul 10, tetapi tidak ada seorang pun yang melintas di sana. Letak bangunan yang berada di perbukitan, ditambah lagi area belakangnya lebih banyak kebun dibandingkan rumah, menjadikan tempat itu seolah-olah terisolir dari dunia luar. Sekelompok orang terlihat jalan cepat di kebun sisi kiri. Sebab sekitarnya gelap, mereka terpaksa menyalakan senter kecil yang tersambung dengan ikat kepala. Sekali-sekali mereka akan berhenti dan berjongkok untuk memindai sekitar. Kemudian mereka melanjutkan langkah hingga tiba di dekat rerimbunan semak di dekat rumah target. Pria terdepan memberi kode dengan tangan. Lima orang be

  • Pengantin Kedua Janardana    135 - Bunga dan Anyir

    Arudra termangu, sesaat setelah Nirwan menceritakan tentang kejadian kemarin malam di mobil Lanika. Bhadra, Casugraha, Fazwan dan Bilal yang juga berada di ruang kerja sang presdir, saling melirik, sebelum sama-sama mengulum senyuman. Sementara Zein menggeleng pelan seraya tersenyum lebar. Sedangkan Hendti justru bertepuk tangan, kemudian dia menepuk-nepuk pundak Nirwan yang terlihat cengengesan. "Hebat, euy! Bisa ninju kunti," tukas Hendri. "Ini berkat ajaran Akang," balas Nirwan. "Dan Bang Zein, serta teman-teman tim pengejar hantu," lanjutnya sambil memandangi pria berkulit kecokelatan yang balas menatapnya saksama. "Kami cuma melatih sedikit. Hatimu memang kuat, itu yang membuatmu sanggup melawan kuntilanak kiriman Nenek tua itu," jelas Zein. "Kamu ikut latihan olah napas, Wan?" tanya Bilal. "Ya, Bang," jawab Nirwan. "Sudah lama?" "Baru dua bulanan. Itu pun karena diajakin Kang Izra. Dia bilang, auraku kuat. Lebih bagus lagi diarahkan ke ilmu kebatinan." "Aku ingat Izra

DMCA.com Protection Status