Share

Bab 63 - Nyangsang

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-18 12:11:23

Sepanjang perjalanan menuju Bandung, Zivara sibuk berbalas pesan dengan Sarah dan yang lainnya. Sementara Arudra berbincang dengan rekan-rekannya di grup baru, yang dinamakan sesuai dengan nama perusahaan bentukan mereka.

Sudut bibir Arudra berkedut membaca adu kata rekan-rekannya. Tawa pria berhidung bangir meledak, tanpa memedulikan kekagetan Zivara, Bilal dan Riaz.

Perempuan berbaju putih melirik ke kanan, kemudian dia menggeleng menyaksikan tingkah Arudra yang kian mengencangkan tawanya.

***

Sundanese Grup

Zafran : Urang lieur. Loba teuing grupnya.

Emris : Ho oh. Mana logonya mirip-mirip.

Mark : Ganti atuh. Pakai logo yang rada gagah.

Farisyasa : Foto urang waelah. Sudah jelas gagahnya.

Hendri : Ambil, Kang @Farisyasa!

Andri : Kang Faris pang gagahna sedunia.

Wirya : Se-planet Venus.

Yoga : Mars.

Zein : Jupiter.

Yanuar : Bukannya Saturnus lebih dulu, ya?

Harry : Urutannya kacau oge, teu nanaon.

Alvaro : Yanuar memang gitu. Sok paling runut.

Ghael : Padahal dia pelupa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
perasaan udah di jelasin semua nya eh masih aja si bapak tamarin kekeuh wae nah ek kumaha atuh pak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 64 - Pelapis

    Jalinan waktu terus bergulir. Hubungan Thamrin dan Zivara masih dingin. Pria tua sama sekali tidak menyapa putrinya. Sementara Fazwan memilih untuk tidak kembali ke rumah orang tuanya, demi menghindari menjadi saksi perang dingin Ayah dan adiknya.Pria muda berambut lebat, siang itu berangkat ke Jakarta untuk mengawal Leandru. Setelah mengantarkan sang bos ke hotel, Fazwan meminta izin untuk menemui Wirya di kantor PBK. Setibanya di tempat tujuan, Fazwan bergegas memasuki bangunan 5 lantai. Dia memberi hormat pada beberapa senior yang kebetulan berpapasan. Fazwan mendatangi resepsionis, yang mempersilakannya menuju ruang kerja Wirya di lantai 3. Pria bersetelan safari hitam, memilih menggunakan tangga, karena lift tengah bergerak turun dari lantai teratas. Sesampainya di lantai 3, Fazwan terkejut menyaksikan para pengawal lapis 3, 4 dan 5, tengah berdiri tegak di sepanjang ruang tunggu. Sementara Yoga sedang mengoceh di depan mereka sambil memegangi kertas. "Mau ke mana, Wan?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 65 - Luruh

    Hari berganti. Awal malam itu, Zein datang ke kediaman Rahmadi bersama rekan-rekannya, dari padepokan olah napas Margaluyu. Tanpa berbasa-basi terlalu lama, belasan orang tersebut bergegas menyiapkan air dalam ember besar dan puluhan botol plastik air mineral yang diletakkan di tengah-tengah ruang tamu. Arudra dan keluarganya mengikuti acara pembacaan doa dengan khusyuk. Mereka memanjatkan permohonan pada Tuhan, agar bisa mendapatkan perlindungan terhadap berbagai kiriman buruk. Arudra mengipasi wajah dan lehernya dengan tangan. Dia merasa kepanasan, padahal penyejuk udara di ruangan itu bekerja secara maksimal. Bulir keringat muncul di berbagai tempat hingga Arudra kian gelisah.Zein yang berada di samping kanan Arudra, melirik sekilas, sebelum mengarahkan pandangan ke depan Pria berkulit kecokelatan meyakini jika Arudra masih belum bersih total dari guna-guna. Setelah acara doa usai, semua orang berdiri. Zein membagi pasukan menjadi 4 tim. Izra, Gilang dan Rhea bertugas di lant

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 66 - Wani Piro?

    "Var, sebetulnya ada apa di PC?" tanya Artio Laksamana, putra sulung Sultan Pramudya yang akrab dipanggil Tio. "PC?" ulang Alvaro yang berada di kursi seberang. "Ya. Aku dengar dari Mas Elang, ada kasak-kusuk di sana. Area Bandung." "Ehm, mungkin itu tentang Arudra." "Anaknya Pak Rahmadi Janardana?" "Hu um." "Kenapa dengan dia?" Alvaro menggaruk-garuk dagunya yang ditumbuhi janggut. "Panjang ceritanya, Mas. Aku bingung mau mulai dari mana." "Jelaskan saja dari awal." "Kayaknya Wirya yang paling tahu tentang itu." "Panggil dia ke sini." "Enggak bisa, Wirya lagi ke Belitung sama tim HWZ." "Kapan dia pulang?" "Nanti kutanyain dulu." "Oke, sekarang ceritakan dulu apa yang kamu tahu. Sisanya, nanti dijelaskan Wirya lebih rinci." Alvaro mengangguk mengiakan. Dia terdiam sesaat untuk memikirkan kalimat pembuka. Akhirnya Alvaro memutuskan untuk memulai penjelasan dari pesta pernikahan Arudra dan Zivara yang berlangsung beberapa bulan lalu. Tio mendengarkan penuturan Adik iparn

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 67 - 1000 SM

    Hari berganti. Pagi menjelang siang itu, Arudra telah berada di ruang rapat HnB Grup. Dia mendengarkan presentasi yang disampaikan Arman, lalu dilanjutkan oleh Fairel. Kala sesi tanya jawab dimulai, Arudra tetap diam dan hanya menyimak berbagai pertanyaan yang diajukan teman-temannya. Semua orang tersenyum ketika Fairel menjawab pertanyaan yang diajukan Drew, dengan berpantun. Tawa mereka menguar kala Drew membalasnya dengan gerakan pantomim. "Kalian ini, apa nggak capek ngelawak terus?" tanya Fachri, Kakak tertua Fairel. "Akan aneh kalau mereka nggak bikin banyolan," sahut Leandru. "Mungkin bakal demam," canda Linggha. "Sawan," tambah Giandra. "Kejet-kejet," balas Emris. "Curiga bakal gelindingan," ungkap Farisyasa. "Sambil goyang dombret," papar Arudra. "Jangan sampai didengar Marley," cetus Eza, Kakak kedua Fairel. "Dia akan langsung datang dan nyanyi dengan semangat," beber Arman. "Aku salut sama Gayatri. Kuat dia ngadapin suaminya," tukas Fairel. "Aku curiga, Mbak Ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 68 - A-apa Itu?

    Pekikan seseorang terdengar dari dalam sebuah rumah besar, di tengah-tengah area kebun luas. Beberapa orang yang turut berada di sana, seketika sibuk membantu sang pemilik rumah. Eyang Min terbaring di lantai sambil membeliakkan mata. Perempuan tua tersebut komat-kamit membaca mantra penangkal sihirnya, yang dikembalikan pelindung orang yang dikirimi teluh. Lanika menutupi mulut dengan kedua tangan. Dia ketakutan karena asap tebal membumbung dari tempat bakaran kemenyan, yang masih menyala di tengah-tengah ruangan. Kedua murid Eyang Min membantu guru mereka agar bisa duduk. Sementara 3 orang lagi langsung menggantikan posisi perempuan tua yang mundur sedikit untuk mengatur napasnya yang memburu. Lanika berpindah ke dekat Eyang Min. Dia memindai sekitar yang tiba-tiba terasa panas dan pengap. Mata Lanika membulat saat menyaksikan sekelebat bayangan besar menembus dinding, kemudian rubuh di dekat jendela. Kedua murid Eyang Min segera menghambur untuk mengecek sosok makhluk yang tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 69 - 4 Syarat

    Jalinan waktu terus bergulir. Lanika kian sering merasakan badannya gatal yang kadang disertai sakit kepala. Meskipun sudah mendatangi dokter, tetapi ketidaknyamanan itu hanya berhenti sesaat, lalu kembali lagi. Siang itu, Lanika baru kembali dari tempat praktik dokter, ketika dipanggil ke ruangan sang direktur utama. Perempuan bersetelan blazer hitam memasuki ruangan dan seketika terpaku.Beberapa orang pria memandanginya dengan saksama. Lanika memaksakan senyuman sambil jalan menyambangi Fendi dan berhenti di samping kiri sang bos. Keduanya berbincang sesaat, sebelum Lanika mengambil berkas dari meja dan menjauh Dia baru tiba di pintu, ketika merasakan hawa berat di belakangnya. Lanika mengabaikan hal itu dan bergegas keluar untuk memasuki ruang kerjanya. Lanika menutup dan mengunci pintu. Dia jalan ke meja untuk meletakkan berkas, kemudian membuka blazer dan berpindah ke depan cermin. Lanika membalikkan tubuh karena ingin melihat kondisi punggungnya yang terasa panas. Lanika m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 70 - Dukun, Kalkun, Sukun

    Lanika dan kedua temannya tiba di kota kembang, Sabtu siang. Mereka mendatangi Yolla terlebih dahulu, sebelum mengajak perempuan tersebut ikut ke tempat orang pintar yang diterangkan temannya Sheila. Sepanjang jalan, Yolla sibuk berbalas pesan dengan Bilal, yang memintanya untuk tetap diam dan berpura-pura mendukung Lanika. Pria itu berjanji akan menemui Yolla esok hari di tempat kerja gadis itu. Mobil sedan yang dikemudikan Neni, melaju menuju Antapani. Lanika menahan diri untuk tidak menggerutu karena benjolan yang dideritanya makin bertambah setiap harinya. Lanika sudah mendatangi dokter lain, tetapi mereka menolak melakukan tindakan apa pun dan hanya meresepkan obat, yang hampir mirip dengan obat dari dokter pertama. Perempuan berambut panjang juga telah menghubungi Eyang Min. Namun, Nenek tersebut ternyata tengah dirawat di rumah sakit, sejak beberapa hari lalu. Hingga tidak bisa membantu Lanika. Setibanya di tempat tujuan, Lanika sempat ragu-ragu untuk turun. Dia merasakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 71 - Makan Orang

    Jalinan waktu terus bergulir. Arudra dan Zivara pagi itu mendatangi kepala KUA di rumahnya, bersama Thamrin dan Tarmizi beserta istri masing-masing. Arudra meminta pada sang kepala KUA untuk membantu proses pengulangan akad, yang akan dilaksanakan Sabtu pekan depan. Setelah mendapatkan persetujuan itu, mereka berpamitan untuk kembali ke rumah masing-masing. Arudra dan Zivara memisahkan diri dari kelompok keluarga. Mereka bergerak menuju kantor cabang EO GIC di kawasan Lodaya.Cyra, istri Zafran, yang menjabat sebagai manajer area Bandung, menyambut kedatangan pasangan tersebut dengan senyuman. Cyra mengajak kedua rekannya ke ruangan pribadi di lantai atas untuk mendiskusikan dekorasi buat resepsi. "Yang dulu, nuansa biru dan putih. Yang sekarang, aku pengen nuansanya pink dan ungu muda," pinta Zivara, sesaat setelah mereka berbincang basa-basi. "Model dekorasinya, sudah punya bayangan kayak gimana?" tanya Cyra. "Belum. Bingung aku." "Bisa pilih dari 3 model ini," tutur Cyra sambi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22

Bab terbaru

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 143 - Pasukan Janardana

    Awal malam itu, Lanika tiba di bandara Cengkareng, bersama Sebastian, Rylee dan Cornelia. Mereka dijemput Uday yang kemudian mengantarkan keempatnya ke hotel tempat tim PG dan PC menginap. Setibanya di tempat tujuan, Bilal dan Yolla telah menunggu di lobi. Seusai berbincang sesaat, mereka bergegas menuju ruang pertemuan di lantai tiga, untuk menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh Tio. Ruangan luas itu seketika heboh. Semua orang menyambut kedua anggota PC yang baru tiba, dengan rangkulan. Hal nyaris serupa juga dilakukan tim para istri pada Cornelia dan Lanika. Kendatipun tidak terlalu mengenal Lanika, tetapi Mayuree dan rekan-rekannya tetap bersikap ramah pada perempuan tersebut. Seusai melepas rindu pada keluarganya, Lanika mendatangi Zivara dan langsung memeluk sahabatnya tersebut dengan erat. Kemudian dia mengurai dekapan dan beralih menciumi Keef yang sedang dipangku maminya. "Masyaallah, asa tambah kasep, pangeran Ate," puji Lanika sembari menggosok-gosokkan hidun

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 142 - Wǒ jiào dùmùzhāng

    Ruang rapat di gedung kantor PG, siang menjelang sore itu terlihat ramai. Lebih dari 100 pria bersetelan jas biru mengilat, berkumpul untuk mendengarkan pidato Tio. Setelahnya, komisaris PG memanggil orang-orang yang hendak berangkat ke Kanada. Mereka berdiri di kiri Tio, sambil memandang ke depan. Arudra, Drew, Ghael, dan Myron bergantian mengucapkan kalimat perpisahan. Benigno yang akan mengantarkan rekan-rekannya ke Kanada, juga turut memberikan pidato singkat. Sementara Alvaro yang menjadi pemimpin rombongan tersebut, hanya diam sambil memandangi semua orang di ruangan. "Teman-teman, mari kita bersalaman dengan para pejuang ini. Berikan dukungan terbaik buat mereka, yang akan bekerja keras menyelesaikan berbagai proyek kita di Kanada," ungkap Tio sembari turun dari podium. "Mid, tolong atur barisan," pinta Tio yang segera dikerjakan direktur operasional PG. Tio menyalami Arudra dan mendekapnya sesaat. Kemudian Tio memundurkan tubuh dan berbincang singkat dengan rekannya terse

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 141 - Genk Pengejar Nona Muda

    Jalinan waktu terus bergulir. Minggu terakhir berada di Bandung, digunakan Arudra dan Zivara untuk lebih dekat dengan keluarga. Setiap hari mereka bergantian mengunjungi kediaman Rahmadi atau Thamrin, agar bisa bercengkerama dengan keluarga inti dan sanak saudara. Kamis sore, Arudra dan Zivara mendatangi kediaman ketua RT tempat mereka tinggal dan tetangga terdekat, untuk berpamitan. Pasangan tersebut tidak lupa untuk berpamitan pada para pedagang di sekitar kompleks, yang menjadi langganan mereka selama menetap di sana.Jumat pagi, Nirwan melajukan mobil sang bos menuju kediaman Rahmadi. Fazwan dan Disti menyusul menggunakan mobil SUV putih milik Zivara. Tidak berselang lama, Bilal datang bersama Yolla dan keluarganya. Demikian pula dengan Thamrin dan Ruslita. Mereka hendak ikut mengantarkan Arudra dan kelompoknya ke Jakarta. Seusai membaca doa bersama, semua orang menaiki kendaraan. Kemudian Bhadra yang berada di mobil terdepan, menekan klakson sebagai tanda perjalanan akan seg

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 140 - Until Jannah

    Senin pagi menjelang siang, Arudra dan Zivara beserta yang lainnya bertolak menuju Lombok. Fazwan dan Disti juga ikut dalam rombongan tersebut untuk menikmati bulan madu, sebagai hadiah dari para petinggi Janardana Grup dan Mahendra Grup. Pada awalnya para pria ingin kembali mengunjungi Pulau Komodo. Namun, karena banyak anak-anak yang ikut, akhirnya tempat tujuan diubah supaya cocok dengan anak kecil.Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) menjelang pukul 4 sore. Perjalanan itu ditempuh dalam waktu yang cukup lama, karena pesawat harus transit di bandara Bali. Dari bandara menuju hotel milik BPAGK, rombongan tersebut menaiki bus berukuran besar yang disediakan pihak hotel. Agung, ketua pengawal Bali dan Nusa Tenggara, kembali menjadi pemandu wisata dadakan.Seperti biasa, para pengawal muda mengadakan kuis berhadiah kudapan dan minuman ringan. Sebab jumlah bos yang ikut cukup banyak, akhirnya semuanya ikut dan terbagi menj

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 139 - Menang Banyak

    Sabtu pagi di minggu kedua bulan Agustus, pernikahan Fazwan dan Disti dilangsungkan di gedung pertemuan kawasan Buah Batu. Rombongan keluarga calon pengantin pria tiba belasan menit sebelum acara dimulai. Yudha yang menjadi pemimpin, mengatur barisan bersama teman-teman pasukan pengawal area Bandung. Setelah diberi kode oleh tim panitia pihak perempuan, rombongan berseragam serba krem jalan perlahan menuju pintu utama gedung. Mereka berhenti di bawah tenda untuk menyaksikan sambutan dari kedua orang tua Disti. Susunan acara khas Sunda dilaksanakan dengan khidmat, sebelum akhirnya rombongan dipersilakan masuk. Keluarga inti, para petinggi PBK dan keluarga Janardana, serta Mahendra dan Pangestu, menempati kursi dua deretan terdepan sisi kanan. Di belakang mereka dipenuhi keluarga besar Fazwan, dan semua pengawal lapis satu hingga 12 yang hadir bersama keluarga masing-masing. Tidak berselang lama acara dimulai. Fazwan mendengarkan khotbah nikah dengan serius sambil merekamnya dalam

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 138 - Kamu Nyindir Aku?

    Minggu berganti menjadi bulan. Menjelang keberangkatan ke Kanada, Zivara justru disibukkan dengan persiapan pernikahan Fazwan. Sebab calon pengantin pria sedang sibuk mengikuti Arudra tugas ke luar kota, mau tidak mau Zivara yang menggantikan posisi akangnya untuk membantu Disti. Sore itu sepulang dari kantor, Zivara memacu mobil SUV putih menuju pusat perbelanjaan. Kala berhenti di perempatan lalu lintas, Zivara menyempatkan diri untuk menelepon Nini, yang tengah dijemput Isfani untuk menyusul Zivara, bersama Keef. Setibanya di tempat tujuan, Zivara memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dia merapikan penampilan terlebih dahulu, kemudian menyemprotkan sedikit parfum ke baju. Sekian menit berikutnya, Zivara telah berada di dekat pintu utama. Dia menunggu kedatangan taksi yang ditumpangi Nini dan Isfani tiba, kemudian mereka bergegas menuju lantai tiga, di mana Disti dan kakaknya telah menunggu. Keempat perempuan bersalaman sambil beradu pipi. Sementara Nini hanya menyalami calon istri

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 137 - Benar-benar Biadap!

    "Siapa kamu!" bentak Eyang Min, saat seorang pria tua muncul di dekat teras depan rumahnya. "Tidak perlu tahu aku siapa. Yang penting, setelah ini usahamu menyesatkan orang akan berhenti," jawab Mulyadi dengan sangat tenang. Eyang Min maju beberapa langkah sambil mengacungkan tongkatnya yang berbentuk unik. "Oh, ternyata kamu. Orang yang sudah melindungi Lanika." "Betul." "Tapi, percuma saja. Sebentar lagi dia akan mati." "Nyawa manusia adalah milik Allah. Sehebat apa pun ilmumu, jika Allah berkehendak, maka Lanika akan aman." Eyang Min tertawa melengking. Mulyadi tetap diam sambil mengamati beberapa orang yang muncul di belakang perempuan berbaju merah. Zein dan ketiga sahabatnya telah selesai bertempur. Mereka berdiri beberapa meter di belakang Mulyadi sambil memerhatikan sekeliling. Masih ada titik-titik merah yang beterbangan, dan harus terus diawasi. Eyang Min melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular hitam berukuran besar. Mulyadi spontan mundur sembari memukuli u

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 136 - Apa Dia Lihat Kita?

    Embusan angin kencang menerpa apa pun yang berada di bumi. Dedaunan di dahan bergoyang ke sana kemari mengikuti arah sang bayu. Sekali-sekali akan terdengar suara binatang malam. Selebihnya hanya keheningan yang tercipta di sekitar rumah besar, yang berada di tengah-tengah kebun di pinggir Kota Bogor. Jalan depan rumah itu terlihat lengang. Meskipun waktu baru menunjukkan pukul 10, tetapi tidak ada seorang pun yang melintas di sana. Letak bangunan yang berada di perbukitan, ditambah lagi area belakangnya lebih banyak kebun dibandingkan rumah, menjadikan tempat itu seolah-olah terisolir dari dunia luar. Sekelompok orang terlihat jalan cepat di kebun sisi kiri. Sebab sekitarnya gelap, mereka terpaksa menyalakan senter kecil yang tersambung dengan ikat kepala. Sekali-sekali mereka akan berhenti dan berjongkok untuk memindai sekitar. Kemudian mereka melanjutkan langkah hingga tiba di dekat rerimbunan semak di dekat rumah target. Pria terdepan memberi kode dengan tangan. Lima orang be

  • Pengantin Kedua Janardana    135 - Bunga dan Anyir

    Arudra termangu, sesaat setelah Nirwan menceritakan tentang kejadian kemarin malam di mobil Lanika. Bhadra, Casugraha, Fazwan dan Bilal yang juga berada di ruang kerja sang presdir, saling melirik, sebelum sama-sama mengulum senyuman. Sementara Zein menggeleng pelan seraya tersenyum lebar. Sedangkan Hendti justru bertepuk tangan, kemudian dia menepuk-nepuk pundak Nirwan yang terlihat cengengesan. "Hebat, euy! Bisa ninju kunti," tukas Hendri. "Ini berkat ajaran Akang," balas Nirwan. "Dan Bang Zein, serta teman-teman tim pengejar hantu," lanjutnya sambil memandangi pria berkulit kecokelatan yang balas menatapnya saksama. "Kami cuma melatih sedikit. Hatimu memang kuat, itu yang membuatmu sanggup melawan kuntilanak kiriman Nenek tua itu," jelas Zein. "Kamu ikut latihan olah napas, Wan?" tanya Bilal. "Ya, Bang," jawab Nirwan. "Sudah lama?" "Baru dua bulanan. Itu pun karena diajakin Kang Izra. Dia bilang, auraku kuat. Lebih bagus lagi diarahkan ke ilmu kebatinan." "Aku ingat Izra

DMCA.com Protection Status