Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pengantin Kedua Janardana : Chapter 31 - Chapter 40

143 Chapters

Bab 31 - Menginginkanmu Sebagai Istri yang Sesungguhnya

Gedung pertemuan di kawasan Cilandak, siang itu terlihat ramai. Ratusan orang memenuhi area untuk menghadiri acara resepsi sunatan putra kedua Bambang, manajer HRD PB. Anggota PG dan PC yang hadir bersama keluarga masing-masing, kompak mengenakan kemeja batik ungu dan celana panjang hitam.Demikian pula dengan para istri yang menggunakan gaun ataupun gamis ungu muda, yang dibagikan panitia setiap kelompok saat mereka tiba satu jam silam. Hal itu dilakukan agar terlihat perbedaan antara tamu umum dan tamu khusus. Sementara para pengawal senior mengenakan kemeja batik marun dan celana panjang krem. Pasangan mereka juga menggunakan pakaian berwarna sama, sebagai pembeda dengan rombongan bos PG dan PC. "Zi, gaunmu terlalu ketat," bisik Arudra, sesaat setelah menyambangi istrinya yang tengah berkumpul dengan sesama anggota GIPSI. "Enggak, kok," bantah Zivara sambil menunduk untuk mengamati gaunnya. "Bagian mana yang ketat?" tanyanya. "Dadamu." "Ehm, ini ada pelapisnya. Jadi kelihata
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 32 - Jangan Bermain Api

"Aku nggak bisa," ungkap Zivara. Dia menguatkan diri agar tidak terbuai rayuan suaminya. "Kenapa nggak bisa? Kira sudah sah menikah Aku berhak atas dirimu, begitu juga sebaliknya," bantah Arudra sembari menengadah. "Mas, kita menikah dengan perjanjian. Itu sebetulnya juga sudah menyalahi aturan." "Ya, itu betul. Tapi saat ijab kabul, aku bersungguh-sungguh mengucapkannya. Bukan asal bicara." "Sudah kukatakan berulang kali. Kalau Mas menginginkanku, lepaskan dia.""Itu ... sulit." Zivara bangkit duduk. "Karena itulah aku juga tidak bisa menyerahkan diri. Walaupun aku tahu, Mas punya hak atas diriku, tapi aku juga berhak untuk dijadikan satu-satunya istri. Bukan cuma istri cadangan yang harus menerima Mas setelah berbagi peluh dengannya." Arudra mendengkus. "Kamu sangat keras hati." "Aku harus begini, supaya tetap waras dan jadi diri sendiri." Keduanya saling menatap, sebelum Arudra berdiri dan jalan ke pintu. Zivara hanya memandangi lelakinya yang beranjak keluar, tanpa bernia
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 33 - Diam. Atau Aku Akan.....

Malam itu, kediaman Sultan Pramudya terlihat ramai. Acara pembacaan doa berlangsung dengan khidmat. Ustaz yang diundang pemilik hajat, memaparkan petuah tentang kehidupan berumah tangga yang bisa menciptakan keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah. Seusai berdoa, Sultan dan Winarti bergantian menceritakan kisah cinta mereka dan suka-duka dalam membina rumah tangga, sampai berhasil mempertahankan keutuhan pernikahan hingga 32 tahun. Zivara tersentuh mendengar penuturan Winarti, tentang masa-masa kelam kehidupannya. Pernikahan mereka memang lurus dan tidak pernah tersentuh pihak ketiga. Namun, cobaan mereka ternyata berasal dari berbagai peristiwa penyerangan terhadap Sultan dan Winarti, yang terjadi di masa silam. Zivara menonton video yang diputar di layar besar. Dia menangis menyaksikan perjuangan Winarti yang sempat lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas 10 tahun silam. Air mata Zivara terus mengalir ketika melihat foto-foto Sultan yang mengalami luka serius, akibat diserang sekel
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 34 - Payah

Tepat pukul 7.30 pagi, rombongan pimpinan Riaz berangkat menuju Jakarta Utara. Adik Zulfi tersebut memang sudah ditugaskan untuk mengawal rombongan bos PC dan keluarga, yang hendak berwisata. Arudra yang berada di mobil pertama bersama teman-temannya, terlibat percakapan tanpa makna yang dipenuhi gelak tawa. Zivara berada di mobil kedua yang dikemudikan Fazwan. Dia dan ketiga sahabatnya berbincang mengenai rencana mereka untuk membuka cabang tempat kebugaran. Divia yang mengusulkan itu pada Zivara. Bahkan, istri Zein tersebut menawarkan ruko miliknya untuk digunakan sebagai tempat usaha, dan nantinya mereka akan berbagi hasil. Zivara sudah membicarakan hal itu pada Sarah, saat mereka sarapan tadi, dan sang bos setuju. Mereka sepakat akan mendatangi Divia Selasa nanti untuk membahas detail selanjutnya. Setibanya di tempat tujuan, semua orang keluar dari kendaraan. Riaz dan teman-temannya mengatur anggota rombongan untuk berbaris, sebelum mereka jalan menuju tempat pembelian tiket.
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 35 - Ramuan Pelet

Beberapa mobil melaju melintasi jalan tol menuju Bandung. Semua sopir sangat berhati-hati mengemudi, terutama karena setiap kendaraan sarat penumpang. Riaz dan teman-temannya telah digantikan beberapa pengawal senior yang hendak bertugas ke Bandung dan sekitarnya. Hal itu sudah diatur Wirya saat mengetahui jika sebagian teman-temannya tidak ikut dalam rombongan bus, karena hendak berwisata terlebih dahulu. Arudra yang berada di mobil pertama, berusaha untuk tetap terjaga dan menemani Harun yang menjadi sopir. Sementara Drew dan yang lainnya telah terlelap di kursi tengah serta belakang. Hal serupa juga dilakukan Fazwan dan Zivara yang berada di mobil kedua. Mereka menemani Jauhari berbincang mengenai banyak hal. "Bang, Mas Ra ngajak berhenti di rest area depan," tukas Zivara seusai membaca pesan dari suaminya. "Oke," sahut Jauhari. "Kebetulan, aku memang mau ke toilet," ungkapnya. "Nanti biar aku yang gantiin nyetir, Bang," sela Fazwan yang berada di kursi samping kiri sopir. "
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 36 - Memalsukan Keperawanan

Bilal berpamitan pada Zivara dan Fazwan, sesaat setelah menghabiskan mi goreng buatan Nyonya rumah. Ajudan kepercayaan Arudra bergegas ke depan rumah untuk menaiki motor ojek online. Fazwan membantu Zivara membersihkan rumah, kemudian dia berpindah ke kamar tamu untuk melanjutkan istirahat. Namun, bunyi klakson dari depan bangunan membuatnya membatalkan niat untuk tidur. Lelaki berkaus hitam beranjak keluar. Dia tertegun menyaksikan Jauhari, Yusuf, Harun dan Rusdi, turun dari mobil SUV berplat Kota Bandung. Fazwan menyambangi mereka untuk membukakan pintu pagar dan mempersilakan tamu masuk. "Kami mau kontrol unit, kamu mau ikut?" tanya Jauhari sambil memandangi juniornya. "Mau," sahut Fazwan. "Bentar, aku ganti baju dulu," lanjutnya sembari memutar badan dan menjauh. Zivara keluar sambil membawa nampan berisi 4 cangkir kopi susu. Dia menghidangkan sajian di meja, kemudian ikut duduk di sebelah kiri Rusdi. "Akang, lagi libur juga?" tanya Zivara. "Ya. Aku baru beres jadi panitia
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 37 - Aku Cuma Mau ....

Arudra melangkah dengan tergesa-gesa memasuki bangunan tinggi. Tanpa mengindahkan tatapan penuh tanya para petugas keamanan dan pegawai kantor milik Budiman Sudarmanto, Arudra bergegas memasuki lift. Sementara di mobil, Bhadra meminta Zivara untuk tetap tinggal. Kemudian dia keluar dan menutup pintu dengan keras. Bhadra lari mengejar kakaknya, karena khawatir jika Arudra akan mengamuk. Zivara gelisah. Dia khawatir akan terjadi sesuatu pada Arudra. Perempuan berbaju krem akhirnya memutuskan untuk mencari bala bantuan. Sebab Bilal sudah cuti, Zivara beralih menghubungi Fazwan. "Kenapa dia ke kantor Pak Budiman?" tanya Fazwan dari seberang telepon. "Nanti kuceritakan, Kang. Pokoknya, Akang harus cepat ke sini. Aku takut dia kalap dan menimbulkan masalah," desak Zivara. "Oke. Kebetulan kami lagi di kantor HnB. Bentar lagi kami ke sana." Zivara menutup sambungan telepon. Dia mengalihkan pandangan ke pintu lobi yang sepi. Zivara berdoa dalam hati agar Arudra bisa menahan diri dan emos
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 38 - Menyalurkan Ketegangan Otak

Jalinan waktu terus bergulir. Satu minggu berlalu, Arudra benar-benar melaksanakan ucapannya untuk tidak mengunjungi Lanika. Pria berbibir penuh masih kesal karena perempuan tersebut telah lancang menjual properti tanpa izin. Arudra kian akrab dengan Zivara. Dia tidak sungkan untuk bermanja-manja pada sang istri, ataupun berbalik memanjakan pengantin keduanya. Malam itu, Arudra mengajak Zivara makan di luar. Dia membawa perempuan bergaun biru muda menuju restoran baru yang direkomendasikan teman-temannya di PC. Setibanya di tempat tujuan, Arudra melarang Zivara untuk turun. Dia bergegas keluar dan memutari kendaraan. Arudra membukakan pintu untuk Zivara yang terlihat bingung. "Mas, kenapa sekarang jadi gentle banget?" tanya Zivara, sesaat setelah keduanya menempati meja yang telah dipesan Arudra sejak tadi siang. "Lagi pengen aja," jawab Arudra. "Aku jadi curiga." "Hmm?" "Mas pasti minta pijitin." Arudra mengulaskan senyuman. Dia menyukai sifat humoris sang istri yang membuat
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 39 - Terjebak Denganmu

Sepanjang acara rapat pagi itu, Arudra kesulitan berkonsentrasi. Pikirannya tertuju pada Lanika yang masih mendiamkannya. Arudra penasaran, bagaimana istri pertamanya itu bisa berkenalan dengan Fendi. Arudra sudah menghubungi Arya yang menambahkan banyak informasi tentang Fendi. Arudra tidak menduga jika duda beranak dua itu pernah bersinggungan dengan hukum, sebelum proses perceraiannya beberapa tahun silam. Arya juga menerangkan jika Fendi dilindungi banyak pejabat yang dekat dengannya. Arya meminta Arudra untuk menasihati temannya buat menjauhi Fendi. Sebab bila tidak, mungkin akan ada masalah di kemudian hari. Puluhan menit berlalu, rapat telah usai. Arudra hendak berpamitan, tetapi dicegah rekan-rekannya. Pria berkemeja cokelat muda akhirnya kembali duduk dan larut dalam percakapan itu. "Benigno lagi cari orang yang mau pegang proyek di tempat saudara sepupunya Kanada. Kota Victoria," jelas Linggha. "Ada yang berminat?" tanyanya sambil memandangi orang-orang di sekitar. "Pro
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 40 - Bukti Sahih

Bilal melirik sang bos yang tengah cengengesan. Dia penasaran dengan percakapan lelaki tersebut dengan Lanika, terutama bagian terakhirnya. "Mas, apa bedanya yang beneran virgin dengan palsu?" tanya Bilal, setelah tidak bisa menahan rasa keingintahuannya. "Enggak tahu, Lal. Aku cuma pernah berhubungan intim dengan Lanika," jelas Arudra. "Ehm, tadi Mas bilang sudah nyicipin yang beneran bersegel. Beda dengan saat bersamanya." "Aku cuma asal sebut, karena kesal sama tingkahnya." "Lalu, yang dua cowok tadi, beneran pernah pacaran sama dia?" Arudra terdiam sejenak. Dia mengingat-ingat ucapan Bhadra, beberapa hari sebelum pernikahan Arudra dan Lanika berlangsung. "Itu informasi dari Bhadra. Rupanya, dia sudah menyelidiki tentang Lanika, sesuai permintaan Papa," ungkap Arudra. "Mas yakin tentang itu?" desak Bilal. "Entahlah. Aku juga bingung." Arudra menyugar rambutnya, lalu melanjutkan perkataan. "Saat itu aku sedang buta. Padahal bukti-bukti foto dan video yang ditunjukkan Bhadra
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status