Home / Rumah Tangga / Pengantin Kedua Janardana / Bab 06 - Menjaga Hati

Share

Bab 06 - Menjaga Hati

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-05-20 14:12:05

Pesta pernikahan berlangsung dengan meriah di ruang pertemuan hotel bintang lima di kawasan Gatot Subroto. Para tamu memenuhi area sambil menikmati hidangan. Demikian pula dengan keluarga besar kedua mempelai, yang menempati ruang VIP satu.

Zivara memerhatikan sekeliling dengan antusias. Dia melupakan rasa kecewanya pada Arudra, dan memutuskan untuk menikmati pesta. Sang mempelai wanita terlihat semringah. Sudut bibirnya nyaris tidak berhenti mengukir senyuman. Terutama karena dia sangat menyukai dekorasi dan berbagai lagu romantis yang ditampilkan band.

Arudra yang telah menyadari kesalahannya, berusaha memperbaiki sikap. Dia berulang kali mengajak Zivara berbincang, tetapi hanya ditanggapi sekilas.

Arudra tahu jika Zivara masih marah karena kejadian saat akad tadi pagi. Pria bersetelan tuksedo biru mengilat, berjanji untuk lebih fokus pada Zivara agar gadis itu tidak melanjutkan aksi merajuknya.

Kala musik berhenti, perhatian pengunjung teralihkan pada panggung di sisi kanan. Kehadiran sekelompok pria yang mengenakan setelan jas abu-abu gelap, menjadikan semua orang penasaran.

"Selamat malam. Perkenalkan, kami adalah anggota PC di mana Arudra turut bergabung," tutur Hendri memulai pidatonya.

"Kehadiran kami saat ini, untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai," tambah Zein.

"Bila biasanya dalam pesta pernikahan anggota PC ataupun PG, akan disuguhkan drama, kali ini berbeda," sela Zulfi.

"Bukan karena kami membedakan Arudra, tapi karena panggungnya kurang luas untuk digunakan sebagai tempat pertunjukan," seloroh Yoga.

"Sebab itu, supaya Arudra nggak ngambek, kami sepakat mengadakan kuis, sebagai ganti parodi. Hadiah kuis, semuanya menarik dan gratis," papar Andri.

"Mohon maaf. Kuis ini khusus buat tamu di luar anggota PG dan PC," cakap Wirya yang seketika diteriaki rekan-rekannya di ruang VIP dua dan tiga.

"Jangan protes, Teman-teman. Kalian sudah tajir," kelakar Zafran yang menciptakan tawa hadirin.

"Ayo, kita mulai, Gaes. Supaya cepat selesai," ajak Haryono, direktur HRD PBK.

"Silakan naik, Tim kuis PBK," tukas Hendri.

Sepasang manusia menaiki panggung. Mereka melambaikan tangan bak selebriti yang dibalas tepuk tangan hadirin. Kedelapan bos PC menuruni panggung, kemudian mereka berdiri di depan pelaminan, dengan berbagai pose.

"Selamat malam, Hadirin," sapa Jauhari, ketua pengawal keluarga Adhitama, sekaligus manajer keuangan BPAGK.

"Seronoknya, ya, Bang. Tamu ramai dan semuanya cakep dan cantik," sahut Khairani, dengan logat melayunya yang kental. Dia merupakan pengawal keluarga Sumantri, sekaligus asisten Wirya di PBK.

"Ya. Semua yang diundang, hadir. Buku tamu sampai penuh dan souvenir habis," canda Jauhari.

"Sebetulnya tak habis, Bang. Tadi kusembunyikan di bawah meja. Nanti kujual. Lumayan buat beli skincare."

"Jangan malu-maluin, Rani..Entar diomelin bosmu."

"Ehm, Bang. Kita langsung bacakan kuis dan hadiahnya. Bang W sudah melotot."

Jauhari mengambil kertas dari saku jas hitamnya. Dia membuka lipatan kertas dan membaca deretan kalimat panjang. Sementara itu di depan panggung, beberapa pengawal muda area Bandung, berdiri sambil memegangi dua tas berwarna-warni.

"Baik. Kuis pertama ini hadiahnya dipersembahkan oleh HWZ Grup. Yakni, voucher menginap di resor Garut, selama 3 hari 2 malam," ujar Jauhari. "Silakan, Dek Rani, jelaskan pertanyaannya," pintanya yang dibalas anggukan perempuan bersetelan kebaya biru muda.

"Sebutkan nama lengkap anggota tim 7 PC, di mana pengantin laki-laki bergabung," jelas Khairani.

Belasan orang mengacungkan tangan kanan. Khairani berdiskusi dengan Jauhari, kemudian perempuan tersebut memanggil seorang pria berkemeja batik merah, yang segera menaiki panggung.

"Siapa namanya, Mas?" tanya Khairani.

"Gunawan," jawab pria berkulit kecokelatan.

"Namanya cocok dengan orangnya. Menawan," canda Khairani yang memancing Gunawan tersenyum.

"Mas Gun, tamu dari pihak mana?" sela Jauhari.

"Pak Arudra. Kebetulan saya staf marketing di Janardana Grup," jelas Gunawan.

"Silakan langsung dijawab, Mas," pinta Khairani.

"Anggota tim 7 PC. Arya Himawan. Drew Bimantara. Nathanel Sadajiwa. Abimanyu Bhalendra. Kinsey Zhang. Carver Yang. Ghaziya Sarfaaraz. Ekyavan Zuleman. Dan tentu saja, Mas Arudra Janardana," jawab Gunawan.

"Wow! Keren!" puji Jauhari sambil bertepuk tangan. Demikian pula dengan para hadirin.

Khairani mengambil tas merah yang diulurkan rekannya dari tepi panggung. Kemudian dia memberikan benda itu pada sang pemenang kuis, "Ini hadiahnya, Mas. Nanti calling aku. Kita liburan bareng," candanya yang menyebabkan Gunawan tersenyum malu-malu.

***

Malam telah larut ketika pasangan pengantin memasuki kamar yang disediakan khusus oleh pihak hotel. Arudra langsung membongkar kopernya untuk mengambil pakaian ganti. Lalu, dia bergegas memasuki kamar mandi.

Zivara melepaskan sanggul dan berbagai hiasan lainnya, lalu dimasukkan ke tas khusus. Kemudian dia duduk di bangku depan meja, untuk membersihkan wajah dari riasan tebal.

Setelahnya, Zivara mengambil baju ganti dari kopernya. Dia menunggu Arudra keluar, sambil membaca semua pesan dari teman-temannya saat sekolah dan kuliah. Banyak dari mereka yang mengeluh karena tidak diundang dalam pesta.

Zivara membalas pesan-pesan itu dengan permohonan maaf, karena tidak bisa mengundang semua kenalan. Sebab tamu-tamu yang hadir sebagian besar adalah undangan dari pihak Arudra.

Sebetulnya, bisa saja Zivara mengundang banyak teman. Namun, dia sengaja membatasi jumlah tamunya dan hanya mengundang orang-orang terdekat. Sebab, Zivara tidak mau banyak orang menggunjingkannya nanti, setelah bercerai dengan Arudra.

Puluhan menit terlewati, lampu utama di ruangan tersebut telah dipadamkan. Hanya beberapa lampu di sudut ruangan yang dipertahankan tetap menyala.

Zivara berbaring miring ke kanan. Dia berusaha mencari posisi nyaman di sofa. Sementara Arudra yang berada di kasur, memerhatikan gerak-gerik istri keduanya.

"Zi, kamu aja yang tidur di sini. Aku pindah ke sofa," tutur Arudra.

"Enggak usah," tolak Zivara. "Mas badannya lebih besar dariku, pasti nggak muat di sini," lanjutnya.

Arudra tidak menyahut. Dia mengamati Zivara sesaat, kemudian dia berbalik dan memejamkan mata. Arudra membayangkan wajah Lanika. Dia benar-benar merindukan istri pertamanya dan sangat ingin bertemu.

Perlahan sukma Arudra melayang seiring dengan kantuk yang menguasai diri. Tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu terjatuh. Arudra kembali membuka mata dan menajamkan pendengaran.

Pria berkaus hitam memutar badan dan seketika terpaku menyaksikan Zivara tengah duduk di lantai. Arudra bangkit, lalu beringsut ke tepi kasur. Dia berdiri dan jalan menyambangi Zivara.

"Kan, jatuh," tukas Arudra sembari mengamati perempuan yang tengah menunduk. "Kubilang juga apa. Kamu tidur di kasur," sambungnya.

Zivara menengadah. "Pesankan kasur tambahan," pintanya sambil mengusap-usap lutut.

"Kakimu, sakit?" Arudra merunduk untuk mengecek lutut Zivara yang memerah.

"Ya. Tadi membentur lantai."

Arudra mendengkus pelan. Dia mengulurkan tangan untuk membantu Zivara bangkit. "Duduk dulu di kasur. Sambil nunggu petugas datang."

Keduanya jalan pelan, lalu duduk berdampingan. Arudra meraih gagang telepon di meja untuk menghubungi bagian servis. Setelah menyebutkan permintaannya, Arudra meletakkan gagang ke tempat semula.

"Kamu baring dulu," ucap Arudra.

Zivara tidak menjawab, melainkan langsung merebahkan diri. Dia benar-benar mengantuk hingga tertidur dalam hitungan menit.

Tidak berselang lama, petugas datang untuk mengantarkan extra bed. Arudra menghamparkan benda itu di samping kanan kasur. Kemudian dia menurunkan bantal dan selimut.

Arudra berbaring di kasur bawah. Dia memerhatikan perempuan yang telah dinikahinya tadi pagi. "Maaf, Zi. Aku tidak bisa bersikap terlalu baik padamu, karena aku harus menjaga hati Lanika. Istri yang sangat kucintai," gumamnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
ish Ra maneh mah pikasebeleun sumpah yang kuat Zi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 07 - Penyesalan

    Pagi itu, seusai sarapan, Arudra mengajak Zivara berpindah ke dekat meja kasir restoran hotel. Seorang petugas memberikan dua microfon pada pasangan tersebut. Arudra berdiskusi sesaat dengan istrinya, kemudian dia memerhatikan hadirin yang balas menatapnya saksama. Arudra mengucapkan salam, lalu memulai pidato. "Saya dan istri, ingin mengucapkan terima kasih tak tertinggi pada semua teman-teman yang telah bersedia datang untuk menghadiri acara pernikahan kami kemarin," tutur Arudra. "Mohon maaf, jika kami telah merepotkan kalian, terutama semua panitia," tambah Zivara. "Khusus buat tim PBK, hatur nuhun pisan karena mau membantu kami menyukseskan acara. Love se-Bandung buat kalian!" serunya yang disambut tepuk tangan hadirin. "Kami tidak bisa membalas kebaikan kalian. Hanya Tuhan yang sanggup melakukan itu," terang Arudra. "Sebagai bentuk terima kasih, kami telah menyiapkan sedikit oleh-oleh yang akan segera dibagikan," lanjutnya. Fazwan dan rekan-rekannya dari pasukan pengawal ke

    Last Updated : 2024-05-21
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 8 - Menggoreskan Kenangan

    Sepanjang malam itu, Zivara mendekam di kamar. Dia tidak memedulikan panggilan Arudra yang berulang kali mengajaknya bicara di luar. Zivara benar-benar kesal, terutama pada dirinya sendiri yang begitu bodohnya mau menikah dengan Arudra.Gadis berambut panjang sudah kehabisan air mata. Zivara lelah terus-menerus menangis hingga matanya bengkak dan hidung memerah. Dia akhirnya memutuskan untuk tidur, sambil menutup telinganya dengan earphone. Alunan musik instrumental menemani Zivara hingga benar-benar terlelap. Dia sama sekali tidak mendengar ketukan yang disertai panggilan sang suami. Arudra berdiri di depan pintu kamar sang istri. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya sekali waktu. Kemudian berbalik dan jalan menuju kamarnya. Arudra berbaring telentang. Tatapannya mengarah ke langit-langit yang terlihat samar-samar, karena lampu utama telah dipadamkan. Arudra merunut peristiwa dari semenjak dirinya dan Zivara menandatangani surat perjanjian tempo hari. Pria berbibir

    Last Updated : 2024-05-22
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 9 - Bukan Pasangan

    Zivara berulang kali mengecek jam dinding untuk memastikan waktu. Namun, hingga pukul 9, Arudra tak jua datang Zivara sudah mengirimkan beberapa pesan, tetapi tidak satu pun yang dibalas Arudra. Perempuan bersetelan piama biru menimbang-nimbang sesaat dalam hati, sebelum akhirnya memaksakan diri untuk menelepon Arudra. Detik demi detik menunggu panggilannya tersambung, menyebabkan Zivara deg-degan. Saat terdengar bunyi panggilan diangkat, dia menunggu orang di seberang telepon menyapa terlebih dahulu. "Maaf, mengganggu. Apa Mas Arudra ada?" tanya Zivara sambil menebak-nebak suara perempuan yang menerima panggilannya. "Dia lagi tidur!" ketus Lanika. "Ehm, maaf. Aku hanya penasaran, karena sejak tadi pesanku tidak dibalas." "Orangnya lagi tidur, gimana mau balas?" Lanika menggertakkan gigi. "Aku peringatkan padamu. Bila dia ada di sini, jangan nelepon! Kamu sudah menghabiskan waktu bersama dia selama 4 hari, apa belum cukup?" tanyanya dengan nada suara tinggi. Zivara terkesiap,

    Last Updated : 2024-05-23
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 10 - Akting

    "Mas, bangun. Sudah subuh," tukas Zivara sambil menepuk-nepuk lengan Arudra. "Hmm?" Lelaki berkaus biru berusaha mengangkat matanya yang masih berat. "Sudah lewat jam 5. Nanti nggak keburu salat." "Hmm." "Jangan hmm terus. Ayo, bangun!" Arudra manggut-manggut. Dia membuka mata lebih lebar untuk menunjukkan dirinya telah sepenuhnya sadar. Zivara memandangi lelakinya sesaat, kemudian berbalik dan jalan ke balkon. Arudra menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia mengambil arloji di meja untuk mengecek waktu, lalu meletakkan benda itu ke tempat semula. Pria tersebut mengusap wajahnya, kemudian bangkit duduk. Belasan menit terlewati, Arudra menyambangi Zivara yang sedang duduk di kursi sambil memvideokan momen matahari terbit. "Zi, kamu udah salat?" tanya Arudra sembari duduk di kursi sebelah kanan. "Udah. Aku bangun dari jam setengah 5," terang Zivara."Ehm, di pantry, ada kopi, nggak?""Ada." Zivara menoleh. "Mau dibuatin?" tanyanya. "Hu um. Kalau ada kue, aku ma

    Last Updated : 2024-05-23
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 11 - Ini, Siapa?

    Lanika jalan mondar-mandir sepanjang rumah. Dia kesal karena sejak tadi tidak bisa menghubungi Arudra. Lanika juga telah mengirimkan banyak pesan, tetapi semuanya hanya centang satu abu-abu. Lanika mengerutkan dahi. Dia tiba-tiba teringat sang madu. Dia bergegas ke kamar untuk mencari nomor telepon Zivara, yang sempat disalinnya dari ponsel Arudra. Lanika menyambar ponselnya dari meja, lalu duduk di kursi dekat jendela. Dia mengetikkan sederet angka dari catatannya ke ponsel. Kemudian Lanika menekan tanda hijau untuk menelepon rivalnya. "Aku mau tanya, apa kamu ada dihubungi Mas?" tanya Lanika, sesaat setelah mendengar sapaan orang di seberang telepon. Zivara terdiam. Dia mengalihkan pandangan pada lelaki berkaus putih yang sedang berbaring di kasur. "Kenapa memangnya?" balasnya. "Aku dari tadi nge-chat dan nelepon, tapi nggak masuk." "Aku nggak ada ngubungin dia. Jadi aku nggak tahu." "Masa kamu nggak ada chat dia sama sekali?" "Aku kapok nge-chat duluan. Nunggu dia ngubungi

    Last Updated : 2024-05-24
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 12 - Pemegang Rekor

    Sepanjang perjalanan menuju Nusa Tenggara Timur, Arudra berulang kali memikirkan laki-laki dalam foto, yang diakui Zivara sebagai mantan kekasih. Arudra penasaran tentang hubungan Zivara dengan pria bernama Evan Pramadana. Namun, sang istri tetap tutup mulut dan tidak mau menjelaskan apa pun. Kelompok pimpinan Hendri akhirnya tiba di hotel di pusat kota. Mereka hendak beristirahat sehari, sebelum esoknya berangkat menuju Labuan Bajo. Seusai memasuki kamar, Zivara segera menuju toilet, karena mengeluh sakit perut. Arudra menempatkan kedua koper ke dekat lemari, lalu dia memindai sekitar. Arudra mengulaskan senyuman menyaksikan kasur yang dihiasi bunga mawar. Dia menggeleng pelan, karena meyakini jika pihak hotel sengaja menghiasi kasur, sebagai bentuk penyambutan pada pengantin baru. Belasan menit terlewati, Zivara keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya. Arudra yang hendak bersemedi, menunda keinginannya untuk bertanya, dan segera memasuki bilik basah. Zivara berbaring

    Last Updated : 2024-05-24
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 13 - Berbagi Kasur

    Matahari baru muncul di langit ketika kelompok pimpinan Hendri beranjak memasuki mobil van abu-abu yang datang menjemput. Tidak berselang lama sopir van segera melajukan kendaraan menuju dermaga. Sepanjang jalan, pria berkumis tebal menjelaskan berbagai hal penting yang harus diketahui semua peserta paket wisata. Pria yang merupakan warga lokal, menjawab semua pertanyaan yang diajukan, dengan detail dan ramah. Dia juga berjanji untuk mengantarkan kelompok tersebut jalan-jalan seputar kota, saat mereka selesai berwisata hari Minggu nanti. Zivara yang belum pernah berlayar menggunakan kapal, sangat antusias untuk melakukan perjalanan wisata pertamanya, yang akan berlangsung selama 3 hari 2 malam. Sejak kemarin malam Zivara sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Terutama menyiapkan banyak kudapan kesukaannya, yakni keripik kentang berbagai rasa dan bagelen.Setibanya di tempat tujuan, pengelola kapal memberikan beberapa wejangan pada anggota kelompok. Kemudian mereka jalan m

    Last Updated : 2024-05-25
  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 14 - Ajian Pemikat Ajudan

    Pulau Kelor merupakan tujuan pertama dari paket wisata yang diambil kelompok Arudra. Mereka sengaja memesan paket itu, agar bisa puas mengelilingi banyak pulau di sekitar Labuan Bajo. Selain itu, paket yang diambil juga sudah termasuk dengan penyewaan kapal. Hingga tidak perlu lagi berhitung ulang dan cukup sekali membayar, maka semua fasilitas lengkap bisa dinikmati. Zivara memandangi lautan luas sembari mengucap syukur dalam hati, karena berhasil tiba di tempat yang dulu hanya bisa dilihat fotonya di internet. Gadis berkaus biru muda dan celana hitam selutut, membiarkan kakinya terbenam pasir putih. Sekali-sekali ombak tenang menyapu kaki dan menyebabkan Zivara tersenyum senang. Kendatipun tidak bisa ikut snorkeling seperti rekan-rekannya, Zivara cukup puas bisa menikmati keindahan alam di Pulau Kelor. "Zi, bawa obat tetes mata?" tanya Arudra sembari jalan menyambangi istrinya. "Ada di tas itu," sahut Zivara sambil menunjuk ransel hitam di tikar lipat yang tadi dibentangkannya

    Last Updated : 2024-05-25

Latest chapter

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 143 - Pasukan Janardana

    Awal malam itu, Lanika tiba di bandara Cengkareng, bersama Sebastian, Rylee dan Cornelia. Mereka dijemput Uday yang kemudian mengantarkan keempatnya ke hotel tempat tim PG dan PC menginap. Setibanya di tempat tujuan, Bilal dan Yolla telah menunggu di lobi. Seusai berbincang sesaat, mereka bergegas menuju ruang pertemuan di lantai tiga, untuk menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh Tio. Ruangan luas itu seketika heboh. Semua orang menyambut kedua anggota PC yang baru tiba, dengan rangkulan. Hal nyaris serupa juga dilakukan tim para istri pada Cornelia dan Lanika. Kendatipun tidak terlalu mengenal Lanika, tetapi Mayuree dan rekan-rekannya tetap bersikap ramah pada perempuan tersebut. Seusai melepas rindu pada keluarganya, Lanika mendatangi Zivara dan langsung memeluk sahabatnya tersebut dengan erat. Kemudian dia mengurai dekapan dan beralih menciumi Keef yang sedang dipangku maminya. "Masyaallah, asa tambah kasep, pangeran Ate," puji Lanika sembari menggosok-gosokkan hidun

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 142 - Wǒ jiào dùmùzhāng

    Ruang rapat di gedung kantor PG, siang menjelang sore itu terlihat ramai. Lebih dari 100 pria bersetelan jas biru mengilat, berkumpul untuk mendengarkan pidato Tio. Setelahnya, komisaris PG memanggil orang-orang yang hendak berangkat ke Kanada. Mereka berdiri di kiri Tio, sambil memandang ke depan. Arudra, Drew, Ghael, dan Myron bergantian mengucapkan kalimat perpisahan. Benigno yang akan mengantarkan rekan-rekannya ke Kanada, juga turut memberikan pidato singkat. Sementara Alvaro yang menjadi pemimpin rombongan tersebut, hanya diam sambil memandangi semua orang di ruangan. "Teman-teman, mari kita bersalaman dengan para pejuang ini. Berikan dukungan terbaik buat mereka, yang akan bekerja keras menyelesaikan berbagai proyek kita di Kanada," ungkap Tio sembari turun dari podium. "Mid, tolong atur barisan," pinta Tio yang segera dikerjakan direktur operasional PG. Tio menyalami Arudra dan mendekapnya sesaat. Kemudian Tio memundurkan tubuh dan berbincang singkat dengan rekannya terse

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 141 - Genk Pengejar Nona Muda

    Jalinan waktu terus bergulir. Minggu terakhir berada di Bandung, digunakan Arudra dan Zivara untuk lebih dekat dengan keluarga. Setiap hari mereka bergantian mengunjungi kediaman Rahmadi atau Thamrin, agar bisa bercengkerama dengan keluarga inti dan sanak saudara. Kamis sore, Arudra dan Zivara mendatangi kediaman ketua RT tempat mereka tinggal dan tetangga terdekat, untuk berpamitan. Pasangan tersebut tidak lupa untuk berpamitan pada para pedagang di sekitar kompleks, yang menjadi langganan mereka selama menetap di sana.Jumat pagi, Nirwan melajukan mobil sang bos menuju kediaman Rahmadi. Fazwan dan Disti menyusul menggunakan mobil SUV putih milik Zivara. Tidak berselang lama, Bilal datang bersama Yolla dan keluarganya. Demikian pula dengan Thamrin dan Ruslita. Mereka hendak ikut mengantarkan Arudra dan kelompoknya ke Jakarta. Seusai membaca doa bersama, semua orang menaiki kendaraan. Kemudian Bhadra yang berada di mobil terdepan, menekan klakson sebagai tanda perjalanan akan seg

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 140 - Until Jannah

    Senin pagi menjelang siang, Arudra dan Zivara beserta yang lainnya bertolak menuju Lombok. Fazwan dan Disti juga ikut dalam rombongan tersebut untuk menikmati bulan madu, sebagai hadiah dari para petinggi Janardana Grup dan Mahendra Grup. Pada awalnya para pria ingin kembali mengunjungi Pulau Komodo. Namun, karena banyak anak-anak yang ikut, akhirnya tempat tujuan diubah supaya cocok dengan anak kecil.Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) menjelang pukul 4 sore. Perjalanan itu ditempuh dalam waktu yang cukup lama, karena pesawat harus transit di bandara Bali. Dari bandara menuju hotel milik BPAGK, rombongan tersebut menaiki bus berukuran besar yang disediakan pihak hotel. Agung, ketua pengawal Bali dan Nusa Tenggara, kembali menjadi pemandu wisata dadakan.Seperti biasa, para pengawal muda mengadakan kuis berhadiah kudapan dan minuman ringan. Sebab jumlah bos yang ikut cukup banyak, akhirnya semuanya ikut dan terbagi menj

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 139 - Menang Banyak

    Sabtu pagi di minggu kedua bulan Agustus, pernikahan Fazwan dan Disti dilangsungkan di gedung pertemuan kawasan Buah Batu. Rombongan keluarga calon pengantin pria tiba belasan menit sebelum acara dimulai. Yudha yang menjadi pemimpin, mengatur barisan bersama teman-teman pasukan pengawal area Bandung. Setelah diberi kode oleh tim panitia pihak perempuan, rombongan berseragam serba krem jalan perlahan menuju pintu utama gedung. Mereka berhenti di bawah tenda untuk menyaksikan sambutan dari kedua orang tua Disti. Susunan acara khas Sunda dilaksanakan dengan khidmat, sebelum akhirnya rombongan dipersilakan masuk. Keluarga inti, para petinggi PBK dan keluarga Janardana, serta Mahendra dan Pangestu, menempati kursi dua deretan terdepan sisi kanan. Di belakang mereka dipenuhi keluarga besar Fazwan, dan semua pengawal lapis satu hingga 12 yang hadir bersama keluarga masing-masing. Tidak berselang lama acara dimulai. Fazwan mendengarkan khotbah nikah dengan serius sambil merekamnya dalam

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 138 - Kamu Nyindir Aku?

    Minggu berganti menjadi bulan. Menjelang keberangkatan ke Kanada, Zivara justru disibukkan dengan persiapan pernikahan Fazwan. Sebab calon pengantin pria sedang sibuk mengikuti Arudra tugas ke luar kota, mau tidak mau Zivara yang menggantikan posisi akangnya untuk membantu Disti. Sore itu sepulang dari kantor, Zivara memacu mobil SUV putih menuju pusat perbelanjaan. Kala berhenti di perempatan lalu lintas, Zivara menyempatkan diri untuk menelepon Nini, yang tengah dijemput Isfani untuk menyusul Zivara, bersama Keef. Setibanya di tempat tujuan, Zivara memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dia merapikan penampilan terlebih dahulu, kemudian menyemprotkan sedikit parfum ke baju. Sekian menit berikutnya, Zivara telah berada di dekat pintu utama. Dia menunggu kedatangan taksi yang ditumpangi Nini dan Isfani tiba, kemudian mereka bergegas menuju lantai tiga, di mana Disti dan kakaknya telah menunggu. Keempat perempuan bersalaman sambil beradu pipi. Sementara Nini hanya menyalami calon istri

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 137 - Benar-benar Biadap!

    "Siapa kamu!" bentak Eyang Min, saat seorang pria tua muncul di dekat teras depan rumahnya. "Tidak perlu tahu aku siapa. Yang penting, setelah ini usahamu menyesatkan orang akan berhenti," jawab Mulyadi dengan sangat tenang. Eyang Min maju beberapa langkah sambil mengacungkan tongkatnya yang berbentuk unik. "Oh, ternyata kamu. Orang yang sudah melindungi Lanika." "Betul." "Tapi, percuma saja. Sebentar lagi dia akan mati." "Nyawa manusia adalah milik Allah. Sehebat apa pun ilmumu, jika Allah berkehendak, maka Lanika akan aman." Eyang Min tertawa melengking. Mulyadi tetap diam sambil mengamati beberapa orang yang muncul di belakang perempuan berbaju merah. Zein dan ketiga sahabatnya telah selesai bertempur. Mereka berdiri beberapa meter di belakang Mulyadi sambil memerhatikan sekeliling. Masih ada titik-titik merah yang beterbangan, dan harus terus diawasi. Eyang Min melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular hitam berukuran besar. Mulyadi spontan mundur sembari memukuli u

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 136 - Apa Dia Lihat Kita?

    Embusan angin kencang menerpa apa pun yang berada di bumi. Dedaunan di dahan bergoyang ke sana kemari mengikuti arah sang bayu. Sekali-sekali akan terdengar suara binatang malam. Selebihnya hanya keheningan yang tercipta di sekitar rumah besar, yang berada di tengah-tengah kebun di pinggir Kota Bogor. Jalan depan rumah itu terlihat lengang. Meskipun waktu baru menunjukkan pukul 10, tetapi tidak ada seorang pun yang melintas di sana. Letak bangunan yang berada di perbukitan, ditambah lagi area belakangnya lebih banyak kebun dibandingkan rumah, menjadikan tempat itu seolah-olah terisolir dari dunia luar. Sekelompok orang terlihat jalan cepat di kebun sisi kiri. Sebab sekitarnya gelap, mereka terpaksa menyalakan senter kecil yang tersambung dengan ikat kepala. Sekali-sekali mereka akan berhenti dan berjongkok untuk memindai sekitar. Kemudian mereka melanjutkan langkah hingga tiba di dekat rerimbunan semak di dekat rumah target. Pria terdepan memberi kode dengan tangan. Lima orang be

  • Pengantin Kedua Janardana    135 - Bunga dan Anyir

    Arudra termangu, sesaat setelah Nirwan menceritakan tentang kejadian kemarin malam di mobil Lanika. Bhadra, Casugraha, Fazwan dan Bilal yang juga berada di ruang kerja sang presdir, saling melirik, sebelum sama-sama mengulum senyuman. Sementara Zein menggeleng pelan seraya tersenyum lebar. Sedangkan Hendti justru bertepuk tangan, kemudian dia menepuk-nepuk pundak Nirwan yang terlihat cengengesan. "Hebat, euy! Bisa ninju kunti," tukas Hendri. "Ini berkat ajaran Akang," balas Nirwan. "Dan Bang Zein, serta teman-teman tim pengejar hantu," lanjutnya sambil memandangi pria berkulit kecokelatan yang balas menatapnya saksama. "Kami cuma melatih sedikit. Hatimu memang kuat, itu yang membuatmu sanggup melawan kuntilanak kiriman Nenek tua itu," jelas Zein. "Kamu ikut latihan olah napas, Wan?" tanya Bilal. "Ya, Bang," jawab Nirwan. "Sudah lama?" "Baru dua bulanan. Itu pun karena diajakin Kang Izra. Dia bilang, auraku kuat. Lebih bagus lagi diarahkan ke ilmu kebatinan." "Aku ingat Izra

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status