Eva mengedarkan matanya ke penjuru kamarnya. Tidak terlihat sosok yang dicarinya menghadirkan senyum tipis di ujung bibirnya. Dengan balutan baju santai, handuk melilit rambut basahnya, ia melangkah menuju meja rias. Beberapa menit berlalu kegiatannya hanya menatap kaca yang menampilkan wajahnya dan separuh tubuhnya. Namun, pikirannya berkelana jauh menatap tampilan ranjang di cermin. Dimana beberapa waktu lalu ada pria yang mengganggu pikirannya.“Pernikahan kita tidak ada kehangatan, semua terasa dingin dan hambar,” lirih Eva pelan. Perlu pertimbangan panjang, masih ada keraguan di hatinya. Apalagi ucapan Anggara tadi, apakah bisa dipercaya atau dipegang? Eva menggeleng pelan.Ketukan pintu terdengar membuyarkan pikiran Eva. Tanpa ia perlu beranjak pintu kamar kini terbuka.“Kakak … Aluna ganggu, gak?”“Ternyata kamu,” ujar Eva mendapati adiknya yang masuk. Dia sempat berpikir Anggara belum juga pergi, tapi ternyata, tidak. Pria itu benar menepati janjinya.“Kakak berpikir siapa?
Baca selengkapnya