Semua Bab Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan: Bab 21 - Bab 30

77 Bab

Bab 21

Eva menahan rasa sakit di bagian inti tubuhnya, mengabaikan rasa sakitnya langsung berlari ke kamar mandi. Air mata bagaikan kran yang tidak terhenti terus mengalir. Isak tangisan keras di bawah shower air dingin ia lakukan. Raungan terdengar begitu menggema di kamar mandi.Terdengar histeris dan miris di ruang persegi yang tidak begitu luas namun tidak juga sempit. Rasanya perih, tidak hanya bagian bawah karena perlakuan kasar Anggara kedua kalinya, tetapi juga hatinya merasa kecewa sakit yang luar biasa.Eva menatap Anggara terlihat tidur nyaman. Kamar masih memberantakan tidak terbentuk, jejak masih terlihat. Bahkan Anggara masih tertutup dengan sedikit selimut tanpa mengenakan satu benang ditubuhnya. Pakaian tercecer di lantai, Eva tidak berniat membereskan.Tidak berniat apapun selain beranjak pergi dari kamarnya.Masih dengan isakan sesekali terdengar ia keluar dari kamar begitu menorehkan jejak luka. Luka kedua kalinya. Lagi-lagi air mata seolah sulit dibendung, meski semua suda
Baca selengkapnya

Bab 22

“Sepertinya aura habis melewati malam panjang,” kata Akbar menyapa menjadi sambutan Anggara ketika sampai di kantornya.Anggara masih menahan handle pintu mendesah panjang. Dada naik turun melihat sudah ada Akbar di ruangan. “Ada angin apa kamu sepagi ini sudah di kantorku?” Anggara berkata datar raut wajahnya nampak jelas tidak suka kehadiran Akbar. Apalagi Akbar kini di kursi kebesarannya seolah ini ruangannya, padahal sebaliknya ini ruangannya dan dirinya berasa jadi tamu kali ini.“Apa jam sekarang masih dikatakan pagi bagi CEO Cakra grub?” Bukan jawaban melainkan pertanyaan bernada jengkel terdengar keluar dari mulut Akbar. “Sepertinya tebakanku benar. Kamu melewatkan beberapa putaran?”“Masih Ayah status CEO.” Anggara berkata malas. Mengelak pertanyaan terakhir Akbar. Bohong kalau dirinya lupa, masih sangat ingat. Bahkan kini membekas beda kalau yang pertama, hanya sekilas karena pengaruh alkohol.“Bukannya sebentar lagi. Ayah Rasyid berkata dalam proses perubahan status baru.
Baca selengkapnya

Bab 23

“Ibu baik-baik saja?” Lucky langsung menyambut kedatangan Eva kali ini. Tatapan matanya terlihat panik dan penasaran.Eva menghentikan langkahnya sejenak. Beberapa karyawan tampak terkejut juga dengan penampilannya. Lantas ia menarik senyum seraya membalas sapaan mereka.“Apa aku terlihat buruk? kamu menanyakan hal itu dan beberapa tatapan mereka terlihat perlu menatapku dua kali.” Eva kembali melanjutkan langkahnya dengan pelan. Tiga hari rasanya hari ini ia akan bekerja keras untuk bekerja, meski tatap dikerjakan dari rumah tetap saja masih ada beberapa pekerjaan yang tertunda.Lucky mengedarkan tatapannya menatap sekelilingnya. Menggelengkan kepala spontan ketika paham pertanyaan Eva.“Bukan begitu! maksud saya, apa Ibu sudah sehat? ibu terlihat pucat, apa terjadi sesuatu sejak malam itu? mereka pasti terkejut dengan gaya rambut ibu yang baru,” jelas Lucky. Mulutnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya-tanya. Kalimat panjang terus keluar dari mulutnya.Lucky sudah menahan d
Baca selengkapnya

Bab 24

“Tumben Ayah datang ke kantor.” Anggara masuk tanpa duduk menyapa ayahnya yang kini terduduk di kursi kebesarannya. Meski tanggung jawab penuh masih atas nama Ayahnya, tetap Anggara juga mendapatkan wewenang mengambil alih perusahaan, hanya namanya saja belum diresmikan menjadi CEO berikutnya. “Kenapa kamu tidak beritahu kami soal mertua kamu yang sakit? bahkan sudah empat hari! kamu ….” Ayah Rasyid menunjukkan jari telunjuknya. Wajahnya menegang, tatapan begitu tajam dengan sorot mata nampak serius bercampur kecewa. Suara terpotong dengan helaan napas panjang keluar dari bibirnya. “Bahkan ketika pemakaman hingga malam kamu tidak ada. Ketika dihubungi selalu dialihkan. Eyang menyerahkan berkas dan semua akan beralih mulai hari Senin besok, sepertinya ini yang kamu inginkan sudah terwujud.” Ayah Rasyid menyerahkan map coklat, hanya sebatas meletakkan di meja kerjanya dulu kini sangat rapi sekali. Kemudian meninggalkan ruangannya. Anggara yang belum duduk terpaku, muka nampak terk
Baca selengkapnya

Bab 25

Eva beradu tatap dengan Anggara. Dia tidak menyangka pria itu datang, meski sangat dikatakan terlambat. Tidak menunggu Anggara, segera ia berbalik masuk kembali. Tidak ingin ada kegaduhan apalagi membawa curiga mamanya.“Kenapa Kakak izinkan dia masuk.” Aluna menghampiri cepat, Eva. Suaranya lirih, meski tinggal beberapa pelayat kebanyakan kerabat terdekat, tetap Aluna tidak ingin membuat kegaduhan.“Dia baru datang, padahal Kakak butuh ….”“Dia masih suami, Kakak. Kamu tidak lupa kalau Kakak sudah menikah?” kata Eva pelan. Ujung matanya melirik Anggara. Ia berusaha keras untuk baik-baik saja dan tenang.“Kita ke depan. Mereka mau pamit,” sarkas Eva segera mencegah Aluna yang terlihat akan berbicara lagi.Aluna menutup mulutnya. Wajah Eva terlihat serius. Mulut yang akan bicara segera ia tutup rapat kembali dan mengangguk mengikuti langkah mamanya lebih dulu ke depan. Sadar masih suasana duka, Aluna akan menunda pembicaraan yang ditahan sejak kemarin.Sejak menunggu papanya di rumah s
Baca selengkapnya

Bab 26

Aluna mengepalkan tangannya. Sebagai saudara perempuan tentu tidak terima. Terlihat jelas ternyata hubungan rumah tangga Kakaknya tidak seperti yang dia dan keluarganya kira. “Masuklah ke kamar, Luna.” Suara bariton cukup pelan menghentikan pergerakan Aluna. Aluna membalikan badannya dengan cepat.“Ta-tapi, Kak!” Aluna menyela, gelengan kepala pelan dengan keinginan kuat ingin menghampiri kakaknya.“Bukaan urusan kita, Luna. Biarkan Kakak menyelesaikan urusannya. Masuk.” Perintah begitu tegas.Aluna menghentikan kakinya keras. Tentu, dirinya tidak bisa menolak lagi. Dengan menutup pintu sedikit keras entah, Eva mendengarkan atau tidak.Disisi lain Anggara tercengang, perempuan di depannya membuat tangannya mengepal menahan amarah. Hanya mengandalkan feeling segera pria tidak suka dibantah mendorong Eva masuk ke dalam kamar di depannya ia yakini kamar Eva.“Coba katakan apa tadi.” Anggara mengungkung Eva. Tubuh Eva terkunci dalam kungkungan tangan Anggara. Tidak bisa bergerak, ruang g
Baca selengkapnya

Bab 27

“Aku gak mau bercerai.” Anggara memeluk tubuh Eva. Semakin dipikirkan semakin hatinya tidak rela.Eva yang baru terusik dan mulai membuka matanya. Mata mengerjap mendengarkan apa yang diungkapkan Anggara beberapa detik yang lalu. Begitu jelas, membuat denyutan tiba-tiba di kepalanya. Dirinya pura-pura melanjutkan tidur, sebenarnya sudah bangun beberapa menit yang lalu. Hanya penasaran saja, apa yang dilakukan Anggara begitu tidak tenang di kamarnya dan perpindahan kini tidur disampingnya.“Kenapa? bukannya kamu tidak mengharapkan pernikahan ini? kenapa harus dipertahankan? pernikahan ini sudah tidak sehat lagi.” Eva menggerakkan tubuhnya. Sangat tidak nyaman ketika kontak fisik dengan Anggara.Anggara melepaskan pelukan. Memiringkan tubuhnya. Pertama kali, entah dirinya tidak merelakan itu terjadi.“Kenapa harus cerai? kamu mau nikah sama Akbar?” Anggara memutar kembali dengan bertanya. Wajahnya datar, menatap Eva yang tidak membalas begitu enggan tatapan lawan bicaranya.Tawa kecil
Baca selengkapnya

Bab 28

Eva mengedarkan matanya ke penjuru kamarnya. Tidak terlihat sosok yang dicarinya menghadirkan senyum tipis di ujung bibirnya. Dengan balutan baju santai, handuk melilit rambut basahnya, ia melangkah menuju meja rias. Beberapa menit berlalu kegiatannya hanya menatap kaca yang menampilkan wajahnya dan separuh tubuhnya. Namun, pikirannya berkelana jauh menatap tampilan ranjang di cermin. Dimana beberapa waktu lalu ada pria yang mengganggu pikirannya.“Pernikahan kita tidak ada kehangatan, semua terasa dingin dan hambar,” lirih Eva pelan. Perlu pertimbangan panjang, masih ada keraguan di hatinya. Apalagi ucapan Anggara tadi, apakah bisa dipercaya atau dipegang? Eva menggeleng pelan.Ketukan pintu terdengar membuyarkan pikiran Eva. Tanpa ia perlu beranjak pintu kamar kini terbuka.“Kakak … Aluna ganggu, gak?”“Ternyata kamu,” ujar Eva mendapati adiknya yang masuk. Dia sempat berpikir Anggara belum juga pergi, tapi ternyata, tidak. Pria itu benar menepati janjinya.“Kakak berpikir siapa?
Baca selengkapnya

Bab 29

“Jangan hubungi aku lagi.” Anggara menatap datar perempuan berada di rumahnya.Perempuan yang duduk di teras segera menghampiri Anggara senyum mengembang. Mengabaikan kalimat menohok keluar dari mulut Anggara.“Kamu apa kabar? kenapa tidak menghubungi aku lagi?” Perempuan bergaun minim warna marun hampir meraih lengan Anggara. Namun, dalam waktu singkat semua gerakannya hanya tersentuh angin. Anggara bisa menepisnya tepat sasaran, menghindari tanpa saling kontak fisik.“Hubungan kita selesai. Ada apa kamu sampai kesini? begitu sangat berani! apa kurang cukup bayaran kamu, kemarin? Ingat hubunganmu dengan aku tidak lebih dari sekedar uang. Jangan kelewatan!” Anggara menatap tidak suka. Wajahnya mengeras tatapan begitu tajam tidak ada keramahan.“Bukannya kamu kurang perhatian istrimu? aku siap melakukan apapun itu lagi, aku dengar dari Art kamu dan dia gak ada? sekarang kamu tidak pulang bersama jadi ….”“Apa hak kamu sampai sejauh ini. Jangan berharap tinggi hanya karena kamu pernah k
Baca selengkapnya

Bab 30

“Pagi, Ma.”Anggara menepati janjinya, bahkan sinar matahari belum sepenuhnya terang sudah pria itu muncul menjadi tamu pagi di rumah Mama Dara. Dengan balutan pakaian formalnya jas seperti biasanya. Rambut tertata rapi, tapi penampilannya tidak menutupi kantung mata terlihat jelas menghitam.“Pagi.” Mama Dara yang baru akan ke dapur, tidak bisa menutupi keterkejutannya kedatangan Anggara dipagi kali ini.“Masuk, Nak Anggara. Apa pekerjaan kamu sudah selesai?” tanya Mama Dara basa-basi. Meski sebenarnya hati terkecilnya cukup marah. Tapi sebagai orang tua belum ingin untuk ikut campur. Semua keputusan diserahkan pada Eva.Anggara mau bergerak masuk sesaat terhenti. Pertanyaan Mama Dara begitu terdengar bukan hanya sebuah pertanyaan semata melainkan sindiran untuknya. “Sudah, Ma. Apa Eva sudah bangun?” tanya Anggara melihat kesepian dirumah mertuanya.Anggara melewati malam yang panjang. Entah karena rasa bersalahnya ia tidak mendapatkan tidur nyenyak. Mimpi buruk membuatnya tiba-tiba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status