Share

Bab 27

Author: Syanin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Aku gak mau bercerai.” Anggara memeluk tubuh Eva. Semakin dipikirkan semakin hatinya tidak rela.

Eva yang baru terusik dan mulai membuka matanya. Mata mengerjap mendengarkan apa yang diungkapkan Anggara beberapa detik yang lalu. Begitu jelas, membuat denyutan tiba-tiba di kepalanya.

Dirinya pura-pura melanjutkan tidur, sebenarnya sudah bangun beberapa menit yang lalu. Hanya penasaran saja, apa yang dilakukan Anggara begitu tidak tenang di kamarnya dan perpindahan kini tidur disampingnya.

“Kenapa? bukannya kamu tidak mengharapkan pernikahan ini? kenapa harus dipertahankan? pernikahan ini sudah tidak sehat lagi.” Eva menggerakkan tubuhnya. Sangat tidak nyaman ketika kontak fisik dengan Anggara.

Anggara melepaskan pelukan. Memiringkan tubuhnya. Pertama kali, entah dirinya tidak merelakan itu terjadi.

“Kenapa harus cerai? kamu mau nikah sama Akbar?” Anggara memutar kembali dengan bertanya. Wajahnya datar, menatap Eva yang tidak membalas begitu enggan tatapan lawan bicaranya.

Tawa kecil
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 28

    Eva mengedarkan matanya ke penjuru kamarnya. Tidak terlihat sosok yang dicarinya menghadirkan senyum tipis di ujung bibirnya. Dengan balutan baju santai, handuk melilit rambut basahnya, ia melangkah menuju meja rias. Beberapa menit berlalu kegiatannya hanya menatap kaca yang menampilkan wajahnya dan separuh tubuhnya. Namun, pikirannya berkelana jauh menatap tampilan ranjang di cermin. Dimana beberapa waktu lalu ada pria yang mengganggu pikirannya.“Pernikahan kita tidak ada kehangatan, semua terasa dingin dan hambar,” lirih Eva pelan. Perlu pertimbangan panjang, masih ada keraguan di hatinya. Apalagi ucapan Anggara tadi, apakah bisa dipercaya atau dipegang? Eva menggeleng pelan.Ketukan pintu terdengar membuyarkan pikiran Eva. Tanpa ia perlu beranjak pintu kamar kini terbuka.“Kakak … Aluna ganggu, gak?”“Ternyata kamu,” ujar Eva mendapati adiknya yang masuk. Dia sempat berpikir Anggara belum juga pergi, tapi ternyata, tidak. Pria itu benar menepati janjinya.“Kakak berpikir siapa?

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 29

    “Jangan hubungi aku lagi.” Anggara menatap datar perempuan berada di rumahnya.Perempuan yang duduk di teras segera menghampiri Anggara senyum mengembang. Mengabaikan kalimat menohok keluar dari mulut Anggara.“Kamu apa kabar? kenapa tidak menghubungi aku lagi?” Perempuan bergaun minim warna marun hampir meraih lengan Anggara. Namun, dalam waktu singkat semua gerakannya hanya tersentuh angin. Anggara bisa menepisnya tepat sasaran, menghindari tanpa saling kontak fisik.“Hubungan kita selesai. Ada apa kamu sampai kesini? begitu sangat berani! apa kurang cukup bayaran kamu, kemarin? Ingat hubunganmu dengan aku tidak lebih dari sekedar uang. Jangan kelewatan!” Anggara menatap tidak suka. Wajahnya mengeras tatapan begitu tajam tidak ada keramahan.“Bukannya kamu kurang perhatian istrimu? aku siap melakukan apapun itu lagi, aku dengar dari Art kamu dan dia gak ada? sekarang kamu tidak pulang bersama jadi ….”“Apa hak kamu sampai sejauh ini. Jangan berharap tinggi hanya karena kamu pernah k

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 30

    “Pagi, Ma.”Anggara menepati janjinya, bahkan sinar matahari belum sepenuhnya terang sudah pria itu muncul menjadi tamu pagi di rumah Mama Dara. Dengan balutan pakaian formalnya jas seperti biasanya. Rambut tertata rapi, tapi penampilannya tidak menutupi kantung mata terlihat jelas menghitam.“Pagi.” Mama Dara yang baru akan ke dapur, tidak bisa menutupi keterkejutannya kedatangan Anggara dipagi kali ini.“Masuk, Nak Anggara. Apa pekerjaan kamu sudah selesai?” tanya Mama Dara basa-basi. Meski sebenarnya hati terkecilnya cukup marah. Tapi sebagai orang tua belum ingin untuk ikut campur. Semua keputusan diserahkan pada Eva.Anggara mau bergerak masuk sesaat terhenti. Pertanyaan Mama Dara begitu terdengar bukan hanya sebuah pertanyaan semata melainkan sindiran untuknya. “Sudah, Ma. Apa Eva sudah bangun?” tanya Anggara melihat kesepian dirumah mertuanya.Anggara melewati malam yang panjang. Entah karena rasa bersalahnya ia tidak mendapatkan tidur nyenyak. Mimpi buruk membuatnya tiba-tiba

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 31

    “Kalau aku berkata akan berubah apa kamu percaya?” Anggara mengatakan dengan serius. Semalam hingga pagi semua bayangan keburukan menghantuinya, seolah emang karma dibayar kontan. Rasa ingin dekat dengan Eva, entah itu perasaan yang muncul saat ini tanpa tahu apa penyebabnya. Ingin Anggara tidak peduli dan abay, tapi tidak bisa.Eva tergelak. Tawa terdengar hambar. Menggeleng melas melihat Anggara saat ini. Bukan Anggara saja, Eva juga merasakan hal sama. Tubuhnya sedikit lebih baik, pusingnya berangsur berbeda meski berhadapan dengan Anggara juga membuatnya pusing.“Tentu tidak. Pertanyaan macam apa itu? seribu kali bertanya mungkin jawabannya sama tetap akan selalu tidak, Garan”“Kenapa? apa tidak ada maaf untukku, Va?” Anggara merendahkan ucapannya. Meski sadar kesalahannya bukan hal kecil, bahkan sangat sengaja.“Bukannya kamu tahu sendiri. Seperti apa yang kamu lakukan.” Eva melepaskan diri dengan mudah. Mendorong pelan Anggara, entah pria itu selalu suka berbicara dengan cara m

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 32

    “Bu, ada kiriman makan siang.” Lucky kembali mengganggu istirahat sesaat yang Eva lakukan.“Apa?” Eva dengan suara melemah bertanya. Wajahnya tidak menunjukkan lebih baik. Masih sama meski sudah satu jam Eva lakukan dengan berusaha untuk istirahat. Tangan sesekali memijat pelipisnya dengan mata terpejam kembali.“Ada kiriman makanan.” Lucky mendekat Eva. Tatapan iba terlihat dari sorot matanya. Eva terlihat tidak baik-baik saja.“Aku tidak memesan dan aku tidak berniat makan, Lucky.” Eva membuka matanya kembali. Kedua matanya tertuju pada bingkisan besar dengan brand restoran ternama.“Bukan dari pesanan ibu, seperti bunga. Dengan nama Gara.” Lucky menatap lagi tulisan tergantung di bagian atas. Dengan warna yang sama, hijau dan nama pengirim juga sama Gara dengan emot gambar hati dua di belakangnya.Lucky semakin penasaran. Namun, tidak bisa mengungkapkan. Segera pria itu meletakkan makanan terasa berat di atas meja. “Sepertinya pria spesial, Bu. Dia tahu Ibu yang tidak enak badan,”

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 33

    Respon Anggara membuat perempuan bertugas sebagai penjaga resepsionis cukup terkejut. Apalagi suara Anggara menggelegar, terdengar begitu terkejut, beberapa pasang mata juga mengalihkan tatapan pada ia dengan raut penasaran.Bukan maksud ikut campur. Eva menyambut tamunya tepat didepan meja resepsionis, tidak salah jika tanpa sengaja perempuan itu mendengarkan keakraban keduanya. Hingga saling bercengkrama pelan begitu sangat akrab, meski yang terdengar hanya panggilan Eyang, selebihnya begitu sangat pelan dan berpikir kerabat terdekat Eva yang baru datang mungkin mengucapkan bela sungkawa.“Maaf apa ada yang salah?” Resepsionis begitu ragu menanyakan itu.“Berapa lama?” tanya Anggara mulai tidak tenang lagi. Wajahnya semakin dingin, auranya seolah menggelap begitu menakutkan.“Sudah berapa lama mereka pergi?” tegasnya menuntut jawaban cepat.Perempuan itu mengangkat tangan kirinya dan melihat jam tangannya. “Belum ada setengah jam,” jelasnya dengan terdengar tidak begitu pasti dideng

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 34

    Eyang Cakra mendongak membenarkan posisi letak kacamatanya. “Jelaskan apa lagi, Anggara?” Anggara menggeram karena suara datar eyangnya. Sudah ia menduga, pasti tidak mungkin mempercepat pengumuman pengalihan posisi CEO tanpa syarat lagi. “Kamu tinggal tanda tangan dan semua akan diurus pengacara sekalian.” Eva yang mendengarkan menyimpulkan sikap Anggara hampir mirip dengan Eyang Cakra ketika marah. Raut muka begitu dengan suaranya yang begitu datar. Membuat ia mengusap lengannya merasakan bulu kuduk mulai berdiri. Merasa mereka dua orang sama dengan usia yang berbeda. “Apanya? tidak akan ada. Kita tidak akan bercerai.” Anggara mengatakan dengan tegas. Suara hingga menggema membuat Eva segera mendongak. “Kenapa kamu tidak berusaha sabar untuk menunggu aku membuktikan? baru satu hari Eva! aku beneran kemarin hanya ….” Anggara mengusap wajahnya kasar menjeda ucapannya. Sangat menyesal, apalagi setelah pertemuan tahunan kegiatan besar. Banyak yang mengincar perempuan yang bers

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 35

    “Apa setelah resepsi kamu beneran akan melepaskan aku?” tanya Eva dengan suara datar. Tatapan lurus tanpa menghiraukkan lagi Anggara.Anggara mendesah pelan. “Mau pulang kemana?” Anggara keluar bersama dengan Eva. Tanpa membalas pertanyaan Eva kembali tentang perceraian. Ingin sekali ia berteriak tidak mau bercerai berulang mengatakan itu.Tentu perdebatan di meja makan sebelumnya terjadi tanpa titik temu. Keluarganya bersikeras menolak karena sadar sikap putranya begitu tidak bisa dikatakan mudah dimanfaatkan. Dirinya sebenarnya malu, tapi kembali lagi Anggara sangat keras kepala.“Kalau memang begitu aku tidak masalah resepsi. Tapi setelah itu talak aku. Aku berniat pisah baik-baik tanpa ada permusuhan Anggara.”Seperti yang dilakukan Anggara. Eva juga mengalihkan pembicaraan tidak menjawab pertanyaan Anggara.Anggara menggeram pelan. Membukakan pintu kemudi terhitung kedua kalinya untuk Eva. Tentu yang pertama saat mengantar Eva ke kantornya tadi. Sama sekali penuh dengan perdebata

Latest chapter

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 77

    “Bagaimana kerja kamu hari ini?” Anggara dengan balutan baju tidur keluar dari kamar mandi. Langkahnya pelan menghampiri Eva yang sibuk dengan ponselnya.Kedua pasangan menginap di rumah Mama Dara tentu Aluna berhenti berdebat karena suara rendah Mama Dara. Entah perempuan muda masih belum menerima kenyataan kakaknya yang disakiti, atau mungkin karena sesama perempuan dengan ego tinggi merasa tidak terima dengan perlakuan Anggara dengan mudah mendapatkan maaf kakaknya.Eva mendongak kepalanya dengan cepat. Beberapa saat aktivitasnya terhenti ketika mendengarkan pertanyaan Anggara. Bukan merasa aneh, lebih tepatnya kenapa Anggara perlu bertanya, merasa tidak biasa.“Kamu tanya?” balas Eva dengan nada malas.Anggara segera duduk di sofa kosong tepat di sebelah Eva. Anggukan kepala Eva lakukan, kemudian membalas tatapan Eva dengan sorot mata menunggu jawaban dari Eva.“Bukannya laporan Sarah tidak telat, bukan?” balas Eva dengan nada sindiran, “kurang kerjaan banget ada Sarah.”“Kamu bis

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 76

    “Mama ….” Eva memeluk Mama Dara. Pelukan begitu erat seakan lama tidak bertemu.“Sudah mulai bekerja lagi?” Mama Dara membalas pelukan dengan lembut. Tatapan beralih pada kedatangan putri sulungnya yang tidak sendiri, ada David dan perempuan yang baru ditemuinya.“Baru hari ini, Ma.” Eva melepaskan pelukan dengan pelan.“Kenapa David tidak bercerita?” Kedua mata Mama Dara menatap David, kemudian bergerak cepat beralih menatap Sarah hari ini hanya punya kerjaan satu hari penuh tidak menjauh meninggalkan Eva.“David juga baru tahu, Ma.” David mengatakan tanpa ekspresi seperti biasanya.“Sore, Tante.” Sarah menyadari tatapan Mama Dara segera mengulurkan tangannya. Tersenyum dengan sopan santun.“Sore, Sayang. Ini siapa? Mama baru lihat. Pacar kamu David?” Mama Dara tertawa seraya menatap anak laki-laki dengan gelengan kepala.David nampak terhenyak beberapa saat karena terkejut tuduhan tiba-tiba Mama Dara, sementara Eva sudah duduk di sofa.“Tidak menyangka sekali, ini sangat peningkatan

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 75

    Eva menatap bingung dengan kelakuan Anggara. Masih dengan wajah tidak mengerti ucapan terakhirnya, lebih tepatnya di saat ini merasakan jantungnya terpompa lebih cepat karena tindakan Anggara yang menciumnya di depan David. Meski pria terlihat datar tidak peduli tetap Eva tidak merasa biasa.“Ibu ukuran sandalnya berapa?” Sarah bertanya dengan pelan ketika Anggara sepenuhnya tidak terlihat lagi. Suaranya terdengar memburu sepertinya tadi cukup menguras tenaganya membawa barang brand tidak hanya satu, melainkan cukup memenuhi kedua tangannya.Eva segera tertarik dari lamunannya sekilas hanyut jauh menatap Anggara yang keluar ruangannya. Langkahnya begitu nampak terburu-buru, bahkan mengabaikan sekertarisnya Sarah yang masih tertinggal.“Tiga sembilan, kenapa?” kata Eva menatap Sarah mulai mengeluarkan sandal-sandal yang dibawanya.“Syukurlah.” Sarah membuang napasnya lega.“Kenapa?” Eva masih belum mencerna.“Mau minum dulu?" David menyerahkan air mineral. Tidak menunggu Sarah menerim

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 74

    “Davit, kapan kamu datang?” Eva tidak kuasa untuk langsung menghamburkan memeluk adiknya.Davit segera membalasnya, memeluk dengan wajah cuek, datar, senyum sekilas tampak sedikit langsung lenyap dalam hitungan beberapa detik.“Apa sekolah kamu selesai? ada agenda apa pulang? kenapa tidak ngabarin?” Eva melepaskan pelukan. Pertanyaan muncul dengan beruntun dan berbicara terdengar sangat cepat.“Dua hari yang lalu. Hampir selesai, doakan segera selesai.” David melenggang menuju sofa. Dimana Anggara yang menyaksikan adegan pelukan itu dengan rasa dongkol dan cemburu karena ia tidak seluassa dan sebebas Davit memeluk Eva yang tampak mesra.Eva segera mengikuti. Masih mengenakan sandal bulu miliknya. “Kenapa tidak ngasih kabar. Kamu baik-baik saja, bukan?”Davit hanya membalas dengan anggukan sekali. Kemudian tatapannya menoleh teralih menatap Anggara. “Kak Angga, aku sudah kirim email. Aplikasi baru milik Kakak luar biasa.”Eva mengerutkan dahinya. Apalagi respon Anggara terlihat mengang

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 73

    Eva menatap tampilannya saat ini. Entah sudah tidak terhitung berapa kali dia melihat tampilannya kini, hingga sampai di kantor semakin membuat Eva memelankan langkahnya setelah menyadari tatapan tidak biasa para karyawan sejak keluar mobil.Ekor matanya melirik Anggara tidak melepaskan belitan tangan menggenggam tangannya sejak keluar mobil. Pria yang terkenal, sombong, arogan dan bermulut pedas tanpa ekspresi melangkah satu langkah lebih dulu dari langkahnya.“Ada apa? apa merasakan sakit?” tanyanya sangat jelas terdengar. Semakin membuat suara bisik-bisik dan perhatian karyawan tertuju pada Eva dan Anggara.Eva menggeleng pelan. Merapatkan langkahnya mendekati Anggara. “Tampilanku jelek banget? mereka melihat terus.”“Mereka punya mata.”Anggara mengatakan dengan santai. Menoleh sekilas dan mata mengedarkan ke sekitar menurutnya hal biasa.“Bukan itu,” kesal Eva.“Kamu seksi dan cantik, Sayang. Jangan lupakan kalau suami kamu cukup sangat tampan, jadi biasakan seperti ini.”Eva lant

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 72

    “Duduk dulu. Tunggu sebentar.” Anggara datang dengan kursi meja rias. Wajahnya tampak sangat datar tidak terbaca. Suara tidak sekeras sebelumnya, terdengar merendah penuh penekanan seperti menahan amarahnya.Eva masih tidak mengerti menautkan alisnya. Tangan kanan masih memegang handle pintu yang belum terbuka sepenuhnya.“Duduk, jangan kemana-mana.” Anggara mengatakan tegas. Menarik Eva dan mendudukkannya pelan.Eva tidak bisa mengelak banyak. Apalagi gerakan Anggara kali ini. Kemudian nampak pria itu mulai berlari menuju walk in closet dengan langkah cepat terburu-buru.“Apasih? gak jelas.” Eva mengatakan dengan kesal. “Aku tidak tuli,” geramnya mengingat tidak terima atas suara keras Anggara yang terkejut, tapi di terima Eva seperti bentakan perintah.“Ganti sepatu kamu.” Anggara datang dengan sandal rumahan milik Eva. Sandal berbulu imut tanpa hak yang dibelikan Bunda Zia, beberapa waktu lalu. Sandal trepes satu-satunya miliknya.“Apa!” Eva memekik kaget. Menatap sepatu berhak tid

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 71

    “Kamu mau kemana? kenapa sudah cantik sekali?” Anggara menatap Eva. Tubuhnya mulai terlihat lebih berisi, meski setiap malam selalu mual-mual hingga muntah parah.Bila kebanyakan ibu hamil merasakan morning sick parah setelah bangun pagi, beda dengan Eva lebih sering mual di malam hari di dua Minggu terlahir ini.Eva melanjutkan menyisir rambutnya. Menatap Anggara dengan balutan pakaian olahraga dari kaca riasnya. Dokter kandungan sudah mengatakan janinnya sudah kuat, bahkan Eva tidak mengalami flek lagi. Bisa dikatakan dua Minggu hampir tiga minggu diperlakukan Anggara seperti orang lumpuh berhasil membuat kehamilannya aman, atau bisa dikatakan emang bayi tanpa rencana yang hidup di rahimnya memilihnya untuk jadi ibu.“Ke kantor. Lama gak ke kantor.” Eva mengatakan dengan tenang. Masih melanjutkan merapikan ribut dan mengaplikasikan skincare ke wajahnya.“Apa!” Anggara tampak terkejut. Keringat terlihat menetes di wajahnya, rambut tampak lembab. Langkahnya segera berayun cepat mendek

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 70

    “Semua sudah aku urus. Berkas perceraian yang naik sudah aku tarik. Pengalihan sudah tidak jelas semua harta akan berpindah pada kamu dan anak kita.” Anggara kembali dengan kertas di tangannya. Suaranya terdengar tenang, tapi beda dengan Eva sangat penasaran apa yang dimaksud atas apa yang Anggara katakan.“Maksudnya?” Eva menautkan alisnya. Ponselnya sudah diabaikan dan fokusnya pada Anggara.“Kamu bisa baca sendiri.” Anggara tersenyum tipis. Menyerahkan kertas pengalihan harta yang baru diterimanya tidak lama. Bahkan pengesahannya tepat saat Eva masuk ke rumah sakit, itu artinya saat peresmian sekaligus pesta pernikahan yang berakhir dengan berita kehamilan. Dan saat ini tepatnya kemarin semua berubah isinya.Eva menerima dan setiap kata tertulis, angka hingga huruf tidak lepas dari kedua mata Eva. Ia butuh dua kali untuk membaca untuk menyakinkan semua, meski kenyataannya isinya sangat jelas dan sebenarnya bukan pertama kalinya membaca meski dengan konsep dan isi yang berbeda berb

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 69

    Eva melototkan matanya. Perasaan baru beberapa hari tidak memegang ponsel dan yang terjadi sangat luar biasa. Berita tentang pernikahan menjadi trending, begitu juga kehamilannya menduga karena tragedi saat resepsi dan dibenarkan oleh Anggara. Bahkan di akun media sosialnya biasanya sepi saat ini sangat ramai sekali.“Apa-apaan ini?” Eva sampai tidak berkedip. Notifikasi tidak berhenti ketika ponselnya mulai menyala. Bagaimana bisa akunnya di temui oleh orang-orang. Bahkan karyawannya banyak yang tidak tahu jadi sekarang tahu. Apalagi komentar yang bermunculan tidak berhenti.“Astaga! dia banyak idola!” Eva menggeleng melihat tag dirinya dengan Anggara.“Dia milikku!” lirih Eva dengan muka mulai serius. Dahi berkerut dengan alis terangkat.“Apa maksudnya? akun tidak jelas!” Eva mengatakan dengan pelan. Dua kata aneh dengan tanda seru tidak hanya sekali begitu banyak dibaca berulang-ulang oleh Eva. Belum lagi akun tidak ada nama yang jelas pemiliknya bisa dikatakan akun palsu.Guratan

DMCA.com Protection Status