Home / CEO / Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan: Chapter 31 - Chapter 40

77 Chapters

Bab 31

“Kalau aku berkata akan berubah apa kamu percaya?” Anggara mengatakan dengan serius. Semalam hingga pagi semua bayangan keburukan menghantuinya, seolah emang karma dibayar kontan. Rasa ingin dekat dengan Eva, entah itu perasaan yang muncul saat ini tanpa tahu apa penyebabnya. Ingin Anggara tidak peduli dan abay, tapi tidak bisa.Eva tergelak. Tawa terdengar hambar. Menggeleng melas melihat Anggara saat ini. Bukan Anggara saja, Eva juga merasakan hal sama. Tubuhnya sedikit lebih baik, pusingnya berangsur berbeda meski berhadapan dengan Anggara juga membuatnya pusing.“Tentu tidak. Pertanyaan macam apa itu? seribu kali bertanya mungkin jawabannya sama tetap akan selalu tidak, Garan”“Kenapa? apa tidak ada maaf untukku, Va?” Anggara merendahkan ucapannya. Meski sadar kesalahannya bukan hal kecil, bahkan sangat sengaja.“Bukannya kamu tahu sendiri. Seperti apa yang kamu lakukan.” Eva melepaskan diri dengan mudah. Mendorong pelan Anggara, entah pria itu selalu suka berbicara dengan cara m
Read more

Bab 32

“Bu, ada kiriman makan siang.” Lucky kembali mengganggu istirahat sesaat yang Eva lakukan.“Apa?” Eva dengan suara melemah bertanya. Wajahnya tidak menunjukkan lebih baik. Masih sama meski sudah satu jam Eva lakukan dengan berusaha untuk istirahat. Tangan sesekali memijat pelipisnya dengan mata terpejam kembali.“Ada kiriman makanan.” Lucky mendekat Eva. Tatapan iba terlihat dari sorot matanya. Eva terlihat tidak baik-baik saja.“Aku tidak memesan dan aku tidak berniat makan, Lucky.” Eva membuka matanya kembali. Kedua matanya tertuju pada bingkisan besar dengan brand restoran ternama.“Bukan dari pesanan ibu, seperti bunga. Dengan nama Gara.” Lucky menatap lagi tulisan tergantung di bagian atas. Dengan warna yang sama, hijau dan nama pengirim juga sama Gara dengan emot gambar hati dua di belakangnya.Lucky semakin penasaran. Namun, tidak bisa mengungkapkan. Segera pria itu meletakkan makanan terasa berat di atas meja. “Sepertinya pria spesial, Bu. Dia tahu Ibu yang tidak enak badan,”
Read more

Bab 33

Respon Anggara membuat perempuan bertugas sebagai penjaga resepsionis cukup terkejut. Apalagi suara Anggara menggelegar, terdengar begitu terkejut, beberapa pasang mata juga mengalihkan tatapan pada ia dengan raut penasaran.Bukan maksud ikut campur. Eva menyambut tamunya tepat didepan meja resepsionis, tidak salah jika tanpa sengaja perempuan itu mendengarkan keakraban keduanya. Hingga saling bercengkrama pelan begitu sangat akrab, meski yang terdengar hanya panggilan Eyang, selebihnya begitu sangat pelan dan berpikir kerabat terdekat Eva yang baru datang mungkin mengucapkan bela sungkawa.“Maaf apa ada yang salah?” Resepsionis begitu ragu menanyakan itu.“Berapa lama?” tanya Anggara mulai tidak tenang lagi. Wajahnya semakin dingin, auranya seolah menggelap begitu menakutkan.“Sudah berapa lama mereka pergi?” tegasnya menuntut jawaban cepat.Perempuan itu mengangkat tangan kirinya dan melihat jam tangannya. “Belum ada setengah jam,” jelasnya dengan terdengar tidak begitu pasti dideng
Read more

Bab 34

Eyang Cakra mendongak membenarkan posisi letak kacamatanya. “Jelaskan apa lagi, Anggara?” Anggara menggeram karena suara datar eyangnya. Sudah ia menduga, pasti tidak mungkin mempercepat pengumuman pengalihan posisi CEO tanpa syarat lagi. “Kamu tinggal tanda tangan dan semua akan diurus pengacara sekalian.” Eva yang mendengarkan menyimpulkan sikap Anggara hampir mirip dengan Eyang Cakra ketika marah. Raut muka begitu dengan suaranya yang begitu datar. Membuat ia mengusap lengannya merasakan bulu kuduk mulai berdiri. Merasa mereka dua orang sama dengan usia yang berbeda. “Apanya? tidak akan ada. Kita tidak akan bercerai.” Anggara mengatakan dengan tegas. Suara hingga menggema membuat Eva segera mendongak. “Kenapa kamu tidak berusaha sabar untuk menunggu aku membuktikan? baru satu hari Eva! aku beneran kemarin hanya ….” Anggara mengusap wajahnya kasar menjeda ucapannya. Sangat menyesal, apalagi setelah pertemuan tahunan kegiatan besar. Banyak yang mengincar perempuan yang bers
Read more

Bab 35

“Apa setelah resepsi kamu beneran akan melepaskan aku?” tanya Eva dengan suara datar. Tatapan lurus tanpa menghiraukkan lagi Anggara.Anggara mendesah pelan. “Mau pulang kemana?” Anggara keluar bersama dengan Eva. Tanpa membalas pertanyaan Eva kembali tentang perceraian. Ingin sekali ia berteriak tidak mau bercerai berulang mengatakan itu.Tentu perdebatan di meja makan sebelumnya terjadi tanpa titik temu. Keluarganya bersikeras menolak karena sadar sikap putranya begitu tidak bisa dikatakan mudah dimanfaatkan. Dirinya sebenarnya malu, tapi kembali lagi Anggara sangat keras kepala.“Kalau memang begitu aku tidak masalah resepsi. Tapi setelah itu talak aku. Aku berniat pisah baik-baik tanpa ada permusuhan Anggara.”Seperti yang dilakukan Anggara. Eva juga mengalihkan pembicaraan tidak menjawab pertanyaan Anggara.Anggara menggeram pelan. Membukakan pintu kemudi terhitung kedua kalinya untuk Eva. Tentu yang pertama saat mengantar Eva ke kantornya tadi. Sama sekali penuh dengan perdebata
Read more

Bab 36

“Kakak sudah pulang, Ma.” Aluna yang tidak sabar menyambut kedatangan Eva.Baru masuk pintu utama Eva disambut suara adiknya. Terdengar ceria dan antusias, meski terlihat hanya sesaat karena Eva tahu Anggara berjalan di belakangnya.“Aluna pikir Kakak sendirian, kenapa tidak bisa dihubungi?” protes Aluna dengan nada tidak suka.“Assalamualaikum.” Eva mengucapkan salam. Mengabaikan pertanyaan adiknya dengan tatapan tidak suka terus tertuju pada Anggara.Eva berjalan menghampiri Mama Dara lebih dulu. Mengecup dahi dan meraih tangan terasa hangat untuk bersalaman dengan sopan dan hikmat.“Waalaikumsalam,” balas Mama Dara tersenyum. Sentuhan sapuan lembut terusap di puncak kepala Eva. Begitu nyaman dan entah Eva selalu menyukai perlakuan mamanya itu.“Sudah makan, Kak?” Mama Dara menatap putri bungsunya lekat-leket. Kemudian tangannya teralih bergantian karena uluran tangan Anggara selepas Eva bergeser duduk disebelahnya.“Sudah, Ma. Tadi ketemu Eyang dan menyempatkan makan sama Bunda Zia
Read more

Bab 37

Mama Dara tidak bisa menyembunyikan dari keterkejutannya. Walau sebelumnya sudah menebak apa yang akan dibicarakan Anggara, tetap tidak percaya hingga Anggara terdengar menangis bersimpuh di kakinya.“Bangunlah, Anggara. Kamu kenapa seperti ini?” Mama Dara masih seperti sebelumnya, pura-pura tidak mengerti dan lebih tepatnya tidak mau ikut campur terlalu dalam ruang tangga anaknya meski sudah seharusnya dikatakan sangat fatal.“Maafkan Anggara, Ma.”“Anggara salah, hukum saja Anggara, jangan seperti ini.”Anggara pertama kali menurunkan egonya didepan mertuanya, begitu merendah semakin sadar salah besarnya. Foto yang berjejer rapi, tulisan kecil di ujung pigura sebagai keterangan menggambarkan sosok bahwa Eva cukup dicintai oleh keluarganya. Merasa hatinya tercubit bahkan terasa teriris belati sangat tajam karena perlakuannya atas tidak suka keputusan Eva yang begitu cepat.Mama Dara menarik napas dan mengeluarkan dengan kasar. Beberapa melakukan itu dengan tatapan menatap Anggara mas
Read more

Bab 38

“Harus banget semua itu?” Eva sebenarnya masih belum bisa menerima.Anggara mengangguk lemah. “Iya, anggap saja salam perpisahan. Setidaknya kalau kamu tidak ingin bersama lagi, ada kenangan indah diantara kita.”Anggara akan berusaha untuk semaksimal mungkin. Untuk hasilnya ia akan berpikir lagi untuk mendapatkan perempuan didepannya ini.Eva dibuat kembali termenung. Bukan sebuah yang permintaan sulit sebenarnya, tapi bila dilakukan semua menjadi sangat rumit. Harusnya tinggal ketuk palu dan selesai, tapi ini apa? Anggara yang awalnya menolak go publik dan sekarang seperti ini. Bahkan dirinya tidak menuntut satu persen apapun selain berhubungan dengan baik.“Lakukan saja, seperti biasa kamu tidak mudah untuk di tolak. Tapi aku minta satu hal untuk tidak ada kontak fisik atau pemerkosaan,” balas Eva dengan satu kata terakhir pelan dan penuh penekanan.Anggara mendesah pelan. Tahu maksud Eva pasti tertuju pada kelakuan bejatnya.“Maafkan aku. Saat pertama itu memang aku pengaruh minu
Read more

Bab 39

Eva beranjak dari tidurnya. Kepala menoleh di sampingnya, kosong tidak ada. Melihat ke sisi sofa terlihat Anggara dengan tidak nyaman tertidur di sofa terlihat sangat tidak tenang. Tidur tanpa selimut dengan sofa yang tidak bisa menampung tubuh tegapnya. Pria itu melakukan sesuai dengan perjanjiannya.“Kenapa aku tidak bisa tega?” guman Eva bergeming, “tapi kenapa dia dulu begitu cuek aku tidur hingga leherku sakit ketika bangun.”Eva tidak melupakan kejadian itu. Bahkan setiap perlakuan Anggara begitu tersimpan dalam memorinya seakan tidak mampu untuk di hapus dengan mudah.Tubuh kembali berbaring. Memunggungi Anggara yang terlihat tidur di sofa dengan mata terpejam. Berusaha abai dan tidak peduli lagi. Namun, beberapa menit berlalu kantuknya seolah hilang. Ada perasaan kasihan.“Akhirnya aku tidak bisa tidak peduli.” Eva meletakkan selimut menutupi Anggara dengan pelan. Setidaknya perempuan itu perlu merasa tenang, sedikit menyesal antara lega melakukan dan takut Anggara berpikir ja
Read more

Bab 40

“Kita sepertinya akan melakukan prewedding dulu. Kamu ada keinginan dimana atau ada tempat khusus. Luar atau dalam negeri, sambil cari gedung yang cocok dan konsep yangclain.” Anggara menoleh ke Eva. Meski ditanggapi acuh, pria yang biasanya tidak peduli dan acuh kini terdengar cerewet.Eva berwajah murung. Bahkan ketika sarapan dia tidak mengeluarkan sepatah kata, apalagi menolak tindakan Anggara untuk mengantarkan seperti sekarang. Rasanya percuma, perkara baju olahraga Anggara sungguh sangat berlebihan, Eva tidak biasa dengan perubahan Anggara begitu tiga ratus enam puluh derajat sangat berbeda.“Minggu ini bisa? atau kamu senggangnya kapan?” Anggara melupakan momen yang ia inginkan. Bahkan seharusnya besok peresmian itu terjadi dan membuat pria itu semakin sibuk.Eva membuang napasnya kasar. Semakin didiamkan semakin menjadi.“Kamu yakin ini?”“Kenapa tidak. Kita urus bersama, pilih sesuai impian pesta pernikahan idaman kamu.”“Aku gak ada impian apapun, Gara. Bukannya besok kamu
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status