“Akbar memang perlu kacamata,” guman Anggara. Tatapan datar tidak lepas pada penampilan Eva kini.Kedua mata memindai, wajah Eva tidak ada yang berubah. Wajah tanpa polesan, rambut yang terlihat acak-acakan, dengan baju tidur lengan panjang kebesaran yang Eva kenakan. Mengingat perkataan Akbar membuat Anggara berdecak dengan gelengan kepala malas.Mengabaikan posisi tidur Eva yang terduduk di sofa dengan berkas dan laptop di depannya. Anggara segera beranjak, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Lelah dan lengket dia rasakan rasanya segera harus ke kamar mandi menyiram seluruh tubuhnya.Keluar kamar mandi, masih sama. Anggara masih melihat Eva, meski dengan posisi berbeda. Dengan bahu terangkat, minimnya rasa simpati, Anggara meraih baju tidurnya dan lagi-lagi mengabaikan posisi tidak nyaman Eva.Memang pernikahan mereka ada karena keterpaksaan. Di hati, Anggara tidak terbesit untuk menjalani serius. Baginya keluarganya menganggap Eva menantunya lebih dari cukup, tidak dengan d
Baca selengkapnya