Semua Bab Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku : Bab 1 - Bab 10

145 Bab

Tangisan Bayiku

Bab 1 Tangisan Bayiku Suara tangisan itu begitu keras, terdengar hingga radius puluhan meter, saat aku keluar dari taksi dan pertama kali menginjakkan kaki di ujung halaman rumah. Aku segera mempercepat langkahku seraya menyeret travel bag. Perasaanku campur aduk."Keisha!"Aku menggeletakkan travel bag itu begitu saja, lalu berlari ke arah kasur, dimana putri kecilku menangis. Gegas kuangkat tubuh mungil itu.Wajahnya terlihat memerah. Dan ketika kuraba dahinya, ada hawa panas menyergap."Cup cup cup, sudah ya, Nak. Ini Mama, Sayang. Mama sudah pulang. Maaf ya, Mama udah tiga hari ninggalin kamu sama Papa...." Aku menepuk-nepuk bagian belakang tubuh Keisha dengan lembut.Namun, itu tak cukup menenangkan bayiku. Malah tangisnya kian keras. Tubuh mungilnya menggeliat dalam gendonganku.Ada apa ini? Kenapa Keisha sampai menangis kejar sendirian? Mana mas Gilang?Pertanyaan demi pertanyaan berseliweran di benakku. Namun segera aku abaikan. Sembari menggendong Keisha, aku berjalan menuju
Baca selengkapnya

Sejak Kapan Kamu Selingkuh, Mas?

Bab 2 Sejak Kapan Kamu Selingkuh, Mas? "Mas Gilang?!" Suaraku bergetar. Tanpa bisa kutahan tubuhku luruh ke lantai. Beruntung Keisha begitu erat dalam dekapanku, sehingga tubuhnya tidak bergeser sedikitpun, meski tubuhku terduduk di lantai keramik yang dingin. "Tega sekali kamu, Mas. Mengapa kamu bercinta dengan wanita lain? Sejak kapan kamu selingkuh, Mas?" Suaraku tiba-tiba saja serak lantaran butiran air mata yang lolos dari sudut mataku. Mas Gilang bangkit dan melepaskan penyatuannya dari wanita itu. Masih dengan tubuh tanpa sehelai benang pun, pria itu menghampiriku kemudian berjongkok. "Kamu sudah datang, Kayla? Baguslah! Dengan begitu, aku tidak perlu lagi mengurus Keisha. Kamu ini ya, kerjanya merepotkan suami. Sudah tahu punya bayi, masih maksa-maksa ikut reuni juga. Mending jika ada duitnya, ini malah buang-buang ongkos...." Ekspresi bicaranya sangat dingin dan datar. "Mas!" pekikku tertahan. Netraku seketika tertuju pada sosok wanita yang juga masih tanpa busana. Wani
Baca selengkapnya

Mari Kita Bercerai, Mas

Bab 3Mari Kita Bercerai, MasTak ada lagi rasa sakit atas kalimat yang barusan meluncur dari mulut suamiku. Mungkin karena aku sudah terlanjur kecewa dengan semua pengkhianatan ini. Aku yang sudab terlanjur menantangnya dan aku harus siap dengan semua konsekuensinya.Lagi pula, siapa sudi menerima barang bekas?Lelaki yang sudah berkhianat, tak ubahnya seperti barang bekas yang seharusnya dimasukkan ke dalam tong sampah!"Mari kita bercerai, Mas! Kalau kamu menganggap aku sebagai wanita yang membosankan, baiklah. Aku rasa semuanya sudah final." Aku membawa tubuhku bergerak menuju pintu keluar dan segera keluar dari tempat itu.Tujuanku adalah kamar tidur utama yang biasa ditempati oleh mertuaku. Bukankah sekarang kami sudah bercerai? Ibu mertuaku dan adik perempuan Mas Gilang sudah tidak pantas lagi untuk tinggal di rumah ini.Aku bermaksud untuk membereskan barang-barang di sana. Sementara untuk Mas Gilang, pastinya dia masih punya tangan dan kaki untuk membereskan sendiri barang-ba
Baca selengkapnya

Suami Zalim?

Bab 4 Suami Zalim? Icha menyambut kedatanganku dengan wajah keruh. Mungkin dia sudah menebak kedatanganku kali ini pasti dengan membawa masalah. Pasti terlihat jelas dari penampilanku yang kusut dengan travel bag dan buntalan yang berada di tangan kanan dan kiriku, sementara Keisha melekat erat dalam gendonganku. "Masuk dulu, Kayla. Kamu butuh tempat untuk membaringkan Keisha," ujar Icha yang lantas menggiringku ke kamar Gian, putranya yang baru berumur setahun. Aku hanya mengangguk lemah. Icha merebut travel bag dan buntalan kain dari tanganku, yang membuat bebanku seketika lebih ringan. kami melangkah beriringan masuk kamar Giant. Kamar bayi yang cukup luas. Di samping tempat tidur bayi, ada juga tempat tidur berukuran besar yang biasanya digunakan Icha untuk menyusui bayinya. Sahabatku itu sangat beruntung, karena ASI-nya mengalir cukup lancar, sehingga bisa memberikan ASI eksklusif, berbeda dengan diriku yang harus berurusan dengan susu formula. Berhubung tidak membawa stok s
Baca selengkapnya

Bekerja Di Cafe

Bab 5Bekerja Di Cafe"Kamu yakin mau kerja di cafe, Kay?" tanya pria itu padaku. Dicky menatapku lurus sembari menaikturunkan alisnya tanda keheranan. Lewat Icha, tentu saja dia tahu apa pekerjaanku sekarang."Aku hanya ingin punya penghasilan tetap, Mas. Penghasilan sebagai pembuat konten cerita itu tidak menentu. Ya, kalau performa ceritanya naik terus. Kalau jeblok, ya wassalam." Aku mengakhiri kalimat sembari tersenyum kecut. Dicky dan Icha tidak perlu tahu bagaimana sebenarnya lika-liku pembuat konten cerita sepertiku. Sekarang aku boleh dikatakan beruntung, karena beberapa novelku yang booming di beberapa aplikasi sekaligus, sehingga bisa meraih penghasilan yang cukup lumayan. Namun semua itu tidak menjamin. Salah satu novelku bahkan ada yang performanya jeblok dan sama sekali tidak mendapat penghasilan. Jadi semuanya bergantung pada banyaknya pembaca."Tapi sampai saat ini penghasilan kamu setiap bulan kan lumayan?" kejar Dicky. Dia melirik istrinya sekilas. Icha hanya memuta
Baca selengkapnya

Kepergok Mantan Mertua

Bab 6Kepergok Mantan MertuaTingkah Keisha benar-benar menggemaskan. Dia bahkan menatap tanpa berkedip punggung lelaki tinggi besar itu yang dengan segera menjauh menghampiri teman-temannya. Aku mengusap pipi Keisha sekilas, lalu kembali fokus dengan pekerjaanku. Ada beberapa orang pengunjung yang tengah antre untuk membayar. Aku berusaha melakukan pekerjaanku sebaik mungkin, meski sebenarnya masih ingin nenowel-nowel pipi Keisha. Putriku penyemangatku. Kehadirannya membuatku semangat dalam hidup, meski papanya sudah menyakitiku, bahkan juga keluarganya.Hari masih sore. Cafe ini biasa tutup pukul 10.00 malam. Namun mas Dicky memberikan keringanan kepadaku agar aku pulang jam 09.00 malam, karena dia tahu jika aku memiliki bayi dan tidak mungkin pulang larut malam.Terkadang Icha datang menjemputku, lalu mengantarku pulang. Tapi lebih sering aku pulang sendiri dengan menggunakan motor pinjaman dari mas Dicky. Tidak enak merepotkan Icha terus-menerus. Aku cukup tahu diri. Aku berteman
Baca selengkapnya

Terusir

Bab 7TerusirUcapan ibu mertuaku benar-benar keterlaluan Mas Ibra bahkan sampai melotot dengan wajah yang merah padam. Tentu saja pria itu tersinggung. Betapa tidak? Dia hanya seorang pria yang dengan tulus mengantarku pulang, ingin menolongku dengan Keisha, supaya kami bisa selamat sampai di rumah tanpa harus kehujanan. Akan tetapi malah dituduh sebagai pria hidung belang"Kenapa Mama selalu berpikiran buruk tentangku? Jika aku memang memiliki pakaian bagus dan semua yang Mama katakan itu, di mana salahku? Bukannya Mama sendiri tahu berapa uang yang diberikan Mas Gilang kepadaku?!" sambutku dengan menekan intonasi suaraku supaya selembut mungkin. "Bukankah wajar jika aku mengeluh kekurangan uang? Gaji Mas Gilang itu berkali-kali lipat dibandingkan dengan uang yang diberikan Mas Gilang setiap bulan kepadaku. Semua orang juga tahu siapa yang paling banyak menggunakan uang gaji Mas Gilang!" ujarku lagi. Sekalian saja aku buka-bukaan soal kebobrokan ibu dan anak itu, biar semua orang
Baca selengkapnya

Berbagilah Denganku

Bab 8Berbagilah Denganku"Please, sudah ya menangisnya. Aku benar-benar minta maaf, Kay. Aku nggak nyangka kejadiannya jadi kayak gini." Terlihat sekali Mas Ibra nampak kebingungan. Dia mengeluarkan sapu tangan dari saku kemejanya yang dengan segera kuterima untuk menyapu air mataku. Kami sekarang sudah berada di parkiran sebuah hotel. Aku membaca dengan jelas lewat papan nama yang sangat besar.ALMEERA HOTELSelintas aku pernah mendengar hotel itu dan tidak menyangka jika hotel itu begitu luar biasa. Bangunan besar dan megah kini tepat berada di hadapanku. Hotel yang selalu penuh dengan pengunjung, meski harga yang dibanderol selangit, karena dibarengi dengan pelayanan yang memuaskan."Aku juga nggak menyangka Mama Kumala bisa muncul di tempatku yang baru. Sekarang Mas paham, kan, kenapa aku begitu berat menerima tawaran Mas?" ucapku lirih. Aku mengembalikan sapu tangan mas Ibra, tetapi pria itu menolak dengan tegas.Sebenarnya aku ingin sekali marah dan menyalahkan pria itu, tetapi
Baca selengkapnya

Tanggung Jawab

Bab 9Tanggung Jawab "Aku sudah bilang sama bos kamu agar hari ini izin tidak masuk kerja, karena harus mencari tempat tinggal baru," ucap Mas Ibra membuka pembicaraan setelah keheningan tercipta selama sekian menit kami berdua di dalam mobil ini."Benarkah?" Aku menoleh ke samping. Sama sekali tidak terpikir di benakku untuk menghubungi Icha ataupun Mas Dicky. Tadi malam aku benar-benar kalut."Ya. Aku sudah menghubungi Mas Dicky tadi malam. Jadi jangan khawatir ya."Mobil yang dikemudikan oleh Mas Ibra akhirnya berhenti di halaman sebuah rumah mungil bertipe minimalis."Nah, kita sudah sampai. Ini tempat tinggalmu sekarang. Lingkungan di sekitar sini pun juga lebih baik. Kamu bisa lihat sendiri." Pria itu membukakan pintu mobil, lalu memintaku keluar.Aku menatap sekeliling tempat ini. Saking asyiknya melamun, aku sampai tidak menyadari jika kini aku tengah berada di sebuah kompleks perumahan."Lingkungan sekitar sini orang-orangnya acuh tak acuh, tapi itu lebih baik daripada tempa
Baca selengkapnya

Perhatian Khusus

Bab 10Perhatian KhususDia tidak mungkin memberitahu Kayla secepat ini atau Kayla akan lari darinya. Dari awal Ibra tertarik dengan Kayla karena paketnya. Bayi mungil bernama Keisha itu begitu menggemaskan. Dia bahkan ingin mengadopsinya andai boleh. Tapi tentu saja tidak boleh. Kayla pasti tidak akan merelakan bayinya untuk diasuh oleh siapapun. Jalan satu-satunya untuk bisa menjadi ayah Keisha adalah menikahi ibunya. Pria itu tersenyum samar, lalu bangkit dari kursi kebesarannya, keluar dari ruang rapat itu. Ya, Ibra keluar paling akhir bersama dengan Evan. "Kenapa Tuan tidak menempatkan Nona Kayla di ruangan terbaik kita di hotel ini?" usik Evan. Saat ini mereka telah berpindah masuk ke dalam ruang kerja Ibra."Karena aku tidak mau membuat wanita itu curiga. Dia belum boleh tahu siapa sebenarnya aku, Evan.""Tapi seandainya Nona Kayla tahu siapa Tuan, pasti dia akan senang sekali karena disukai oleh lelaki sehebat Tuan," sahut Evan.Namun Ibra justru menggeleng."Jika wanita lai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status