“Ini adalah suami saya, Pak,” ucap Qizha ambil menunjuk gambar di hp nya.“Ooh… Jadi itu suaminya Mbak? Kemungkinan nanti sore dia kembali kemari lagi. Soalnya biasanya begitu.”“Apa dia nggak bilang mau kemana setiap dia pergi, Pak?” tanya Qizha.“Tidak. Saya Cuma tanya kerja dimana, dia bilang tidak bekerja karena pengangguran. Jadi ya saya pikir dia mencari pekerjaan.”“Baiklah. Aku akan tunggu di sini sampai sore nanti.”“Tunggu saja di rumah. Ayo, kerumah! Istri saya ada di rumah kok,” tawar bapak itu dengan ramah.Qizha menggeleng. “Saya di sini saja, Pak.”Bapak itu terlalu baik, dia bahkan tidak mau mencari tahu alasan apa yang membuat Qasam pergi dari rumah. Tidak ada rasa kepo yang membuatnya banyak tanya. Dia berlalu pergi memasuki rumahnya.Sampai senja tiba, Qizha masih setia menunggu. Bahkan sudah dua kali ia mengikuti shalat berjamaah di masjid itu, dhuhur dan ashar, namun batang hidung Qasam belum juga muncul.Apakah Qasam pergi menghindar saat tahu Qizha me
Baca selengkapnya