Home / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Cinta Satu Malam dengan Berondong: Chapter 201 - Chapter 210

230 Chapters

Yang Telah Pergi Tidak Akan Kembali Lagi

Badai dan Padma tak berhenti tertawa melihat bagaimana Ksatria, Yogas, Ipang, Nara, dan Kalu masih sibuk menyanyi seperti grup vokal sebagai kado mereka untuk Badai dan Padma.“Udah deh, mending udahan! Udahan!” seru Badai pada teman-temannya yang baru akan menyanyikan lagu kelima.“Enak aja!” tukas Yogas. “Ini belum satu album!”“Astaga….” Padma hanya bisa berdecak pelan ketika mereka mulai menyanyikan lagu kelima tersebut.Resepsi pernikahan berkonsep garden party berjalan dengan lancar dan benar-benar ramai. Sejak tadi kelima lelaki yang Badai sudah tak sudi anggap sebagai teman, menyumbang beberapa lagu untuk Badai dan Padma.Belum lagi video buatan Yogas yang menggambarkan bagaimana Badai dan Padma selama ini. Ia merekam diam-diam selama beberapa bulan terakhir dan membuat Padma malu karena beberapa kali ia dan Badai berduaan di kala mereka semua berkumpul, keduanya selalu tertangkap kamera Yogas.“Temen-temen kamu nggak minat jadi vocal group beneran?” Padma bertanya sembari men
Read more

Malam Singkat yang Terasa Panjang

Badai mengusap tengkuknya beberapa kali, lalu menatap pantulan dirinya di hadapan cermin yang ada di kamar hotel tersebut.Samar-samar Badai bisa mendengar suara shower dari dalam kamar mandi di mana Padma sedang membersihkan dirinya sekarang.Pandangan lelaki itu menelusuri kamar yang malam ini mereka tempati sampai besok sebelum kemudian pergi ke Lombok untuk bulan madu.Daripada bingung harus apa selagi menunggu Padma mandi, Badai memilih untuk mengambil ponselnya. Namun, hal itu jadi keputusan yang salah ketika ia mendapati ratusan notifikasi dari grup berisikan dirinya dan kelima sahabatnya.Pangeran B. Ailendra: Obat kuat udah ditaro di kamar hotelnya Badai belum? Dia kelamaan puasa, takutnya performa menurun drastis.Kalu R. Parvaiz: Tenang aja, udah ditaruh semua di nakas deket TV. Dibungkus jadi kayak parsel buah.Ksatria A. Abimayu: Mantep, besok buka usaha jual sex toys, kondom, sama sejenisnya aja, Kal. Terus terima jasa hias dan bungkus sesuai kemauan klien. Dijamin bakal
Read more

Kata Orang, Kegagalan adalah Keberhasilan yang Tertunda

Biasanya, Padma terbangun dengan sisi ranjang yang kosong, hanya berteman bantal yang dingin dan area seprai yang lebih rapi daripada area yang ia tiduri.Tapi kali ini ketika ia membuka matanya, ada sosok Badai Tanaka yang tertidur lelap dengan posisi berbaring miring menghadapnya.Senyum terkembang di wajah Padma. Mulai hari ini, ia tidak akan tertidur sendiri lagi. Tangannya tergerak untuk merapikan rambut Badai, tapi ia segera berjengit saat merasakan suhu tubuh Badai yang lebih tinggi daripada biasanya.“Jangan-jangan kamu sakit,” gumam Padma seraya duduk tegak dan menempelkan punggung tangannya ke kening Badai. Benar saja, Padma langsung menarik tangannya lagi ketika merasakan panasnya tubuh Badai yang tak biasa.Ia segera bangkit dan memakai kimono yang tergeletak di kursi tak jauh dari ranjang. Setelahnya, Padma sibuk menelepon dokter keluarga Tanaka yang sudah ia miliki nomornya dan meminta lelaki paruh baya itu datang ke rumah Badai siang nanti.Padma melakukan semuanya deng
Read more

Pertemuan di Surat Terakhir

“Serius kalian nggak jadi honeymoon?”“Serius.” Padma membuka pintu kamar dan memastikan Badai sudah tertidur. Tadi dokter sudah datang memeriksa kondisi Badai dan mengatakan Badai harus istirahat total setidaknya sampai tiga hari ke depan.Keputusan yang tepat untuk membatalkan honeymoon mereka.Usai memastikan Badai masih tertidur karena efek obat yang ia minum, Padma kembali menutup pintu kamar dan melangkah menuju kamar sebelah yang dialihfungsikan menjadi perpustakaan dan ruang main untuk anak-anak mereka.Kamar itu adalah kamar yang dulunya ditempati Anastasya. Karena sekarang Badai dan Padma akan menempati kamar Badai, maka kamar itu dialihfungsikan untuk anak-anak.“Kamu udah cancel resort-nya?”Shua kembali bertanya saat Padma memutuskan untuk mengaktifkan mode loudspeaker. Sembari menunggu Badai bangun, Padma ingin melanjutkan kegiatannya yang belum selesai sejak seminggu sebelum pernikahannya dengan Badai—merapikan ruang perpustakaan tersebut.Masih ada beberapa kotak yang
Read more

Padma Punya Bayi Lagi

“Abang tanen Mama!”“Abang kangen Mama,” koreksi Padma yang tersenyum lebar melihat Asa kini tengah memeluk lengannya dengan erat. “Abang nggak kangen Papa?”Asa yang tadinya tengah menyembunyikan wajahnya, langsung mencari keberadaan sang ayah. Begitu tadi tiba di rumah setelah diantar oleh opa dan omanya (orangtua Padma), Asa langsung berlari masuk ke rumah untuk mencari Badai dan Padma.Orang pertama yang ia temui adalah Padma, yang langsung ia ajak duduk di ruang tengah dan ia peluk lengannya dengan erat.“Papa?” Asa mencari-cari keberadaan sang ayah.Padma menoleh ke belakang dan mendapati Badai baru turun dari lantai dua. Mereka memang baru selesai merapikan ruang perpustakaan di lantai dua ketika diberi tahu kalau orangtua Padma datang.Begitu melihat kehadiran mertua dan anaknya, Badai tersenyum lebar seraya merentangkan tangannya. “Abang nggak kangen Papa?”Asa langsung melompat dari sofa dan berlari ke arah Badai. Lelaki itu menerima kedatangan anaknya dan dengan mudah, ia m
Read more

Badai Tak Peduli Apa Pun Selain....

“Shua kapan pulang, Hon?”“Belum tahu.” Padma menyerahkan piring bersih kepada Badai untuk lelaki itu tata di meja makan. “Katanya sih dia extend lagi di sana.”“Kerjaannya aman emangnya?”“So far sih aman, dia kayaknya kerja remote dari sana deh.”“Hmm….”Padma mematikan kompor dan dengan hati-hati, memindahkan masakannya ke piring saji. Siang ini sahabat-sahabat Badai akan datang ke rumah, jadilah sejak pagi tadi Padma sudah sibuk di dapur.Kelima om kesayangan Asa dan Ilana tengah mengasuh kedua anak mereka selagi Badai diusir ke dapur untuk membantu Padma. Badai senang-senang saja diminta berduaan dengan Padma, tapi kadang-kadang ia khawatir juga dengan kegilaan sahabat-sahabatnya kala mengasuh kedua anaknya.“Kamu khawatir sama Shua?” tebak Padma yang selesai dengan pekerjaannya, kini menyandarkan pinggulnya di tepian countertops dan berdiri di sebelah Badai.“Iya. Ini udah dua minggu dia pergi dan cuma berdua sama Janar,” aku Badai dengan jujur. “Aku yakin orangtuanya juga udah
Read more

Selalu Kamu yang Paling Indah di Mataku

“Hon.”“Ya?”“Nge-date yuk.”“Ke mana?”“Makan gultik di Blok M.”Keduanya bertatapan selama satu menit untuk Padma meyakinkan dirinya mengenai apa yang baru saja diucapkan Badai.“Beneran makan gultik Blok M?” tanya Padma lagi untuk memastikan.“Beneran. Aku udah lama nggak makan itu.”Padma menatap jam dinding di kamar mereka dan mendapati waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. “Sekarang? Nanti kamu masuk angin nggak pergi jam segini?”“Hon, kita naik mobil, nggak naik sepeda.” Gemas, Badai menjawil hidung istrinya hingga perempuan itu mengaduh. “Nanti AC-nya dikecilin aja, pakai jaket.”“Oke….” Akhirnya Padma benar-benar mengiakan ajakan Badai. “Aku takut kamu sakit lagi kalau keluar malam-malam.”“Nggak kok. Nanti pulangnya kita anget-angetan aja biar aku nggak masuk angin, gimana?”Ganti Padma yang mencubit kedua pipi suaminya agak lama, lalu beranjak dari ranjang untuk berganti pakaian. Badai mengikuti istrinya dan tersenyum lebar. Kencan malam-malam sambil mengit
Read more

Kutukan yang Tak Berhasil

“Aku nggak menyangka hari ini akan tiba juga.”Padma mempererat genggamannya pada tangan Badai ketika mereka berdua tiba di pemakaman yang menjadi rumah terakhir untuk Anastasya.Setelah semalam Badai tiba-tiba mengajaknya mendatangi makam Anastasya, tentu saja Padma mengiakannya dan di sinilah mereka. Padma melirik suaminya dan ekspresi Badai tak mudah dibaca.“B,” panggilnya dengan lembut.Badai menoleh, kemudian setelah bertatapan dengan Padma yang tersenyum lembut untuknya, Badai mulai lebih rileks.“Yuk,” ajak Badai.Keduanya melangkah menuju makam Anastasya yang letaknya sudah Padma hafal. Badai tak banyak bicara, ia hanya menggenggam tangan istrinya dengan erat dan beberapa kali menghela napas dengan berat.Setibanya di makam Anastasya, mereka berdoa untuk mantan istri Badai tersebut dan terdiam agak lama. Padma tak mengatakan apa pun usai berdoa, ia memilih untuk menunggu Badai yang hanya memandangi makam Anastasya.“Anas,” gumam Badai saat angin berembus agak kencang hingga m
Read more

Kalau Nanti Aku 'Mau' Kamu, Gimana?

“Aku pengen deh ngajak kamu malam-malam ke The Clouds. Tapi masa anak-anak tidur kita malah ke klub sih?”Padma menaikkan satu alisnya. “Emang kamu mau ngapain ngajak aku ke klub?”“Mengulang hari pertama kita ketemu dong.”Padma tergelak mendengar jawaban suaminya. Saat ini keduanya berada di kedai es krim yang dulu mereka sering datangi—lebih tepatnya Padma dengan Catra dan Badai dengan Asa.Mereka sudah menghubungi kedua orangtua Padma yang tentu saja tak keberatan memiliki waktu luang bersama cucunya. Arsa dan Mili pun rencananya akan datang ke rumah Badai-Padma untuk makan malam bersama, tentu saja membawa anak pertama mereka, Kama Handaru Hardjaja.“Ngulang pas yang di bar aja kan?”Badai langsung tersenyum lebar. “Nggak sekalian yang di kamar khusus punyaku, Hon?”“Tanaka!” tegur Padma yang tak segan untuk langsung mencubit lengan Badai.Bukannya takut atau menghindar, Badai malah menjawab seperti murid yang sedang diabsen. “Hadir!”Padma hanya bisa menggeleng melihat kelakuan
Read more

Badai Si Penggoda

Badai menelan salivanya dengan susah payah saat melihat Padma selesai mengenakan gaunnya. Padahal potongan gaun itu tidak provokatif atau terlalu terbuka, tapi lekuk tubuh istrinya yang tercetak jelas membuat Badai langsung menggeleng pelan.“Nggak bisa, Hon.”Padma yang tak memperhatikan reaksi Badai karena sibuk mengenakan kalungnya, menatap suaminya dari cermin meja riasnya. “Apanya yang nggak bisa?”“Aku nggak bisa tahan liat kamu kayak gini.”“Astaga, jangan kayak ABG baru puber deh,” ledek Padma setelah berhasil mengaitkan kalungnya.Padma berbalik untuk menemukan suaminya yang tengah merengut. Rasanya kalau ia meledek Badai sebagai berondongnya yang tengah merajuk, kalimat itu masih relevan untuk suaminya.“Tahan hasratmu, Tanaka.” Padma berdiri dari duduknya dan mengambil sling bag-nya. Ia pun mengulurkan tangannya pada Badai. “Ayo, jangan sampai kamu lupa kalau hari ini bachelor party-nya Ipang.”Meskipun berat hati, Badai tetap meraih tangan istrinya dan seraya bergandengan
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status