Home / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Cinta Satu Malam dengan Berondong: Chapter 191 - Chapter 200

230 Chapters

Maafkan Aku Karena Kamu Harus Melalui Semuanya Sendiri

“Kita mau ngapain lagi?”“Tidur.”“Dasar pemalas.” Gemas, Padma mencubit pipi Badai yang duduk di sebelahnya. Asa yang duduk di pangkuan Badai pun tertawa melihat bagaimana ayahnya dicubit main-main oleh Padma.“Main, Ma.” Asa menarik pelan ujung lengan baju yang dikenakan Padma.“Ke mana? Asa mau ke luar?”“Ndak, mau di beyakang, Ma.”“Di belakang?” Badai mengerutkan keningnya. “Di halaman belakang kita?”“Huum!” Asa mengangguk. “Kayak Om Asa.”“Om Arsa.” Padma tertawa mendengar bagaimana Asa malah memanggil Arsa dengan namanya sendiri. “Hm…piknik yang kayak waktu itu ya?”Padma menoleh pada Badai yang juga tengah menatapnya. Sepertinya akhir-akhir ini Asa sedang suka aktivitas di luar rumah dan piknik di halaman belakang bukan ide yang buruk.“Boleh, sore aja gimana? Biar nggak terlalu terik mataharinya,” usul Badai.Asa melonjak-lonjak kegirangan di pangkuan Badai hingga ayahnya itu meringis diam-diam tanpa sepengetahuan Asa.“Ya udah, sekarang Asa tidur siang dulu yuk sama Adek. M
Read more

Kita Tidak Pernah Membicarakan Tentang Mamamu

“Jadi tema ulang tahun Badai tahun ini apa?”Padma tertawa mendengar pertanyaan Yogas barusan. “Kalian biasanya juga nggak pakai tema kan? Yang penting aneh aja buat orang seusia Badai, iyakan?”“Iya, kamu bener sih.” Yogas tertawa terbahak-bahak dan Asa mengikutinya. Tahun ini, yang jadi seksi repot atau sebutan halusnya ‘ketua panitia’ ulang tahun Badai adalah Yogas.Tahun lalu ketua panitianya adalah Ksatria yang menodong bantuan Padma. Tahun ini, tidak seperti Ksatria, Yogas langsung menobatkan Padma sebagai wakil ketua alias teman berpikirnya.Karena keempat orang lainnya tidak bisa diandalkan kalau diajak berpikir bersama.“Aku kepikiran sesuatu,” celetuk Yogas dengan jentikan jari yang mengagetkan Padma.“Apa?”“Rayain ulang tahun Badai di halaman belakang rumahnya aja, terus nanti halamannya kita atur kayak taman bermain anak-anak.”“Terus Badai kamu suruh main mobil-mobilan Asa sekalian?”“Aku sih nggak kepikiran itu, tapi idemu boleh juga,” kekeh Yogas dengan sukacita. “Kamu
Read more

Hatimu Sudah Ada yang Punya

“Emangnya kamu nggak kepikiran nikah sama Badai?”Padma sampai mengerjapkan matanya, tak percaya dengan pertanyaan ayahnya—Refaldy Hardjaja, yang begitu mendadak dan sangat jauh dari pembicaraan mereka sebelumnya.“Papa kenapa tiba-tiba ngomongin itu?”“Nggak apa-apa, kepo aja,” jawab Refaldy dengan kosa kata kekinian yang diajarkan oleh Arsa—anak bungsunya. “Kayaknya udah lebih dari setahun kan kamu pacaran sama Badai? Mau pacaran terus emangnya, Sayang?”“Ya…. Nggak juga sih, Pa.”Refaldy menatap putrinya selama beberapa saat dengan intens. Hari ini putri sulungnya itu berkunjung ke rumahnya berdua dengan Ilana. Terbiasa melihat Padma bersama Badai dan Asa, rasanya ada kesan tersendiri ketika ia melihat Padma hanya berdua dengan Ilana hari ini.“Terus?”Ditanya begitu, Padma pun balik bertanya, “Papa nyuruh aku nikah sama Badai sekarang?”“Nggaklah.” Refaldy tertawa. Ia menyilangkan kedua tangannya di balik kepala dan beralih menatap langit sore yang tidak terlalu terik. Saat ini, m
Read more

Memangnya Kita Mau Selamanya Jadi ‘Pacar’?

“Kalau ngelamar perempuan tuh gimana caranya ya?”Ksatria langsung menoyor Badai dengan senang hati. “Maaf, Anda salah tempat bertanya.”Badai memandangi temannya satu per satu dan mengembuskan napasnya dengan lelah. “Iya juga. Apa udah terlambat buat ganti temen?”“Bedebah,” maki Yogas sepenuh hati.Hari ini adalah hari ulang tahun Badai dan semua kejutan berjalan dengan sempurna. Mereka bahkan perlu menutup mata Asa dan Ilana ketika Badai selesai meniup lilin dan langsung mencium Padma.“Jadi beneran nggak ada yang punya ide?”Kalu menunjuk Ipang yang tengah memakan kue black forest buatan Padma—kue ulang tahun Badai kali ini. “Tanya Ipang aja, kan dia yang bentar lagi nikah.”Tidak hanya Badai, tapi Ksatria, Nara, Kalu, dan Yogas pun menoleh pada Ipang. Gerakan menyuap Ipang langsung terhenti ketika lima pasang mata menatapnya dengan intens.“Ck, makanya banyak nonton biar ngerti,” ucap Ipang dengan jemawa.Tobatnya Ipang dari gelar buaya daratnya memang cukup menggemparkan, apalag
Read more

Padma Tak Tahu Mana yang Membuat Hatinya Menghangat

“Terus kamu jawab apa?”“Nggak kujawab apa-apa.”“Astaga, Padma Hardjaja!” Suara Shua naik dua oktaf. Perempuan itu ganti menatap Mili dengan frustasi. “Katanya temenmu ini pinter!”“Lho, dia emang secara akademis pinter.” Mili tentu memberi penjelasan tambahan setelah dituding begitu oleh Shua. “Tapi soal relationship dia tuh oon, makanya gagal terus kan dia dari dulu.”Padma memutar kedua bola matanya karena dibicarakan oleh dua sahabatnya di hadapannya langsung. Sejak mereka bertiga jadi akrab, Padma sudah membiasakan diri jadi bahan pembicaraan utama antara Mili dan Shua.Siapa sangka dua orang itu akan begitu cocok?“Tapi serius.” Mili memegang lengan Padma dan membuat Padma tak bisa menatap ke arah lain kecuali ke mata Mili. “Itu kan dia ngelamar secara nggak langsung lho, Padma. Kenapa nggak kamu jawab apa kek gitu buat mancing pembicaraan ke arah yang lebih serius?”Padma berdecak kesal. Kejadian kemarin masih begitu membekas di ingatannya hingga akhirnya siang ini ia mengumpu
Read more

Cuma Dia yang Bisa Membuat Jantungku Menggila

“Nggak usah ngeliatin aku kayak aku mau maling uang negara deh. Kerjain kerjaan kamu yang bener sana.”“Iya, Bu Bos.”Sebisa mungkin, Badai menuruti kata-kata Padma yang memintanya agar fokus pada pekerjaannya, dibanding memperhatikan Padma yang asyik duduk di sofa sambil menggulir layar iPad-nya.Salahkan mataku aja, pikir Badai ketika entah untuk kesekian kalinya, lagi-lagi ia memilih untuk mengalihkan tatapannya dari dokumennya ke arah Padma.Padma sendiri sudah kehabisan akal bagaimana caranya untuk meminta Badai tidak menatapnya dengan terlalu intens. Pada akhirnya, ia memilih untuk mengabaikan Badai sejenak dan kembali membaca laporan keuangan katering ibunya.Rupanya jurus itu berhasil. Kali ini karena Padma tidak menegurnya, Badai menatap sang kekasih sampai matanya lelah dan akhirnya ia kembali mengerjakan sisa pekerjaannya.Waktu berjalan begitu cepat, tapi keheningan yang ada di antara mereka membuat keduanya nyaman meskipun tidak ada hal yang dibicarakan bersama.“Yuk.”Aj
Read more

Perasaanmu yang Aku Khawatirkan

“Om Refaldy.”“Ya?” Refaldy menyahut tanpa menoleh ke arah Badai yang memanggilnya. Lelaki itu masih menyusun buku di rak barunya yang ia letakkan di ruang tengah, hanya beberapa langkah dari televisi.“Saya udah melamar Padma.”“Oh….” Refaldy mengangguk beberapa kali, tidak terlihat kaget dengan ucapan Badai.Sementara itu, Badai sendiri mengernyitkan keningnya begitu mendengar respons Refaldy yang terdengar biasa-biasa saja. Ia memang tidak berharap Refaldy akan heboh dan bertingkah norak, tapi respons ‘Oh’ juga bukan sesuatu yang ia duga.“Kenapa kamu?” Kali ini Refaldy baru benar-benar berbalik menghadap Badai, sepertinya ia sudah selesai menata rak buku barunya.“Nggak apa-apa, Om.” Buru-buru, Badai menggeleng. “Saya direstuin kan, Om?”“Saya restuin asal semua aset kamu dibalik nama jadi nama Padma, Asa, sama Ilana.”Jawaban asal itu tentu saja memancing tawa kedua lelaki beda generasi tersebut. Badai mengikuti pergerakan Refaldy yang pindah ke sofa, sepertinya lelaki paruh baya
Read more

Ini Memang Tidak Mudah untuk Badai, Tapi….

Kalau ditanya tempat manakah yang tidak ingin Badai datangi, maka rumah inilah jawabannya.Rasanya seperti dipaksa kembali mengulang memorinya semasa Anastasya masih hidup dan menjadi istrinya. Rumah ini adalah saksi bisu kedua selain rumahnya sendiri, di mana ia dan Anastasya sering kali bertengkar dan perang dingin.“B.” Sentuhan lembut di tangannya menyadarkan Badai kalau kini ia kembali ke rumah orangtua Anastasya tidak sendirian. Ia menoleh dan Padma tengah tersenyum lembut kepadanya. “Mau masuk sekarang?”Hal ini memang tidak mudah untuk Badai, tapi selagi Padma ada bersamanya, Badai percaya kalau semua akan baik-baik saja.“Boleh.” Badai meraih tangan Padma untuk ia genggam dan bersama-sama, mereka beranjak menjauhi mobilnya yang sudah terparkir rapi di halaman rumah orangtua Anastasya.Hari ini mereka memutuskan untuk datang ke rumah orangtua Anastasya, setelah sebelumnya bicara dengan Kresna mengenai keinginan mereka untuk datang ke sana beberapa hari sebelumnya.Kresna tentu
Read more

Ada Banyak Hal yang Tidak Ingin Kusesali

“Hon, kamu maunya kita kapan nikahnya?”“Bulan depan, gimana?”“Oke. Bulan depan.”Dari percakapan iseng di suatu sore pada hari Jumat, pernikahan itu akhirnya benar-benar terealisasi satu bulan setelah obrolan tersebut.“Kamu belum tidur?”Padma menoleh dan menggeleng sebagai jawaban untuk pertanyaan ibunya. Hari ini sampai seminggu ke depan, orangtuanya menginap di rumah yang ia tempati ini.“Duduk, Ma,” kata Padma dengan tangan yang menepuk pelan pinggir ranjangnya.Dua perempuan beda generasi itu duduk berdampingan. Padma menyandarkan kepalanya di bahu sang ibu seraya mengamati walk in closet-nya yang mulai lengang.“Udah beres semua yang mau dibawa?”“Sebagian besar sih udah di sana semua. Palingan tinggal baju-baju yang beberapa hari ini aku sama Ilana pakai aja.”Perempuan paruh baya itu menepuk pelan tangan Padma. “Padahal ini bukan kali pertama Mama ngelepas kamu untuk menikah, tapi kenapa rasanya tetep berat ya, Sayang?”Padma terkekeh mendengar ucapan sang ibu. “Mama nih, a
Read more

Seperti Melanjutkan Bagian dari Masa Lalu yang Tertunda

Rasanya hari ini ia seperti melanjutkan bagian dari masa lalunya yang dulu harus dibatalkan.Atau mungkin lebih tepat disebut dengan tertunda.Seruan, “Sah!”, yang menandakan kalau kini Badai Tanaka dan Padma Hardjaja telah resmi sebagai suami-istri membuat Padma menoleh ke sampingnya, untuk melihat Badai yang juga tengah menatapnya dengan emosi yang bercampur aduk.“Hai, Nyonya Tanaka.”Padma tak bisa menahan senyuman lebarnya begitu mendengar sapaan pertama dari lelaki yang resmi menjadi suaminya. Tanpa terasa, hari berjalan dengan sangat cepat dan di sinilah ia berada.Resmi menyandang status sebagai istri dari seorang Badai Tanaka.Lelaki yang dulu Padma tak pernah berpikir akan benar-benar menikah dengannya setelah semua yang terjadi. Lelaki yang di awal pertemuan mereka, sempat ia pandang rendah karena bagaimana antinya Padma dulu terhadap lelaki buaya darat seperti Badai.“Hai, suamiku.”Badai bersumpah hari itu adalah hari terbaiknya, ketika ia mendengar Padma menyebut dirinya
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status