“Om Refaldy.”“Ya?” Refaldy menyahut tanpa menoleh ke arah Badai yang memanggilnya. Lelaki itu masih menyusun buku di rak barunya yang ia letakkan di ruang tengah, hanya beberapa langkah dari televisi.“Saya udah melamar Padma.”“Oh….” Refaldy mengangguk beberapa kali, tidak terlihat kaget dengan ucapan Badai.Sementara itu, Badai sendiri mengernyitkan keningnya begitu mendengar respons Refaldy yang terdengar biasa-biasa saja. Ia memang tidak berharap Refaldy akan heboh dan bertingkah norak, tapi respons ‘Oh’ juga bukan sesuatu yang ia duga.“Kenapa kamu?” Kali ini Refaldy baru benar-benar berbalik menghadap Badai, sepertinya ia sudah selesai menata rak buku barunya.“Nggak apa-apa, Om.” Buru-buru, Badai menggeleng. “Saya direstuin kan, Om?”“Saya restuin asal semua aset kamu dibalik nama jadi nama Padma, Asa, sama Ilana.”Jawaban asal itu tentu saja memancing tawa kedua lelaki beda generasi tersebut. Badai mengikuti pergerakan Refaldy yang pindah ke sofa, sepertinya lelaki paruh baya
Read more