Semua Bab Cinta Satu Malam dengan Berondong: Bab 181 - Bab 190

230 Bab

Kencan Beratapkan Langit

Kejadian di ruang tengah tadi membuat Badai sudah mandi sore bahkan ketika Asa baru bangun.Asa keheranan karena ayahnya yang biasanya akan mandi setelah dirinya, kini sudah berganti pakaian dan lebih wangi dari sebelum ia tidur tadi. Tapi anak itu tidak mengucapkan kebingungannya dan memilih untuk mengekori ke mana pun Padma bergerak.Ketika Badai muncul di kamar Asa, Padma tak kuasa menahan tawanya. “Udah seger, B?”“Udah.” Badai menjawab singkat dan tahu kalau Padma tengah menggodanya. Ia ikut duduk di atas karpet bersama Asa yang tengah memisahkan mainan kesayangannya, yang akan ia berikan pada Ilana.“Kamu nggak mau mandi? Bawa baju ganti kan?” Kali ini Badai yang balik bertanya. “Aku bisa jagain anak-anak kok. Siapa tahu kamu kegerahan dan ngerasa lengk
Baca selengkapnya

Tidak Semua Orang Seperti Kalian

“Hon, aku lupa mau cerita ini dari beberapa waktu yang lalu.”“Cerita apa?” Padma merapikan dasi Badai yang agak miring. Saat ini mereka tengah berada di ruang privat sebuah restoran keluarga bersama dengan Shua, Lita, Janar, Asa, dan Lita.Makan siang kali ini adalah hal yang tak direncanakan, terjadi spontan begitu saja. Karena Shua yang menggendong Ilana tengah asyik mengoceh dengan Janar dan Asa, Badai pikir saat ini adalah saat yang tepat untuk bicara dengan Padma.“Kresna dateng ke aku dan minta izin untuk ketemu sama Asa.”Gerakan tangan Padma terhenti. “Oh, ya?”Anggukan Badai menjadi jawaban valid atas keraguannya. “Udah agak lama sih, tapi aku baru inget untuk ngomongin hal ini sama kamu. Kemarin-kema
Baca selengkapnya

Yang Tersisa Cuma Asa

   Padahal yang akan bertemu dengan Kresna adalah Asa, tapi sejak tadi yang tak bisa tenang adalah Badai.Padma melirik ke arah Badai yang sejak tadi kakinya tak berhenti bergerak. Meskipun mereka saat ini tengah duduk, tapi Padma sudah sejak tadi menghitung berapa kali Badai menjejakkan kakinya di atas lantai."Tanaka.”Untunglah Asa belum terbiasa dipanggil sebagai Asa Tanaka atau Angkasa Nirada Tanaka. Jadi ketika Padma memanggil ‘Tanaka’, hanya Badai yang menoleh padanya.“Ya?”“Kamu nggak mau sekalian lari di lapangan basket deket sini?”“Lari?” Lelaki
Baca selengkapnya

Hubungan Kita adalah Urusan Kita, Bukan Urusan Orang Lain

 “Makasih ya, Mbak Padma, karena udah selalu ada buat Asa.”Kresna menatap Asa yang tengah berceloteh kepada Ilana di gendongan tantenya—ibu Padma. “Selama ini Asa nggak punya sosok ibu yang baik buat dia. Aku mengakui kalau Mbak Tasya nggak pernah memperlakukan Asa sebaik Mbak Padma.”Mereka sudah makan siang dan bahkan Asa kembali mengajak Kresna bermain kembali setelahnya. Asa juga memperkenalkan Ilana kepada Kresna dan dengan bangga menyebut dirinya sebagai ‘abangnya Ilana’.Saat ini, mereka tengah berkumpul di ruang tengah selagi menunggu makan malam yang tengah disiapkan. Badai sendiri terkejut menyadari kalau Asa benar-benar menyukai dan menikmati harinya dengan Kresna hari ini.“Makasih juga ya, Mas, udah izinin
Baca selengkapnya

Aku Harus Jaga Diriku Sendiri Supaya Nggak Menerkam Kamu

Padma menatap undangan bergrafir logo Sadira Group tersebut. Dengan perlahan, ia membuka undangan itu dan membacanya dengan saksama.“Kamu yakin?”Badai tentu saja mengangguk. “Nggak mungkin aku nggak kenalin kamu ke keluargaku kan? Lambat laun kita juga pasti akan go public kok.”Waktu berjalan begitu cepat saat kita bersama orang yang kita sayangi hingga hidup rasanya sudah lengkap.Seperti itulah yang dirasakan Badai dan Padma.Sudah enam bulan sejak mereka resmi kembali berhubungan sebagai sepasang kekasih dan mereka sudah melakukan banyak hal—bertemu hampir setiap hari, kencan di akhir pekan (berempat atau berdua), hingga meributkan hal-hal kecil yang tidak penting.Semuanya terasa normal dan
Baca selengkapnya

Siapkah Kamu Jadi Pasangan Badai Tanaka?

“Kapan lagi kan aku, si Shua Tanaka, dateng ke sini buat anter baju dan makeup-in kamu? Langka! Kamu harus sangat berterima kasih sama aku yang akan menyulap kamu jadi perempuan paling cantik—setelah aku di sana.”“Aku udah cantik bahkan tanpa kamu makeup-in aku,” balas Padma dengan santai sekaligus menohok untuk Shua.Shua yang gondok karena meskipun terkesan sombong tapi apa yang diucapkan Padma memang kenyataan, akhirnya hanya memutar kedua bola matanya.“Kamu nggak mau berangkat bareng aku sama Badai aja?” tanya Padma usai Shua selesai merias kelopak matanya.“Dan jadi obat nyamuk?” Shua membalas dengan retorik. “No, thanks. Aku bawa sopir kok.”“Ah, I see. Janar
Baca selengkapnya

Ini Rasanya Berada di Tengah-Tengah Keluarga Tanaka

 Badai keluar dari kamarnya setengah jam kemudian, dengan setelan jas dan rambut yang ditata agak rapi daripada biasanya.Tangan Padma jadi gatal ingin mengacak rambut Badai agar berantakan—seperti penampilannya sehari-hari. Namun, ia sadar kalau saat ini bukan saat yang tepat untuk itu.“Udah siap?”“Udah, yuk.” Padma bangkit dari sofa setelah mencium puncak kepala Asa dan mengusap pelan pipi Ilana yang tengah digendong Lita. “Shua udah berangkat duluan tadi.”“Ah, oke.” Badai beralih pada Asa dan mengangkatnya ke dalam gendongannya. “Papa sama Mama Padma berangkat dulu ya. Abang kalau nanti udah ngantuk langsung tidur ya. Jangan tungguin Papa sama Mama Padma.”&ld
Baca selengkapnya

Ini Dia Janda yang Sering Dibicarakan Orang

 “Bagaimana rasanya kehilangan suami, Padma?”Dari sekian banyak hal yang Padma pikir akan ditanyakan oleh omanya Badai, Padma tidak menyangka perempuan itu akan menanyakan soal kehilangan yang ia alami.“Nggak bisa dideskripsikan dengan kata-kata, Oma,” jawab Padma dengan jujur. Padma tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya ketika kehilangan Catra.“Apa kamu tersinggung dengan pertanyaan Oma?”Padma tersenyum seraya menggeleng. Keriuhan acara yang semakin memanas usai sambutan oleh para petinggi Sadira Group (termasuk Badai yang baru diangkat beberapa bulan lalu), tidak mengusik mereka sama sekali.“Nggak, Oma. Aku tahu, suatu hari nanti akan ada orang yang me
Baca selengkapnya

Kita Beda Kasta

 “Hai, Mantan.” Padma tersenyum santai sembari mengamati penampilan Galih dari atas hingga bawah dengan terang-terangan.Siapa pun yang dipandangi seperti itu pasti akan risih—termasuk Galih. Lelaki itu berdeham, berusaha menyadarkan Padma kalau apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang tidak sopan.Padma hanya menaikkan satu alisnya dan kembali mengambil sepiring puding custard kesukaan Yuanita yang sedari tadi menarik perhatiannya."Mana istrimu?” tanya Badai dengan malas pada Galih. Kalau bukan karena hubungan pekerjaan, ia malas sekali melihat batang hidung Galih saat ini.“Di rumah, lagi sakit.”“Oh, langgeng juga kamu sama Mbak Irina,” komentar Padma dengan enteng. &ldqu
Baca selengkapnya

Seperti Ini Keluarga yang Aku Inginkan

Padma bangun dengan menghirup aroma Badai yang seperti tengah memeluknya dengan erat. Ia sempat tertidur selama satu jam setelah dini hari tadi Ilana terbangun dan kini jam dinding di kamar Badai masih menunjukkan pukul lima pagi.Ketukan di pintu yang sangat pelan tersebut membuat Padma mengerjapkan matanya. Perlahan, ia bangkit dari ranjang dan membuka pintu untuk kemudian berhadapan dengan Badai.“Hai,” sapa Badai dengan santai. Satu tangan Badai menyugar rambutnya dengan asal-asalan. “Sorry, kamu kebangun karena aku ya? Aku lupa ambil baju buat pagi ini.”“Nggak kok, aku emang udah bangun barusan.” Padma membuka pintu itu lebih lebar dan mempersilakan Badai untuk masuk.Setelah Badai melewatinya, Padma buru-buru mengusap wajahnya dan merapikan rambutnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status