Home / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Cinta Satu Malam dengan Berondong: Chapter 171 - Chapter 180

230 Chapters

Dia Meyakinkanku Kalau Aku Juga Berhak Bahagia

“Kamu mau masuk vlog aku nggak? Akhir-akhir ini ibu muda langsung banyak fansnya lho.”“Ibu muda kayak kamu?”“Iya dong,” sahut Shua dengan bangga. “Aku kan imunisasi yang siap mencari ayam bakar buat Janar.”“Hah? Apaan sih itu?” Padma yang tengah menggendong Ilana seraya mengawasi Janar dan Asa yang tengah bermain di ruang tengahnya, menatap Shua dengan heran.Shua mengerling centil. “Ibu muda manis dan seksi yang siap mencari ayah muda badan kekar buat Janar.”Padma tidak sanggup mengontrol tawanya mendengar lelucon Shua yang entah didapatnya dari mana. Untunglah Ilana sedang tidak menyusu, bisa tersedak anaknya karena tubuh Padma yang berguncang akibat tawanya.
Read more

Mimpi Buruk yang Tidak Ingin Dibicarakan

   “Hai, Hon.”“Hai.”Tanpa menaruh barang bawaannya atau memperhatikan sekitarnya, Badai langsung beranjak mendekati Padma dan menarik pinggang Padma untuk ia peluk dengan erat.Beruntung tadi Asa dan Lita keluar lebih dahulu dari mobil dan sudah masuk ke rumah, disambut oleh mertua Padma dan keluarganya yang juga tengah berkunjung ke rumah tersebut.“Dasar nggak sabaran.” Padma memukul lengan Badai dengan pelan sebelum kemudian balas memeluk lelaki itu. “Kan bawaan kamu bisa ditaruh dulu.”“Kangen.” Badai menghirup aroma rambut Padma dan merasa lega saat merasakan aroma yang f
Read more

Aku Tidak Suka Perasaan Ditinggalkan Seperti Ini

  Kata-kata Padma di pagi hari itu masih terngiang di telinga Badai bahkan sampai hari ini. Lelaki itu semalam akhirnya bisa tidur tenang dan tidak bermimpi buruk, bahkan setelah pagi harinya membicarakan Anastasya.Biasanya, jika di hari itu Badai atau orang lain membicarakan Anastasya dengannya, maka di malam harinya Badai akan bermimpi buruk.“Pa….”Panggilan itu membuat Badai menoleh, mendapati Asa berbaring menyamping di ranjangnya dan sudah rapi serta wangi.Sejak beberapa bulan lalu, Asa memang tidur sendiri di kamarnya. Anaknya itu seperti ingin menunjukkan kalau ia bisa tidur sendiri dan tidak takut—dan Badai menghargainya.Jadilah kadang
Read more

Seandainya Ia Masih Hidup

 “Gimana Ilana? Nggak rewel?”Padma menggeleng. “Nggak kok, anteng banget dari pagi tadi. Kayaknya dia tahu deh ini rumah papanya dulu.”Daiva tersenyum ketika melihat bagaimana keponakan yang tengah digendong kakak iparnya tersebut, mengerjapkan matanya dengan lucu saat bertatapan dengannya.“Ilanaaa. Mau digendong sama Onty nggak?”“Mau, Onty,” jawab Padma yang pura-pura meniru suara anak kecil. Ia tertawa dan dengan hati-hati menyerahkan Ilana ke gendongan Daiva.Untunglah Ilana tidak rewel kalau digendong oleh orang lain yang bukan Padma. Anak itu seakan menikmati semua perhatian orang lain yang dicurahkan kepadanya.“Kamu nggak pergi ha
Read more

Masa Lalu Siapa yang Lebih Kamu Takuti?

 “Ngapain kamu di sini?”“Numpang makan malam,” jawab Yogas sambil terus menyusun puzzle milik Asa yang memang diletakkan di ruang tengah, membuat lelaki itu bebas mengambilnya bahkan ketika Badai dan Asa belum tiba di rumah.“Kasihan dia, masih dipaksa nikah dari zaman kamu masih lajang sampai Asa udah segede gini,” imbuh Ipang seraya menaruh buku yang tadi ia baca ke atas meja. “Oh ya, tadi ART-mu tanya kita mau makan apa, jadi kita jawab aja hari ini mau makan seafood.”Badai berdecak seraya beranjak duduk di single sofa selagi Asa ikut duduk di karpet bermain dan bermain puzzledengan Yogas.“Baru kali ini tamu yang nentuin menu makan malam dan tuan rumahnya cuma dikasih tahu aja.&rdq
Read more

Karena Perasaan Bukan Sesuatu yang Bisa Diukur dengan Angka

“Kamu suka Papa Badai nggak, Ilana?”Padma tahu Ilana tak akan bisa menjawab pertanyaannya—tapi tetap ia lakukan karena ia tak tahu apa yang bisa ia lakukan saat ini.“Cieee, Papa Badai!”“Shua!!!”Shua tertawa senang melihat bagaimana Padma merona malu karenanya. Pagi ini mereka tengah belanja bahan untuk membuat sapo tahu kesukaan Badai. Shua bisa menemaninya karena ingin curhat sebelum siang nanti bekerja sekaligus menemani si mama muda anak baru satu itu belanja.Janar sendiri tengah berada di rumah orangtuanya. Orangtua Shua akhir-akhir ini jadi suka mengambil cuti untuk bermain bersama sang cucu, sejak Shua kembali ke rumah mereka.“Kamu kan ngomong sendiri, bukan salahku dong kalau
Read more

Kamu Pasti Sudah Tahu Jawabannya

 “Kamu tuh pas ABG nggak pernah pacaran apa gimana sih?” bisik Padma dengan berhati-hati agar tidak terlalu terdengar oleh Asa.Badai balas berbisik, “Kenapa? Aku norak ya?”“Banget!”Meskipun diledek begitu, Badai tentu saja tidak keberatan atau merasa terhina. Malah ia langsung nyengir semakin lebar dan membuat Asa yang melihatnya, tertawa karena ayahnya terlihat lucu.Padma menggeleng pelan lalu menaruh piring berisi makanan yang sudah ia ambilkan untuk Badai.“Makan, nyengir nggak bikin kenyang.”Asa mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan Padma dan ikut mengambil sendoknya. Sesekali Padma menoleh ke Asa yang duduk di sebelahnya untuk memban
Read more

Lelaki yang Pernah Berlutut Untuknya

“Kan kamu udah pacaran sama Padma. Gimana kalau kita dikasih free minuman di The Clouds selama setahun penuh?”“Nggak sekalian minta surat tanah?” tanya Badai balik dengan sinis.Ksatria, Ipang, Yogas, Kalu, dan Nara langsung tertawa terbahak-bahak. Asa yang baru keluar dari ruang kerja di rumah Badai untuk mengambil salah satu mainannya yang ia simpan di sana, mengerjapkan mata dengan cepat dan akhirnya memutuskan untuk ikut tertawa.Ia tak tahu kalau yang kelima omnya tertawakan adalah ayahnya sendiri.“Boleh emangnya?” tanya Yogas dengan tak tahu diri.“Kalian kalau dikasih minum gratis langsung nggak tahu diri. Gratis minuman setahun sama aja kayak ngasih surat tanah,” gerutu Badai sambil merapikan mainan anaknya
Read more

Yang Penting Itu Kamu, Bukan Tempatnya

 Badai menatap Asa lewat pantulan cermin di hadapannya. Kedua tangannya memegang dua kaos yang berbeda. Merasa putus asa, lelaki yang sudah lebih dulu memakai jeans-nya tapi masih topless tersebut berbalik hingga berhadapan dengan sang anak.“Asa,” panggil Badai dengan pelan. “Papa mending pakai yang ini….” Badai mengangkat kaos berwarna abu-abu muda di tangan kanannya.“Atau ini?” Kali ini tangan kanannya turun dan digantikan dengan tangan kiri yang mengangkat sweatshirthitamnya.Asa tidak langsung menjawab pertanyaan Badai. Kalau ada orang lain di kamar itu, maka orang tersebut akan balik bertanya pada Badai, ‘Kenapa masalah baju bahkan harus ditanyakan pada Asa?’.Tapi sayang, di kam
Read more

Hasrat yang Kembali Menggebu

Kehadiran Padma di rumah ini untuk Badai seperti sebuah oase di gurun pasir.Atau hujan di musim kemarau.Ia meneduhkan sesuatu yang selama ini kering dan sedikit demi sedikit menghapus jejak Anastasya yang kadang-kadang masih bisa dirasa oleh Badai.“Tadinya aku berniat jual rumah ini,” kata Badai saat mereka hanya duduk berdua di ruang tengah.Ilana dan Asa tengah tidur siang di kamar Asa. Badai sengaja menaruh kembali baby crib Asa di kamar anaknya supaya bisa digunakan oleh Ilana.Untung saja semua barang-barang yang digunakan Asa saat bayi dulu, masih disimpan dengan rapi dan semua masih terjaga kualitasnya.Di kamar itu pun ada Lita yang menjaga Asa dan Ilana. Hal tersebut cukup membantu keduanya untuk memiliki qua
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status