Home / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Ini Rasanya Berada di Tengah-Tengah Keluarga Tanaka

Share

Ini Rasanya Berada di Tengah-Tengah Keluarga Tanaka

Author: Sara Maureen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Badai keluar dari kamarnya setengah jam kemudian, dengan setelan jas dan rambut yang ditata agak rapi daripada biasanya.

Tangan Padma jadi gatal ingin mengacak rambut Badai agar berantakan—seperti penampilannya sehari-hari. Namun, ia sadar kalau saat ini bukan saat yang tepat untuk itu.

“Udah siap?”

“Udah, yuk.” Padma bangkit dari sofa setelah mencium puncak kepala Asa dan mengusap pelan pipi Ilana yang tengah digendong Lita. “Shua udah berangkat duluan tadi.”

“Ah, oke.” Badai beralih pada Asa dan mengangkatnya ke dalam gendongannya. “Papa sama Mama Padma berangkat dulu ya. Abang kalau nanti udah ngantuk langsung tidur ya. Jangan tungguin Papa sama Mama Padma.”

&ld

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Ini Dia Janda yang Sering Dibicarakan Orang

    “Bagaimana rasanya kehilangan suami, Padma?”Dari sekian banyak hal yang Padma pikir akan ditanyakan oleh omanya Badai, Padma tidak menyangka perempuan itu akan menanyakan soal kehilangan yang ia alami.“Nggak bisa dideskripsikan dengan kata-kata, Oma,” jawab Padma dengan jujur. Padma tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya ketika kehilangan Catra.“Apa kamu tersinggung dengan pertanyaan Oma?”Padma tersenyum seraya menggeleng. Keriuhan acara yang semakin memanas usai sambutan oleh para petinggi Sadira Group (termasuk Badai yang baru diangkat beberapa bulan lalu), tidak mengusik mereka sama sekali.“Nggak, Oma. Aku tahu, suatu hari nanti akan ada orang yang me

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kita Beda Kasta

    “Hai, Mantan.” Padma tersenyum santai sembari mengamati penampilan Galih dari atas hingga bawah dengan terang-terangan.Siapa pun yang dipandangi seperti itu pasti akan risih—termasuk Galih. Lelaki itu berdeham, berusaha menyadarkan Padma kalau apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang tidak sopan.Padma hanya menaikkan satu alisnya dan kembali mengambil sepiring puding custard kesukaan Yuanita yang sedari tadi menarik perhatiannya."Mana istrimu?” tanya Badai dengan malas pada Galih. Kalau bukan karena hubungan pekerjaan, ia malas sekali melihat batang hidung Galih saat ini.“Di rumah, lagi sakit.”“Oh, langgeng juga kamu sama Mbak Irina,” komentar Padma dengan enteng. &ldqu

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Seperti Ini Keluarga yang Aku Inginkan

    Padma bangun dengan menghirup aroma Badai yang seperti tengah memeluknya dengan erat. Ia sempat tertidur selama satu jam setelah dini hari tadi Ilana terbangun dan kini jam dinding di kamar Badai masih menunjukkan pukul lima pagi.Ketukan di pintu yang sangat pelan tersebut membuat Padma mengerjapkan matanya. Perlahan, ia bangkit dari ranjang dan membuka pintu untuk kemudian berhadapan dengan Badai.“Hai,” sapa Badai dengan santai. Satu tangan Badai menyugar rambutnya dengan asal-asalan. “Sorry, kamu kebangun karena aku ya? Aku lupa ambil baju buat pagi ini.”“Nggak kok, aku emang udah bangun barusan.” Padma membuka pintu itu lebih lebar dan mempersilakan Badai untuk masuk.Setelah Badai melewatinya, Padma buru-buru mengusap wajahnya dan merapikan rambutnya.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Maafkan Aku Karena Kamu Harus Melalui Semuanya Sendiri

    “Kita mau ngapain lagi?”“Tidur.”“Dasar pemalas.” Gemas, Padma mencubit pipi Badai yang duduk di sebelahnya. Asa yang duduk di pangkuan Badai pun tertawa melihat bagaimana ayahnya dicubit main-main oleh Padma.“Main, Ma.” Asa menarik pelan ujung lengan baju yang dikenakan Padma.“Ke mana? Asa mau ke luar?”“Ndak, mau di beyakang, Ma.”“Di belakang?” Badai mengerutkan keningnya. “Di halaman belakang kita?”“Huum!” Asa mengangguk. “Kayak Om Asa.”“Om Arsa.” Padma tertawa mendengar bagaimana Asa malah memanggil Arsa dengan namanya sendiri. “Hm…piknik yang kayak waktu itu ya?”Padma menoleh pada Badai yang juga tengah menatapnya. Sepertinya akhir-akhir ini Asa sedang suka aktivitas di luar rumah dan piknik di halaman belakang bukan ide yang buruk.“Boleh, sore aja gimana? Biar nggak terlalu terik mataharinya,” usul Badai.Asa melonjak-lonjak kegirangan di pangkuan Badai hingga ayahnya itu meringis diam-diam tanpa sepengetahuan Asa.“Ya udah, sekarang Asa tidur siang dulu yuk sama Adek. M

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kita Tidak Pernah Membicarakan Tentang Mamamu

    “Jadi tema ulang tahun Badai tahun ini apa?”Padma tertawa mendengar pertanyaan Yogas barusan. “Kalian biasanya juga nggak pakai tema kan? Yang penting aneh aja buat orang seusia Badai, iyakan?”“Iya, kamu bener sih.” Yogas tertawa terbahak-bahak dan Asa mengikutinya. Tahun ini, yang jadi seksi repot atau sebutan halusnya ‘ketua panitia’ ulang tahun Badai adalah Yogas.Tahun lalu ketua panitianya adalah Ksatria yang menodong bantuan Padma. Tahun ini, tidak seperti Ksatria, Yogas langsung menobatkan Padma sebagai wakil ketua alias teman berpikirnya.Karena keempat orang lainnya tidak bisa diandalkan kalau diajak berpikir bersama.“Aku kepikiran sesuatu,” celetuk Yogas dengan jentikan jari yang mengagetkan Padma.“Apa?”“Rayain ulang tahun Badai di halaman belakang rumahnya aja, terus nanti halamannya kita atur kayak taman bermain anak-anak.”“Terus Badai kamu suruh main mobil-mobilan Asa sekalian?”“Aku sih nggak kepikiran itu, tapi idemu boleh juga,” kekeh Yogas dengan sukacita. “Kamu

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Hatimu Sudah Ada yang Punya

    “Emangnya kamu nggak kepikiran nikah sama Badai?”Padma sampai mengerjapkan matanya, tak percaya dengan pertanyaan ayahnya—Refaldy Hardjaja, yang begitu mendadak dan sangat jauh dari pembicaraan mereka sebelumnya.“Papa kenapa tiba-tiba ngomongin itu?”“Nggak apa-apa, kepo aja,” jawab Refaldy dengan kosa kata kekinian yang diajarkan oleh Arsa—anak bungsunya. “Kayaknya udah lebih dari setahun kan kamu pacaran sama Badai? Mau pacaran terus emangnya, Sayang?”“Ya…. Nggak juga sih, Pa.”Refaldy menatap putrinya selama beberapa saat dengan intens. Hari ini putri sulungnya itu berkunjung ke rumahnya berdua dengan Ilana. Terbiasa melihat Padma bersama Badai dan Asa, rasanya ada kesan tersendiri ketika ia melihat Padma hanya berdua dengan Ilana hari ini.“Terus?”Ditanya begitu, Padma pun balik bertanya, “Papa nyuruh aku nikah sama Badai sekarang?”“Nggaklah.” Refaldy tertawa. Ia menyilangkan kedua tangannya di balik kepala dan beralih menatap langit sore yang tidak terlalu terik. Saat ini, m

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Memangnya Kita Mau Selamanya Jadi ‘Pacar’?

    “Kalau ngelamar perempuan tuh gimana caranya ya?”Ksatria langsung menoyor Badai dengan senang hati. “Maaf, Anda salah tempat bertanya.”Badai memandangi temannya satu per satu dan mengembuskan napasnya dengan lelah. “Iya juga. Apa udah terlambat buat ganti temen?”“Bedebah,” maki Yogas sepenuh hati.Hari ini adalah hari ulang tahun Badai dan semua kejutan berjalan dengan sempurna. Mereka bahkan perlu menutup mata Asa dan Ilana ketika Badai selesai meniup lilin dan langsung mencium Padma.“Jadi beneran nggak ada yang punya ide?”Kalu menunjuk Ipang yang tengah memakan kue black forest buatan Padma—kue ulang tahun Badai kali ini. “Tanya Ipang aja, kan dia yang bentar lagi nikah.”Tidak hanya Badai, tapi Ksatria, Nara, Kalu, dan Yogas pun menoleh pada Ipang. Gerakan menyuap Ipang langsung terhenti ketika lima pasang mata menatapnya dengan intens.“Ck, makanya banyak nonton biar ngerti,” ucap Ipang dengan jemawa.Tobatnya Ipang dari gelar buaya daratnya memang cukup menggemparkan, apalag

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Padma Tak Tahu Mana yang Membuat Hatinya Menghangat

    “Terus kamu jawab apa?”“Nggak kujawab apa-apa.”“Astaga, Padma Hardjaja!” Suara Shua naik dua oktaf. Perempuan itu ganti menatap Mili dengan frustasi. “Katanya temenmu ini pinter!”“Lho, dia emang secara akademis pinter.” Mili tentu memberi penjelasan tambahan setelah dituding begitu oleh Shua. “Tapi soal relationship dia tuh oon, makanya gagal terus kan dia dari dulu.”Padma memutar kedua bola matanya karena dibicarakan oleh dua sahabatnya di hadapannya langsung. Sejak mereka bertiga jadi akrab, Padma sudah membiasakan diri jadi bahan pembicaraan utama antara Mili dan Shua.Siapa sangka dua orang itu akan begitu cocok?“Tapi serius.” Mili memegang lengan Padma dan membuat Padma tak bisa menatap ke arah lain kecuali ke mata Mili. “Itu kan dia ngelamar secara nggak langsung lho, Padma. Kenapa nggak kamu jawab apa kek gitu buat mancing pembicaraan ke arah yang lebih serius?”Padma berdecak kesal. Kejadian kemarin masih begitu membekas di ingatannya hingga akhirnya siang ini ia mengumpu

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Badai Pasti Berlalu

    “Iiih, Dek Mei udah pacaran ya?”“Kakak!!!” Dengan buru-buru, Meisie menempelkan ponselnya ke dada. Ia menoleh pada kakaknya dan langsung cemberut. “Kakak ngintip ya?”“Dikit,” jawab Ilana seraya tersenyum jahil. Anak kedua di keluarga Tanaka itu menaik-turunkan alisnya, menggoda Meisie yang kini wajahnya sudah semerah kepiting rebus. “Siapa sih yang chat terus sama kamu sejak kita turun dari pesawat? Kenalin dooong.”“Temen sekelas doang kok.” Meisie memilih memasukkan ponselnya ke dalam tas, sebelum Ilana dengan kejahilannya akan mengambil ponselnya untuk melihat dengan siapa ia bertukar pesan seharian ini.“Cewek?”Meisie kembali merengut. Ia bisa dikatakan jarang berbohong. Jad

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Kamu Tahu Namaku?

    “Kamu nggak takut sama aku?”“Nggak.”“Kenapa? Semua orang takut sama aku?”“Ngapain takut? Kamu kan manusia.” Meisie tertawa begitu mendengar pertanyaan Dalvin yang konyol. “Kamu emangnya suka makan orang?”“Nggak.” Dalvin menggeleng dengan tegas. “Tapi semua anak di kelas ini takut denganku.”“Kenapa?”“Kamu nggak tahu?” Dalvin yakin Meisie tahu apa yang semua anak di kelas ini bicarakan mengenai dirinya.Dalvin si anak buangan. Dalvin si anak pembunuh.Juga masih banyak lagi julukan-julukan untuknya yang saking banyaknya, Dalvin tak ingat lagi.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Matahari yang Dingin

    “Inget, kalau disuruh macem-macem yang melanggar norma dan adab, kamu jangan mau, Dek Mei!” Dengan menggebu-gebu, Ilana si biang onar memberi nasehat kepada adiknya, yang hari ini resmi jadi murid SMA.“Jangan mau kalau disuruh sok-sok nembak kakak kelas. Itu sih karena mereka emang pengen dibilang ada yang naksir aja padahal aslinya nggak ada.”Asa melirik Ilana dengan geli. Karena Asa sudah bisa mengemudi dan punya SIM, juga ketika berusia 17 tahun dihadiahi mobil oleh sang ibu, kini hobinya adalah mengantar-jemput kedua adiknya—Ilana dan Meisie.“Katanya, kamu juga pas jadi panitia MOS banyak yang nembak, Dek. Itu beneran atau hoaks?”“Itu beneran. Tapi karena nggak ada yang mendekati kayak Abang atau Papa, kutolak semua deh.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (2)

    Malam itu Asa tidak keluar kamar untuk makan malam dan Padma membiarkannya. Ilana dan Meisie bertanya kenapa kakak mereka tidak ikut turun untuk makan malam bersama, mengingat ritual makan bersama adalah kegiatan yang pantang untuk dilewatkan bagi keluarga mereka.“Abang butuh istirahat. Kalau Abang ikut makan di sini, kalian pasti minta Abang suapin kalian deh.”Ilana dan Meisie langsung memberikan cengiran lebarnya. Kedua anak perempuan itu sangat manja pada Asa, hingga kadang-kadang Janar mengatakan pada Asa kalau Asa ditakdirkan untuk dikerjai seumur hidup oleh kedua adiknya.“Terus Abang nggak makan, Ma?” tanya Meisie yang langsung khawatir dengan kondisi kakaknya. “Aku bawain makanan aja buat Abang ya, Ma? Bolehkan kalau kali ini Abang makan di kamar? Masa Abang nggak makan sama sekali….”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (1)

    "Abang mau jadi jagoan atau gimana?”Angkasa menunduk saat ayahnya bertanya dengan dingin dan tajam seperti itu. Sesekali tangannya bergerak menyeka darah yang masih menetes dari sudut bibirnya yang robek.“Udah nggak ada nyali untuk kamu jawab pertanyaan Papa, Bang?”“B….” Padma menggeleng pelan saat melihat suaminya yang juga jadi emosi. Perempuan itu melihat ke sekelilingnya dan kembali menggeleng. “Kita bicarakan di rumah. Kamu mau balik ke kantor atau ikut pulang?”“Aku mana bisa kerja setelah ini, Hon.” Badai mendengus pelan, lalu berjalan lebih dulu dibanding istri dan anaknya.Padma menghela napas dan mendekat pada anak sulungnya, ia merapikan kerah kemeja Asa yang berantakan, lalu mengg

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (3)

    Ilana mengetuk pintu kamar orangtuanya dan yang keluar adalah sang ayah, Badai Tanaka.“Kakak kok belum tidur?” tanya Badai sambil mengusap puncak kepala Ilana.Ilana berpikir sebentar, lalu menarik tangan ayahnya hingga ayahnya keluar dari kamar. “Papa udah mau tidur?”“Belum.” Sejujurnya, Badai hampir tertidur karena ia baru sampai sore ini di Jakarta. Padma sendiri sedang di kamar mandi ketika Ilana mengetuk pintu kamar mereka.“Kakak laper,” adu Ilana pada sang ayah. “Bikin mie goreng yuk, Pa.”“Ayo, sini, Papa masakin,” kata Badai sambil tersenyum.Sambil bergandengan tangan, keduanya turun ke lantai satu yang sudah lengang karena semua orang sudah berada di ka

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (2)

    “Eh, eh, liat. Ada si anak tiri.”Ilana langsung merengut begitu mendengar bisik-bisik (yang tidak terlalu pelan sehingga Ilana bisa dengan jelas mendengarnya) tersebut.Dua meja dari meja yang ia. tempati dengan Asa dan Meisie, ada si tukang bully yang beberapa hari lalu menangis karena tak bisa bangkit dari kursinya.“Untung keluarganya kaya, jadi nggak dijadiin pembantu kayak di film-film,” sahut salah satu teman si tukang bully yang bertubuh sangat kurus, berbanding terbalik dengan si tukang bully yang gempal dan besar.Seperti Hulk, menurut Ilana.Ilana menghela napas dan berusaha tak mengabaikan ocehan laki-laki tukang gosip itu. Ia tak boleh membuat keributan lagi kalau tak mau diceramahi ibunya selama 25 jam.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (1)

    “Abang, ini gimana sih cara pasangnya? Aku nggak bisa terus dari tadi.”Asa melihat bagaimana Ilana dengan dasinya yang belum tersimpul dengan benar dan wajahnya yang sudah merengut. “Sini, Abang pasangin.”“Nah, gitu dong, Bang, dari tadi.”Asa berdecak dan menjitak kening adiknya dengan pelan. “Makanya kalau Abang ajarin tuh dipraktekin dong.”“Kan ada Abang.”“Masa sampai SMA dasinya mau dipakein Abang terus?”“Biarin, wleee.”Asa tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Ilana menjulurkan lidah ke arahnya. Dengan cepat ia memasang dasi berwarna biru dongker tersebut hingga rapi di kerah kemeja putih adik

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Ada Papa di Sini Buat Kakak

    “Papa!”“Iya, Kakak?”“Kakak mau punya pacar juga!”Badai yang baru saja menelan jus wortel buatan Padma langsung tersedak mendengar ucapan Ilana, anak keduanya.Ilana tentu saja terkejut melihat reaksi ayahnya yang di luar dugaan. Maka ia langsung pindah ke samping sang ayah dan mengusap punggung tegap Badai dengan tangan mungilnya.“Kok Kakak ngomong gitu?” Badai bertanya setelah bisa bicara dengan benar dan efek dari tersedaknya hilang. “Kakak kan masih kecil, kok udah tahu soal pacar-pacaran?”“Kemarin Bang Janar bilang, Bang Asa udah punya pacar di sekolah,” cerita Ilana yang sudah masuk kelas 2 SD tersebut dengan polosnya. “Pas aku tanya pacar itu apa, katanya Bang Janar tanyain Papa aja.”Astaga, Shua, anakmu! gerutu Badai sambil menggeleng pelan. Namun, detik berikutnya ia sadar dengan apa yang diucapkan Ilana sebelumnya.“Apa? Abang udah punya pacar?”“Katanya Bang Janar.” Ilana mengangguk sambil merengut.“Haduh….” Badai hanya bisa mengusap keningnya. Bagaimana bisa anak kec

DMCA.com Protection Status