Semua Bab Cinta Satu Malam dengan Berondong: Bab 211 - Bab 220

230 Bab

Tidak Ada Kehidupan yang Sempurna

“Kamu pernah nyesel nggak waktu dulu kita nggak jadi nikah?”Sebenarnya Badai tak tahu apa yang merasukinya untuk bertanya hal itu kepada Padma. Tapi ketika mengingat hari ini adalah hari spesial untuk sahabatnya, ingatan Badai jadi memutar balik kenangannya dulu.“Nggak. Kalau aku nyesel, berarti aku nggak suka sama kehadiran Asa dong.”Jawaban sederhana Padma membuat Badai tersenyum. Padma berdiri dari kursinya yang ia tempati selama merias wajahnya, untuk menghadiri akad nikah dan resepsi pernikahan Ipang dan Priska.“Aku nggak suka kalau kamu lari dari tanggung jawab, B. Bukan nggak suka sama Asa. Bagaimanapun kan bukan dia yang milih gimana caranya dihadirkan ke dunia ini.”Kedua tangan Badai langsung memeluk pinggang Padma begitu perempuan itu menghampirinya. Padma tersenyum dan merapikan bow tie yang dikenakan Badai, yang hari ini akan menyaksikan salah satu sahabatnya melepas masa lajang dengan sukarela.“Aku mau cium kamu jadinya,” bisik Badai di telinga Padma. “Tapi nanti l
Baca selengkapnya

Aku Mau Jadi Anak Mama, Bisa Nggak?

“Asa nggak mau keluar dari kamar sejak pagi tadi, kenapa ya?”Badai mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh sang istri. Hari ini ia baru bertemu Asa di pagi hari ketika ia pamit pada Asa yang baru bangun tidur karena terpaksa harus bekerja di hari libur ini.tAPI panggilan mendadak dari Red House karena ada barang mereka yang bermasalah di gudang, membuat Badai harus pergi bekerja di hari libur ini.“Bener-bener nggak keluar sama sekali?” Badai balik bertanya sambil melepas kemejanya dan hanya menyisakan kaos putih polos yang membalut tubuhnya.Dengan sigap, Padma meraih kemeja yang baru dilepas Badai tersebut untuk ia taruh di keranjang cucian.“Iya, aku udah bujuk buat makan bareng di ruang makan dari sarapan tadi, tapi sampai makan siang pun dia minta sama Lita buat makan di kamar.”“Coba aku tanya deh.”“Kamu mandi dulu aja,” cegah Padma ketika Badai sudah ingin beranjak keluar dari kamar mereka. “Masih ada banyak waktu sampai makan malam.”“Mau mandi sama
Baca selengkapnya

Tidak Perlu Ada yang Disesali

“Aku jadi… menyesal.”“Kenapa?”Badai tak menjawab pertanyaan Padma, tapi Padma bisa menebak apa yang ada di pikiran suaminya saat ini. Sepulangnya ia dan Asa dari taman tadi, Padma menjelaskan apa yang dialami Asa secara ringkas kepada Badai dan respons Badai sesuai dengan tebakannya.“Jangan mulai nyalahin diri kamu sendiri.” Padma mengusap pelan lengan suaminya. “Niat kamu dulu yang nggak ingin bercerai dan menganggap kalau rumah tangga kamu dengan Anastasya bisa diperbaiki itu bener kok.“Tapi kan kamu tahu, kita nggak bisa mengendalikan semua hal di dunia ini, termasuk soal perasaan orang lain. Kamu nggak bisa mengendalikan perasaan Anastasya yang akhirnya membuat kamu dan Asa sampai ke titik ini.”Badai menyugar rambutnya dengan asal. Ia tahu kalau apa yang dikatakan Padma memang benar.Namun ketika menyadari bagaimana Asa harus mengingat ibu kandungnya dengan cara paling pahit hingga akhirnya kini malah dihina orang lain karena keluarganya, membuat Badai merasa gagal menjadi se
Baca selengkapnya

Rahasiakan Ini dari Badai

“Nggak berasa ya, udah ulang tahun Janar aja.”“Iya. Ini ulang tahun pertama Janar tanpa ayahnya.”Padma mengusap pelan lengan Shua dan Mili menyerahkan segelas jus jeruk kepada perempuan itu.“Juan nggak dateng?” tanya Mili yang sejak tadi memang memperhatikan tamu undangan yang datang di ulang tahun Janar, anak Shua.“Nggak, lagi nemenin selingkuhannya ke dokter kandungan, sebentar lagi mereka mau punya anak, kali.”“Ewh,” desis Mili tanpa sadar. “Janar sedih nggak tahu papanya nggak dateng?”“Nggak.” Perempuan yang hari itu mengenakan gaun santai dengan kerah sabrina tersebut menggeleng seraya tersenyum miris. “Dia bahkan nggak pernah nanyain papanya lagi. Sesekali aku singgung soal papanya, kayak… kalau dia kangen kita bisa atur waktu ketemu.“Tapi Janar bilang dia nggak mau ketemu papanya.” Shua menghela napas. “Aku emang benci sama Juan, tapi aku juga nggak pengen anakku lupa atau bahkan benci sama papanya.”Padma mengerti apa yang dipikirkan Shua. Hal itu juga yang ia dan Badai
Baca selengkapnya

Rasanya Hidupku Sudah Lengkap

Badai membuka matanya dan merasa ada hal yang aneh. Ia mengerjapkan mata, lalu beranjak duduk dan mencari kaosnya yang ia lempar dengan sembarangan entah ke mana semalam.“Hon,” panggil Badai sambil memakai kaosnya yang ternyata tergeletak di kursi meja rias. “Kamu di kamar mandi?”Ia mendekat ke kamar mandi, tapi pintunya terbuka sedikit dan tidak ada siapa-siapa di dalamnya.Satu tangannya mengucek matanya yang masih ingin terpejam seraya masuk ke kamar mandi. Ia memutuskan untuk sekalian mandi sebelum turun ke lantai satu, menyusul istrinya yang kemungkinan sudah bangun lebih dulu daripada dirinya.“Hon, kamu di mana?” panggil Badai ketika selesai mandi dan beranjak menuruni undakan tangga.Samar-samar Badai bisa mendengar seruan Padma yang menjawab pertanyaannya. “Di dapur, B.”Mendengar hal itu, tentu saja Badai langsung bergegas ke dapur. Istrinya tengah menghadap kompor dan sibuk sendiri dengan masakannya. Iseng, ia memeluk Padma dari belakang dan mencium pipi istrinya dengan l
Baca selengkapnya

Momen Bersejarah di Hidup Badai

 “Papa, mau duduk.”“Oh, oke, oke.”Dengan cepat Badai mencari restoran yang tak terlalu ramai untuk mereka bertiga duduk dan beristirahat sejenak. Ia menunjuk ke arah Fish & Co. “Ke sana mau nggak, Bang?”“Mau, mau!”Badai tersenyum melihat bagaimana antusiasnya Asa. Seraya mendorong stroller yang ditempati Ilana, mereka berjalan masuk ke gerai Fish & Co. yang ada di lantai 3A Grand Indonesia tersebut.Hari ini ia, Padma, dan anak-anaknya memang berkunjung ke Grand Indonesia untuk banyak agenda, mulai dari belanja bulanan, beli baju baru untuk Asa dan Badai, hingga Padma yang ingin potong rambut.Badai sengaja memberi waktu pada
Baca selengkapnya

Aku Nggak Akan Kuat Tanpa Kamu

 “Ilana manggil aku Papa, Hon!”“Iyaaa, B.”“Pa!” Badai mengulangi kata pertama yang diucapkan Ilana seminggu yang lalu di Fish & Co. Grand Indonesia. “Dia manggil aku Papa!”Padma sudah mendengar ratusan kali (dan ini bukan hal yang berlebihan, memang faktanya Badai sudah membicarakan ini ratusan kali) mengenai kata pertama yang diucapkan Ilana.Perempuan itu bahkan masih mengingat dengan jelas, ketika ia tiba di Fish & Co. setelah selesai creambath, hal pertama yang dilakukan Badai adalah memeluknya di depan anak-anak dan semua orang.Dengan sangat senang lelaki itu mengatakan kalau kata pertama yang diucapkan Ilana merupakan ‘Papa&
Baca selengkapnya

Tak Pernah Terpikir Kalau Kita akan Melangkah Bersama

 “Mama nggak capek?”“Nggak.” Padma menggeleng sembari menggoyangkan gandingan tangan mereka. “Abang capek?”“Nggak, Abang nggak capek!”Kekehan kecil meluncur dari bibir Padma ketika melihat bagaimana bersemangatnya Asa pagi ini. Usai sarapan, Padma mengajak Asa untuk berjalan bersamanya ke taman yang tak jauh dari rumah mereka.Asa tentu saja langsung mengiakan. Anaknya itu sudah seperti bodyguard kecil untuknya. Ia bahkan memperhatikan jalanan di depan mereka, kalau ada kerikil yang mungkin akan mereka lewati, Asa akan memberi tahu Padma supaya minggir sedikit dan tidak menginjak kerikil tersebut.“Mama mesti sering-sering olahraga ringan biar sehat terus,” ce
Baca selengkapnya

Kamandaru by Blood, Tanaka by Heart

 “Kamu nggak capek gendong Ilana terus?”“Nggaklah, masa gendong anak sendiri capek.”Shua mendengus mendengar bagaimana bangganya Badai kuat menggendong anaknya selama berjam-jam.Saat ini mereka tengah berada di acara keluarga Tanaka, lebih tepatnya ulang tahun sang oma yang jadi hari wajib berkumpul untuk mereka semua. Padma sendiri sedang mengobrol dengan Oma dan Badai menawarkan pada istrinya agar ia saja yang menggendong Ilana.“Udah tahu mau kasih nama apa untuk anak ketiga kalian?”Badai langsung memicingkan matanya begitu mendengar pertanyaan Shua. “Nggak usah ngeledek deh.”Shua langsung tertawa melihat raut wajah Badai yang masam. &ldqu
Baca selengkapnya

Meisie Claretta Tanaka

“Sadar nggak sih kalau kita selalu ada di saat Asa dan Ilana dulu lahir?”“Hon!” Badai malah tak langsung menjawab pertanyaan Padma. “Kok sempet-sempetnya sih kamu mikirin itu? Ini kamu udah mau lahiran lho.”Padma tertawa singkat, tapi langsung mengernyit saat rasa ngilu itu kembali datang. Mereka sudah berada di ruang bersalin dan kini Badai tengah menemaninya.Pagi tadi, mereka memutuskan untuk ke rumah sakit ketika merasakan tanda-tanda kalau anak ketiga mereka sudah siap untuk bertemu orangtuanya.Asa dan Ilana dijaga oleh orangtua Padma, sementara itu, di luar sana sudah ada sahabat-sahabat Badai, Arsa dan Mili, juga Shua—yang baru kembali dari luar negeri dan langsung meluncur ke rumah sakit dari bandara.“Kam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status