Share

Rahasiakan Ini dari Badai

Penulis: Sara Maureen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Nggak berasa ya, udah ulang tahun Janar aja.”

“Iya. Ini ulang tahun pertama Janar tanpa ayahnya.”

Padma mengusap pelan lengan Shua dan Mili menyerahkan segelas jus jeruk kepada perempuan itu.

“Juan nggak dateng?” tanya Mili yang sejak tadi memang memperhatikan tamu undangan yang datang di ulang tahun Janar, anak Shua.

“Nggak, lagi nemenin selingkuhannya ke dokter kandungan, sebentar lagi mereka mau punya anak, kali.”

“Ewh,” desis Mili tanpa sadar. “Janar sedih nggak tahu papanya nggak dateng?”

“Nggak.” Perempuan yang hari itu mengenakan gaun santai dengan kerah sabrina tersebut menggeleng seraya tersenyum miris. “Dia bahkan nggak pernah nanyain papanya lagi. Sesekali aku singgung soal papanya, kayak… kalau dia kangen kita bisa atur waktu ketemu.

“Tapi Janar bilang dia nggak mau ketemu papanya.” Shua menghela napas. “Aku emang benci sama Juan, tapi aku juga nggak pengen anakku lupa atau bahkan benci sama papanya.”

Padma mengerti apa yang dipikirkan Shua. Hal itu juga yang ia dan Badai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Rasanya Hidupku Sudah Lengkap

    Badai membuka matanya dan merasa ada hal yang aneh. Ia mengerjapkan mata, lalu beranjak duduk dan mencari kaosnya yang ia lempar dengan sembarangan entah ke mana semalam.“Hon,” panggil Badai sambil memakai kaosnya yang ternyata tergeletak di kursi meja rias. “Kamu di kamar mandi?”Ia mendekat ke kamar mandi, tapi pintunya terbuka sedikit dan tidak ada siapa-siapa di dalamnya.Satu tangannya mengucek matanya yang masih ingin terpejam seraya masuk ke kamar mandi. Ia memutuskan untuk sekalian mandi sebelum turun ke lantai satu, menyusul istrinya yang kemungkinan sudah bangun lebih dulu daripada dirinya.“Hon, kamu di mana?” panggil Badai ketika selesai mandi dan beranjak menuruni undakan tangga.Samar-samar Badai bisa mendengar seruan Padma yang menjawab pertanyaannya. “Di dapur, B.”Mendengar hal itu, tentu saja Badai langsung bergegas ke dapur. Istrinya tengah menghadap kompor dan sibuk sendiri dengan masakannya. Iseng, ia memeluk Padma dari belakang dan mencium pipi istrinya dengan l

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Momen Bersejarah di Hidup Badai

    “Papa, mau duduk.”“Oh, oke, oke.”Dengan cepat Badai mencari restoran yang tak terlalu ramai untuk mereka bertiga duduk dan beristirahat sejenak. Ia menunjuk ke arah Fish & Co. “Ke sana mau nggak, Bang?”“Mau, mau!”Badai tersenyum melihat bagaimana antusiasnya Asa. Seraya mendorong stroller yang ditempati Ilana, mereka berjalan masuk ke gerai Fish & Co. yang ada di lantai 3A Grand Indonesia tersebut.Hari ini ia, Padma, dan anak-anaknya memang berkunjung ke Grand Indonesia untuk banyak agenda, mulai dari belanja bulanan, beli baju baru untuk Asa dan Badai, hingga Padma yang ingin potong rambut.Badai sengaja memberi waktu pada

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Aku Nggak Akan Kuat Tanpa Kamu

    “Ilana manggil aku Papa, Hon!”“Iyaaa, B.”“Pa!” Badai mengulangi kata pertama yang diucapkan Ilana seminggu yang lalu di Fish & Co. Grand Indonesia. “Dia manggil aku Papa!”Padma sudah mendengar ratusan kali (dan ini bukan hal yang berlebihan, memang faktanya Badai sudah membicarakan ini ratusan kali) mengenai kata pertama yang diucapkan Ilana.Perempuan itu bahkan masih mengingat dengan jelas, ketika ia tiba di Fish & Co. setelah selesai creambath, hal pertama yang dilakukan Badai adalah memeluknya di depan anak-anak dan semua orang.Dengan sangat senang lelaki itu mengatakan kalau kata pertama yang diucapkan Ilana merupakan ‘Papa&

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Tak Pernah Terpikir Kalau Kita akan Melangkah Bersama

    “Mama nggak capek?”“Nggak.” Padma menggeleng sembari menggoyangkan gandingan tangan mereka. “Abang capek?”“Nggak, Abang nggak capek!”Kekehan kecil meluncur dari bibir Padma ketika melihat bagaimana bersemangatnya Asa pagi ini. Usai sarapan, Padma mengajak Asa untuk berjalan bersamanya ke taman yang tak jauh dari rumah mereka.Asa tentu saja langsung mengiakan. Anaknya itu sudah seperti bodyguard kecil untuknya. Ia bahkan memperhatikan jalanan di depan mereka, kalau ada kerikil yang mungkin akan mereka lewati, Asa akan memberi tahu Padma supaya minggir sedikit dan tidak menginjak kerikil tersebut.“Mama mesti sering-sering olahraga ringan biar sehat terus,” ce

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kamandaru by Blood, Tanaka by Heart

    “Kamu nggak capek gendong Ilana terus?”“Nggaklah, masa gendong anak sendiri capek.”Shua mendengus mendengar bagaimana bangganya Badai kuat menggendong anaknya selama berjam-jam.Saat ini mereka tengah berada di acara keluarga Tanaka, lebih tepatnya ulang tahun sang oma yang jadi hari wajib berkumpul untuk mereka semua. Padma sendiri sedang mengobrol dengan Oma dan Badai menawarkan pada istrinya agar ia saja yang menggendong Ilana.“Udah tahu mau kasih nama apa untuk anak ketiga kalian?”Badai langsung memicingkan matanya begitu mendengar pertanyaan Shua. “Nggak usah ngeledek deh.”Shua langsung tertawa melihat raut wajah Badai yang masam. &ldqu

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Meisie Claretta Tanaka

    “Sadar nggak sih kalau kita selalu ada di saat Asa dan Ilana dulu lahir?”“Hon!” Badai malah tak langsung menjawab pertanyaan Padma. “Kok sempet-sempetnya sih kamu mikirin itu? Ini kamu udah mau lahiran lho.”Padma tertawa singkat, tapi langsung mengernyit saat rasa ngilu itu kembali datang. Mereka sudah berada di ruang bersalin dan kini Badai tengah menemaninya.Pagi tadi, mereka memutuskan untuk ke rumah sakit ketika merasakan tanda-tanda kalau anak ketiga mereka sudah siap untuk bertemu orangtuanya.Asa dan Ilana dijaga oleh orangtua Padma, sementara itu, di luar sana sudah ada sahabat-sahabat Badai, Arsa dan Mili, juga Shua—yang baru kembali dari luar negeri dan langsung meluncur ke rumah sakit dari bandara.“Kam

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Bagaimana Rasanya Jatuh Cinta Lagi dan Lagi?

    “Hon, kaos kaki aku di mana ya?”“Udah aku taruh di dekat sepatu kamu tadi.”“Di—oh! Thank you, Honey.”Padma hanya tersenyum geli mendengar bagaimana Badai masih menanyakan hal tersebut setiap hari padahal Padma selalu meletakkannya di tempat yang sama.“Cantik,” puji Badai saat melewati Padma yang tengah berdiri di depan walk in closet untuk mengambil pakaian sehabis mandi.Lelaki itu melangkah mundur dan mencuri kesempatan untuk mencium pipi Padma, baru kembali berjalan ke tempat di mana sepatu dan kaos kakinya berada.“Hari ini kamu lembur, B?” tanya Padma setelah selesia mengenakan pakaiannya.“Nggak dong,” jawab Badai dengan cepat. “Hari ini kan ulang tahun Ilana. Mana mungkin aku lembur. Oh ya, kuenya nanti dianter ke rumah atau perlu diambil ke toko kuenya?”“Kata mereka sih bisa dianter ke rumah.”“Kalau perlu diambil, bilang ke aku aja ya. Biar aku yang ambil, kamu di rumah aja. Atau minta yang lain untuk ambilin.”“Aku nggak dibolehin keluar rumah nih?” goda Padma.Perempua

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Ada Papa di Sini Buat Kakak

    “Papa!”“Iya, Kakak?”“Kakak mau punya pacar juga!”Badai yang baru saja menelan jus wortel buatan Padma langsung tersedak mendengar ucapan Ilana, anak keduanya.Ilana tentu saja terkejut melihat reaksi ayahnya yang di luar dugaan. Maka ia langsung pindah ke samping sang ayah dan mengusap punggung tegap Badai dengan tangan mungilnya.“Kok Kakak ngomong gitu?” Badai bertanya setelah bisa bicara dengan benar dan efek dari tersedaknya hilang. “Kakak kan masih kecil, kok udah tahu soal pacar-pacaran?”“Kemarin Bang Janar bilang, Bang Asa udah punya pacar di sekolah,” cerita Ilana yang sudah masuk kelas 2 SD tersebut dengan polosnya. “Pas aku tanya pacar itu apa, katanya Bang Janar tanyain Papa aja.”Astaga, Shua, anakmu! gerutu Badai sambil menggeleng pelan. Namun, detik berikutnya ia sadar dengan apa yang diucapkan Ilana sebelumnya.“Apa? Abang udah punya pacar?”“Katanya Bang Janar.” Ilana mengangguk sambil merengut.“Haduh….” Badai hanya bisa mengusap keningnya. Bagaimana bisa anak kec

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Badai Pasti Berlalu

    “Iiih, Dek Mei udah pacaran ya?”“Kakak!!!” Dengan buru-buru, Meisie menempelkan ponselnya ke dada. Ia menoleh pada kakaknya dan langsung cemberut. “Kakak ngintip ya?”“Dikit,” jawab Ilana seraya tersenyum jahil. Anak kedua di keluarga Tanaka itu menaik-turunkan alisnya, menggoda Meisie yang kini wajahnya sudah semerah kepiting rebus. “Siapa sih yang chat terus sama kamu sejak kita turun dari pesawat? Kenalin dooong.”“Temen sekelas doang kok.” Meisie memilih memasukkan ponselnya ke dalam tas, sebelum Ilana dengan kejahilannya akan mengambil ponselnya untuk melihat dengan siapa ia bertukar pesan seharian ini.“Cewek?”Meisie kembali merengut. Ia bisa dikatakan jarang berbohong. Jad

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Kamu Tahu Namaku?

    “Kamu nggak takut sama aku?”“Nggak.”“Kenapa? Semua orang takut sama aku?”“Ngapain takut? Kamu kan manusia.” Meisie tertawa begitu mendengar pertanyaan Dalvin yang konyol. “Kamu emangnya suka makan orang?”“Nggak.” Dalvin menggeleng dengan tegas. “Tapi semua anak di kelas ini takut denganku.”“Kenapa?”“Kamu nggak tahu?” Dalvin yakin Meisie tahu apa yang semua anak di kelas ini bicarakan mengenai dirinya.Dalvin si anak buangan. Dalvin si anak pembunuh.Juga masih banyak lagi julukan-julukan untuknya yang saking banyaknya, Dalvin tak ingat lagi.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Matahari yang Dingin

    “Inget, kalau disuruh macem-macem yang melanggar norma dan adab, kamu jangan mau, Dek Mei!” Dengan menggebu-gebu, Ilana si biang onar memberi nasehat kepada adiknya, yang hari ini resmi jadi murid SMA.“Jangan mau kalau disuruh sok-sok nembak kakak kelas. Itu sih karena mereka emang pengen dibilang ada yang naksir aja padahal aslinya nggak ada.”Asa melirik Ilana dengan geli. Karena Asa sudah bisa mengemudi dan punya SIM, juga ketika berusia 17 tahun dihadiahi mobil oleh sang ibu, kini hobinya adalah mengantar-jemput kedua adiknya—Ilana dan Meisie.“Katanya, kamu juga pas jadi panitia MOS banyak yang nembak, Dek. Itu beneran atau hoaks?”“Itu beneran. Tapi karena nggak ada yang mendekati kayak Abang atau Papa, kutolak semua deh.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (2)

    Malam itu Asa tidak keluar kamar untuk makan malam dan Padma membiarkannya. Ilana dan Meisie bertanya kenapa kakak mereka tidak ikut turun untuk makan malam bersama, mengingat ritual makan bersama adalah kegiatan yang pantang untuk dilewatkan bagi keluarga mereka.“Abang butuh istirahat. Kalau Abang ikut makan di sini, kalian pasti minta Abang suapin kalian deh.”Ilana dan Meisie langsung memberikan cengiran lebarnya. Kedua anak perempuan itu sangat manja pada Asa, hingga kadang-kadang Janar mengatakan pada Asa kalau Asa ditakdirkan untuk dikerjai seumur hidup oleh kedua adiknya.“Terus Abang nggak makan, Ma?” tanya Meisie yang langsung khawatir dengan kondisi kakaknya. “Aku bawain makanan aja buat Abang ya, Ma? Bolehkan kalau kali ini Abang makan di kamar? Masa Abang nggak makan sama sekali….”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (1)

    "Abang mau jadi jagoan atau gimana?”Angkasa menunduk saat ayahnya bertanya dengan dingin dan tajam seperti itu. Sesekali tangannya bergerak menyeka darah yang masih menetes dari sudut bibirnya yang robek.“Udah nggak ada nyali untuk kamu jawab pertanyaan Papa, Bang?”“B….” Padma menggeleng pelan saat melihat suaminya yang juga jadi emosi. Perempuan itu melihat ke sekelilingnya dan kembali menggeleng. “Kita bicarakan di rumah. Kamu mau balik ke kantor atau ikut pulang?”“Aku mana bisa kerja setelah ini, Hon.” Badai mendengus pelan, lalu berjalan lebih dulu dibanding istri dan anaknya.Padma menghela napas dan mendekat pada anak sulungnya, ia merapikan kerah kemeja Asa yang berantakan, lalu mengg

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (3)

    Ilana mengetuk pintu kamar orangtuanya dan yang keluar adalah sang ayah, Badai Tanaka.“Kakak kok belum tidur?” tanya Badai sambil mengusap puncak kepala Ilana.Ilana berpikir sebentar, lalu menarik tangan ayahnya hingga ayahnya keluar dari kamar. “Papa udah mau tidur?”“Belum.” Sejujurnya, Badai hampir tertidur karena ia baru sampai sore ini di Jakarta. Padma sendiri sedang di kamar mandi ketika Ilana mengetuk pintu kamar mereka.“Kakak laper,” adu Ilana pada sang ayah. “Bikin mie goreng yuk, Pa.”“Ayo, sini, Papa masakin,” kata Badai sambil tersenyum.Sambil bergandengan tangan, keduanya turun ke lantai satu yang sudah lengang karena semua orang sudah berada di ka

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (2)

    “Eh, eh, liat. Ada si anak tiri.”Ilana langsung merengut begitu mendengar bisik-bisik (yang tidak terlalu pelan sehingga Ilana bisa dengan jelas mendengarnya) tersebut.Dua meja dari meja yang ia. tempati dengan Asa dan Meisie, ada si tukang bully yang beberapa hari lalu menangis karena tak bisa bangkit dari kursinya.“Untung keluarganya kaya, jadi nggak dijadiin pembantu kayak di film-film,” sahut salah satu teman si tukang bully yang bertubuh sangat kurus, berbanding terbalik dengan si tukang bully yang gempal dan besar.Seperti Hulk, menurut Ilana.Ilana menghela napas dan berusaha tak mengabaikan ocehan laki-laki tukang gosip itu. Ia tak boleh membuat keributan lagi kalau tak mau diceramahi ibunya selama 25 jam.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (1)

    “Abang, ini gimana sih cara pasangnya? Aku nggak bisa terus dari tadi.”Asa melihat bagaimana Ilana dengan dasinya yang belum tersimpul dengan benar dan wajahnya yang sudah merengut. “Sini, Abang pasangin.”“Nah, gitu dong, Bang, dari tadi.”Asa berdecak dan menjitak kening adiknya dengan pelan. “Makanya kalau Abang ajarin tuh dipraktekin dong.”“Kan ada Abang.”“Masa sampai SMA dasinya mau dipakein Abang terus?”“Biarin, wleee.”Asa tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Ilana menjulurkan lidah ke arahnya. Dengan cepat ia memasang dasi berwarna biru dongker tersebut hingga rapi di kerah kemeja putih adik

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Ada Papa di Sini Buat Kakak

    “Papa!”“Iya, Kakak?”“Kakak mau punya pacar juga!”Badai yang baru saja menelan jus wortel buatan Padma langsung tersedak mendengar ucapan Ilana, anak keduanya.Ilana tentu saja terkejut melihat reaksi ayahnya yang di luar dugaan. Maka ia langsung pindah ke samping sang ayah dan mengusap punggung tegap Badai dengan tangan mungilnya.“Kok Kakak ngomong gitu?” Badai bertanya setelah bisa bicara dengan benar dan efek dari tersedaknya hilang. “Kakak kan masih kecil, kok udah tahu soal pacar-pacaran?”“Kemarin Bang Janar bilang, Bang Asa udah punya pacar di sekolah,” cerita Ilana yang sudah masuk kelas 2 SD tersebut dengan polosnya. “Pas aku tanya pacar itu apa, katanya Bang Janar tanyain Papa aja.”Astaga, Shua, anakmu! gerutu Badai sambil menggeleng pelan. Namun, detik berikutnya ia sadar dengan apa yang diucapkan Ilana sebelumnya.“Apa? Abang udah punya pacar?”“Katanya Bang Janar.” Ilana mengangguk sambil merengut.“Haduh….” Badai hanya bisa mengusap keningnya. Bagaimana bisa anak kec

DMCA.com Protection Status