Home / Pernikahan / Cinta Satu Malam dengan Berondong / Malam Singkat yang Terasa Panjang

Share

Malam Singkat yang Terasa Panjang

Author: Sara Maureen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Badai mengusap tengkuknya beberapa kali, lalu menatap pantulan dirinya di hadapan cermin yang ada di kamar hotel tersebut.

Samar-samar Badai bisa mendengar suara shower dari dalam kamar mandi di mana Padma sedang membersihkan dirinya sekarang.

Pandangan lelaki itu menelusuri kamar yang malam ini mereka tempati sampai besok sebelum kemudian pergi ke Lombok untuk bulan madu.

Daripada bingung harus apa selagi menunggu Padma mandi, Badai memilih untuk mengambil ponselnya. Namun, hal itu jadi keputusan yang salah ketika ia mendapati ratusan notifikasi dari grup berisikan dirinya dan kelima sahabatnya.

Pangeran B. Ailendra: Obat kuat udah ditaro di kamar hotelnya Badai belum? Dia kelamaan puasa, takutnya performa menurun drastis.

Kalu R. Parvaiz: Tenang aja, udah ditaruh semua di nakas deket TV. Dibungkus jadi kayak parsel buah.

Ksatria A. Abimayu: Mantep, besok buka usaha jual sex toys, kondom, sama sejenisnya aja, Kal. Terus terima jasa hias dan bungkus sesuai kemauan klien. Dijamin bakal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kata Orang, Kegagalan adalah Keberhasilan yang Tertunda

    Biasanya, Padma terbangun dengan sisi ranjang yang kosong, hanya berteman bantal yang dingin dan area seprai yang lebih rapi daripada area yang ia tiduri.Tapi kali ini ketika ia membuka matanya, ada sosok Badai Tanaka yang tertidur lelap dengan posisi berbaring miring menghadapnya.Senyum terkembang di wajah Padma. Mulai hari ini, ia tidak akan tertidur sendiri lagi. Tangannya tergerak untuk merapikan rambut Badai, tapi ia segera berjengit saat merasakan suhu tubuh Badai yang lebih tinggi daripada biasanya.“Jangan-jangan kamu sakit,” gumam Padma seraya duduk tegak dan menempelkan punggung tangannya ke kening Badai. Benar saja, Padma langsung menarik tangannya lagi ketika merasakan panasnya tubuh Badai yang tak biasa.Ia segera bangkit dan memakai kimono yang tergeletak di kursi tak jauh dari ranjang. Setelahnya, Padma sibuk menelepon dokter keluarga Tanaka yang sudah ia miliki nomornya dan meminta lelaki paruh baya itu datang ke rumah Badai siang nanti.Padma melakukan semuanya deng

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Pertemuan di Surat Terakhir

    “Serius kalian nggak jadi honeymoon?”“Serius.” Padma membuka pintu kamar dan memastikan Badai sudah tertidur. Tadi dokter sudah datang memeriksa kondisi Badai dan mengatakan Badai harus istirahat total setidaknya sampai tiga hari ke depan.Keputusan yang tepat untuk membatalkan honeymoon mereka.Usai memastikan Badai masih tertidur karena efek obat yang ia minum, Padma kembali menutup pintu kamar dan melangkah menuju kamar sebelah yang dialihfungsikan menjadi perpustakaan dan ruang main untuk anak-anak mereka.Kamar itu adalah kamar yang dulunya ditempati Anastasya. Karena sekarang Badai dan Padma akan menempati kamar Badai, maka kamar itu dialihfungsikan untuk anak-anak.“Kamu udah cancel resort-nya?”Shua kembali bertanya saat Padma memutuskan untuk mengaktifkan mode loudspeaker. Sembari menunggu Badai bangun, Padma ingin melanjutkan kegiatannya yang belum selesai sejak seminggu sebelum pernikahannya dengan Badai—merapikan ruang perpustakaan tersebut.Masih ada beberapa kotak yang

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Padma Punya Bayi Lagi

    “Abang tanen Mama!”“Abang kangen Mama,” koreksi Padma yang tersenyum lebar melihat Asa kini tengah memeluk lengannya dengan erat. “Abang nggak kangen Papa?”Asa yang tadinya tengah menyembunyikan wajahnya, langsung mencari keberadaan sang ayah. Begitu tadi tiba di rumah setelah diantar oleh opa dan omanya (orangtua Padma), Asa langsung berlari masuk ke rumah untuk mencari Badai dan Padma.Orang pertama yang ia temui adalah Padma, yang langsung ia ajak duduk di ruang tengah dan ia peluk lengannya dengan erat.“Papa?” Asa mencari-cari keberadaan sang ayah.Padma menoleh ke belakang dan mendapati Badai baru turun dari lantai dua. Mereka memang baru selesai merapikan ruang perpustakaan di lantai dua ketika diberi tahu kalau orangtua Padma datang.Begitu melihat kehadiran mertua dan anaknya, Badai tersenyum lebar seraya merentangkan tangannya. “Abang nggak kangen Papa?”Asa langsung melompat dari sofa dan berlari ke arah Badai. Lelaki itu menerima kedatangan anaknya dan dengan mudah, ia m

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Badai Tak Peduli Apa Pun Selain....

    “Shua kapan pulang, Hon?”“Belum tahu.” Padma menyerahkan piring bersih kepada Badai untuk lelaki itu tata di meja makan. “Katanya sih dia extend lagi di sana.”“Kerjaannya aman emangnya?”“So far sih aman, dia kayaknya kerja remote dari sana deh.”“Hmm….”Padma mematikan kompor dan dengan hati-hati, memindahkan masakannya ke piring saji. Siang ini sahabat-sahabat Badai akan datang ke rumah, jadilah sejak pagi tadi Padma sudah sibuk di dapur.Kelima om kesayangan Asa dan Ilana tengah mengasuh kedua anak mereka selagi Badai diusir ke dapur untuk membantu Padma. Badai senang-senang saja diminta berduaan dengan Padma, tapi kadang-kadang ia khawatir juga dengan kegilaan sahabat-sahabatnya kala mengasuh kedua anaknya.“Kamu khawatir sama Shua?” tebak Padma yang selesai dengan pekerjaannya, kini menyandarkan pinggulnya di tepian countertops dan berdiri di sebelah Badai.“Iya. Ini udah dua minggu dia pergi dan cuma berdua sama Janar,” aku Badai dengan jujur. “Aku yakin orangtuanya juga udah

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Selalu Kamu yang Paling Indah di Mataku

    “Hon.”“Ya?”“Nge-date yuk.”“Ke mana?”“Makan gultik di Blok M.”Keduanya bertatapan selama satu menit untuk Padma meyakinkan dirinya mengenai apa yang baru saja diucapkan Badai.“Beneran makan gultik Blok M?” tanya Padma lagi untuk memastikan.“Beneran. Aku udah lama nggak makan itu.”Padma menatap jam dinding di kamar mereka dan mendapati waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. “Sekarang? Nanti kamu masuk angin nggak pergi jam segini?”“Hon, kita naik mobil, nggak naik sepeda.” Gemas, Badai menjawil hidung istrinya hingga perempuan itu mengaduh. “Nanti AC-nya dikecilin aja, pakai jaket.”“Oke….” Akhirnya Padma benar-benar mengiakan ajakan Badai. “Aku takut kamu sakit lagi kalau keluar malam-malam.”“Nggak kok. Nanti pulangnya kita anget-angetan aja biar aku nggak masuk angin, gimana?”Ganti Padma yang mencubit kedua pipi suaminya agak lama, lalu beranjak dari ranjang untuk berganti pakaian. Badai mengikuti istrinya dan tersenyum lebar. Kencan malam-malam sambil mengit

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kutukan yang Tak Berhasil

    “Aku nggak menyangka hari ini akan tiba juga.”Padma mempererat genggamannya pada tangan Badai ketika mereka berdua tiba di pemakaman yang menjadi rumah terakhir untuk Anastasya.Setelah semalam Badai tiba-tiba mengajaknya mendatangi makam Anastasya, tentu saja Padma mengiakannya dan di sinilah mereka. Padma melirik suaminya dan ekspresi Badai tak mudah dibaca.“B,” panggilnya dengan lembut.Badai menoleh, kemudian setelah bertatapan dengan Padma yang tersenyum lembut untuknya, Badai mulai lebih rileks.“Yuk,” ajak Badai.Keduanya melangkah menuju makam Anastasya yang letaknya sudah Padma hafal. Badai tak banyak bicara, ia hanya menggenggam tangan istrinya dengan erat dan beberapa kali menghela napas dengan berat.Setibanya di makam Anastasya, mereka berdoa untuk mantan istri Badai tersebut dan terdiam agak lama. Padma tak mengatakan apa pun usai berdoa, ia memilih untuk menunggu Badai yang hanya memandangi makam Anastasya.“Anas,” gumam Badai saat angin berembus agak kencang hingga m

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Kalau Nanti Aku 'Mau' Kamu, Gimana?

    “Aku pengen deh ngajak kamu malam-malam ke The Clouds. Tapi masa anak-anak tidur kita malah ke klub sih?”Padma menaikkan satu alisnya. “Emang kamu mau ngapain ngajak aku ke klub?”“Mengulang hari pertama kita ketemu dong.”Padma tergelak mendengar jawaban suaminya. Saat ini keduanya berada di kedai es krim yang dulu mereka sering datangi—lebih tepatnya Padma dengan Catra dan Badai dengan Asa.Mereka sudah menghubungi kedua orangtua Padma yang tentu saja tak keberatan memiliki waktu luang bersama cucunya. Arsa dan Mili pun rencananya akan datang ke rumah Badai-Padma untuk makan malam bersama, tentu saja membawa anak pertama mereka, Kama Handaru Hardjaja.“Ngulang pas yang di bar aja kan?”Badai langsung tersenyum lebar. “Nggak sekalian yang di kamar khusus punyaku, Hon?”“Tanaka!” tegur Padma yang tak segan untuk langsung mencubit lengan Badai.Bukannya takut atau menghindar, Badai malah menjawab seperti murid yang sedang diabsen. “Hadir!”Padma hanya bisa menggeleng melihat kelakuan

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Badai Si Penggoda

    Badai menelan salivanya dengan susah payah saat melihat Padma selesai mengenakan gaunnya. Padahal potongan gaun itu tidak provokatif atau terlalu terbuka, tapi lekuk tubuh istrinya yang tercetak jelas membuat Badai langsung menggeleng pelan.“Nggak bisa, Hon.”Padma yang tak memperhatikan reaksi Badai karena sibuk mengenakan kalungnya, menatap suaminya dari cermin meja riasnya. “Apanya yang nggak bisa?”“Aku nggak bisa tahan liat kamu kayak gini.”“Astaga, jangan kayak ABG baru puber deh,” ledek Padma setelah berhasil mengaitkan kalungnya.Padma berbalik untuk menemukan suaminya yang tengah merengut. Rasanya kalau ia meledek Badai sebagai berondongnya yang tengah merajuk, kalimat itu masih relevan untuk suaminya.“Tahan hasratmu, Tanaka.” Padma berdiri dari duduknya dan mengambil sling bag-nya. Ia pun mengulurkan tangannya pada Badai. “Ayo, jangan sampai kamu lupa kalau hari ini bachelor party-nya Ipang.”Meskipun berat hati, Badai tetap meraih tangan istrinya dan seraya bergandengan

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Badai Pasti Berlalu

    “Iiih, Dek Mei udah pacaran ya?”“Kakak!!!” Dengan buru-buru, Meisie menempelkan ponselnya ke dada. Ia menoleh pada kakaknya dan langsung cemberut. “Kakak ngintip ya?”“Dikit,” jawab Ilana seraya tersenyum jahil. Anak kedua di keluarga Tanaka itu menaik-turunkan alisnya, menggoda Meisie yang kini wajahnya sudah semerah kepiting rebus. “Siapa sih yang chat terus sama kamu sejak kita turun dari pesawat? Kenalin dooong.”“Temen sekelas doang kok.” Meisie memilih memasukkan ponselnya ke dalam tas, sebelum Ilana dengan kejahilannya akan mengambil ponselnya untuk melihat dengan siapa ia bertukar pesan seharian ini.“Cewek?”Meisie kembali merengut. Ia bisa dikatakan jarang berbohong. Jad

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Kamu Tahu Namaku?

    “Kamu nggak takut sama aku?”“Nggak.”“Kenapa? Semua orang takut sama aku?”“Ngapain takut? Kamu kan manusia.” Meisie tertawa begitu mendengar pertanyaan Dalvin yang konyol. “Kamu emangnya suka makan orang?”“Nggak.” Dalvin menggeleng dengan tegas. “Tapi semua anak di kelas ini takut denganku.”“Kenapa?”“Kamu nggak tahu?” Dalvin yakin Meisie tahu apa yang semua anak di kelas ini bicarakan mengenai dirinya.Dalvin si anak buangan. Dalvin si anak pembunuh.Juga masih banyak lagi julukan-julukan untuknya yang saking banyaknya, Dalvin tak ingat lagi.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Matahari yang Dingin

    “Inget, kalau disuruh macem-macem yang melanggar norma dan adab, kamu jangan mau, Dek Mei!” Dengan menggebu-gebu, Ilana si biang onar memberi nasehat kepada adiknya, yang hari ini resmi jadi murid SMA.“Jangan mau kalau disuruh sok-sok nembak kakak kelas. Itu sih karena mereka emang pengen dibilang ada yang naksir aja padahal aslinya nggak ada.”Asa melirik Ilana dengan geli. Karena Asa sudah bisa mengemudi dan punya SIM, juga ketika berusia 17 tahun dihadiahi mobil oleh sang ibu, kini hobinya adalah mengantar-jemput kedua adiknya—Ilana dan Meisie.“Katanya, kamu juga pas jadi panitia MOS banyak yang nembak, Dek. Itu beneran atau hoaks?”“Itu beneran. Tapi karena nggak ada yang mendekati kayak Abang atau Papa, kutolak semua deh.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (2)

    Malam itu Asa tidak keluar kamar untuk makan malam dan Padma membiarkannya. Ilana dan Meisie bertanya kenapa kakak mereka tidak ikut turun untuk makan malam bersama, mengingat ritual makan bersama adalah kegiatan yang pantang untuk dilewatkan bagi keluarga mereka.“Abang butuh istirahat. Kalau Abang ikut makan di sini, kalian pasti minta Abang suapin kalian deh.”Ilana dan Meisie langsung memberikan cengiran lebarnya. Kedua anak perempuan itu sangat manja pada Asa, hingga kadang-kadang Janar mengatakan pada Asa kalau Asa ditakdirkan untuk dikerjai seumur hidup oleh kedua adiknya.“Terus Abang nggak makan, Ma?” tanya Meisie yang langsung khawatir dengan kondisi kakaknya. “Aku bawain makanan aja buat Abang ya, Ma? Bolehkan kalau kali ini Abang makan di kamar? Masa Abang nggak makan sama sekali….”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (1)

    "Abang mau jadi jagoan atau gimana?”Angkasa menunduk saat ayahnya bertanya dengan dingin dan tajam seperti itu. Sesekali tangannya bergerak menyeka darah yang masih menetes dari sudut bibirnya yang robek.“Udah nggak ada nyali untuk kamu jawab pertanyaan Papa, Bang?”“B….” Padma menggeleng pelan saat melihat suaminya yang juga jadi emosi. Perempuan itu melihat ke sekelilingnya dan kembali menggeleng. “Kita bicarakan di rumah. Kamu mau balik ke kantor atau ikut pulang?”“Aku mana bisa kerja setelah ini, Hon.” Badai mendengus pelan, lalu berjalan lebih dulu dibanding istri dan anaknya.Padma menghela napas dan mendekat pada anak sulungnya, ia merapikan kerah kemeja Asa yang berantakan, lalu mengg

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (3)

    Ilana mengetuk pintu kamar orangtuanya dan yang keluar adalah sang ayah, Badai Tanaka.“Kakak kok belum tidur?” tanya Badai sambil mengusap puncak kepala Ilana.Ilana berpikir sebentar, lalu menarik tangan ayahnya hingga ayahnya keluar dari kamar. “Papa udah mau tidur?”“Belum.” Sejujurnya, Badai hampir tertidur karena ia baru sampai sore ini di Jakarta. Padma sendiri sedang di kamar mandi ketika Ilana mengetuk pintu kamar mereka.“Kakak laper,” adu Ilana pada sang ayah. “Bikin mie goreng yuk, Pa.”“Ayo, sini, Papa masakin,” kata Badai sambil tersenyum.Sambil bergandengan tangan, keduanya turun ke lantai satu yang sudah lengang karena semua orang sudah berada di ka

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (2)

    “Eh, eh, liat. Ada si anak tiri.”Ilana langsung merengut begitu mendengar bisik-bisik (yang tidak terlalu pelan sehingga Ilana bisa dengan jelas mendengarnya) tersebut.Dua meja dari meja yang ia. tempati dengan Asa dan Meisie, ada si tukang bully yang beberapa hari lalu menangis karena tak bisa bangkit dari kursinya.“Untung keluarganya kaya, jadi nggak dijadiin pembantu kayak di film-film,” sahut salah satu teman si tukang bully yang bertubuh sangat kurus, berbanding terbalik dengan si tukang bully yang gempal dan besar.Seperti Hulk, menurut Ilana.Ilana menghela napas dan berusaha tak mengabaikan ocehan laki-laki tukang gosip itu. Ia tak boleh membuat keributan lagi kalau tak mau diceramahi ibunya selama 25 jam.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (1)

    “Abang, ini gimana sih cara pasangnya? Aku nggak bisa terus dari tadi.”Asa melihat bagaimana Ilana dengan dasinya yang belum tersimpul dengan benar dan wajahnya yang sudah merengut. “Sini, Abang pasangin.”“Nah, gitu dong, Bang, dari tadi.”Asa berdecak dan menjitak kening adiknya dengan pelan. “Makanya kalau Abang ajarin tuh dipraktekin dong.”“Kan ada Abang.”“Masa sampai SMA dasinya mau dipakein Abang terus?”“Biarin, wleee.”Asa tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Ilana menjulurkan lidah ke arahnya. Dengan cepat ia memasang dasi berwarna biru dongker tersebut hingga rapi di kerah kemeja putih adik

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Ada Papa di Sini Buat Kakak

    “Papa!”“Iya, Kakak?”“Kakak mau punya pacar juga!”Badai yang baru saja menelan jus wortel buatan Padma langsung tersedak mendengar ucapan Ilana, anak keduanya.Ilana tentu saja terkejut melihat reaksi ayahnya yang di luar dugaan. Maka ia langsung pindah ke samping sang ayah dan mengusap punggung tegap Badai dengan tangan mungilnya.“Kok Kakak ngomong gitu?” Badai bertanya setelah bisa bicara dengan benar dan efek dari tersedaknya hilang. “Kakak kan masih kecil, kok udah tahu soal pacar-pacaran?”“Kemarin Bang Janar bilang, Bang Asa udah punya pacar di sekolah,” cerita Ilana yang sudah masuk kelas 2 SD tersebut dengan polosnya. “Pas aku tanya pacar itu apa, katanya Bang Janar tanyain Papa aja.”Astaga, Shua, anakmu! gerutu Badai sambil menggeleng pelan. Namun, detik berikutnya ia sadar dengan apa yang diucapkan Ilana sebelumnya.“Apa? Abang udah punya pacar?”“Katanya Bang Janar.” Ilana mengangguk sambil merengut.“Haduh….” Badai hanya bisa mengusap keningnya. Bagaimana bisa anak kec

DMCA.com Protection Status