All Chapters of Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder: Chapter 461 - Chapter 470

541 Chapters

Bab 461

Dari nada bicaranya, Lidya terdengar agak kesal."Tentu saja kamu adalah putri kami. Kita seperti ini bukankah karena juga mengkhawatirkanmu?" gumam Mirna sambil mengerutkan bibirnya."Aku nggak akan pergi. Aku nggak akan pergi apa pun yang terjadi. Kalau nggak ada hal lain yang perlu dibicarakan, aku pergi dulu," sambung Lidya sebelum bangkit dan pergi dengan kesal.Mirna melotot penuh emosi sambil berkata, "Lihatlah putrimu yang baik itu. Dia benar-benar nggak punya keterampilan lain dan cuma punya temperamen yang buruk!""Sudahlah, dia belum setua itu. Biarkan dia bermain-main dua tahun lagi," jawab Kelvin. Dia tidak terburu-buru meminta putrinya pacaran.Sesampainya di rumah, Amel memasukkan sisa makanan yang dibawanya dari restoran ke dalam lemari es."Sayang, aku mau mandi dulu," kata Dimas sambil mengambil piamanya dan memasuki kamar mandi.Sementara itu, Amel duduk di sofa sambil melihat ponselnya. Tiba-tiba dia mendengar ponsel Dimas berbunyi. Dia pun langsung mengambil dan me
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 462

"Bibi Mirna benar-benar sangat khawatir, ya. Aku tebak kamu pasti belum menyetujuinya," sahut Amel sambil tertawa pelan."Ya, aku memang belum menyetujuinya. Amel, coba katakan padaku, aku yang baru 24 tahun itu masih belum terlalu tua, 'kan? Kalaupun aku menikah empat tahun lagi, memangnya kenapa? Aku benar-benar nggak tahu apa yang dikhawatirkan oleh ibuku," keluh Lidya lagi."Lidya, Bibi Mirna dan ayahmu hanya punya kamu sebagai putri mereka. Tentu saja mereka berharap kamu dapat menemukan kebahagiaanmu sendiri secepatnya," hibur Amel kemudian."Baiklah. Amel, aku nggak bisa mengobrol denganmu lagi. Aku masih ada urusan lain.""Oke, mari kita bertemu dan mengobrol di lain hari," sahut Amel, kemudian menutup panggilan teleponnya.Mungkin karena akhir-akhir ini perhatian Amel selalu tertuju pada informasi terkait properti, dia langsung menerima sebuah pesan teks setelah menutup panggilan teleponnya.Isi pesan itu adalah tawaran untuk menikmati diskon sebanyak 400 ribu per meter perseg
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 463

"Memangnya itu lucu?" tanya Dimas."Nggak, nggak. Itu sama sekali nggak lucu. Pak Dimas, kalau begitu aku akan segera menghubungi tim survei di kantor pusat," sahut Irfan sambil menahan senyumnya.Sementara itu, di sisi lain.Dio sedang mengkhawatirkan masalah uang di ruang kerjanya, ketika dia menerima telepon dari asistennya."Pak Dio ada masalah besar. Aku dengar kantor pusat mengirimkan tim survei untuk memeriksa proyek," ucap asisten Dio dengan nada panik."Apa? Mereka datang untuk melakukan pemeriksaan? Kapan mereka akan datang?" sahut Dio dengan mata terbelalak. Dia sampai berdiri dari kursinya karena terlalu kaget."Mungkin mereka akan datang besok sore. Pak Dio, apa yang harus kita lakukan? Hampir semua material baja yang kita punya nggak memenuhi standar. Kalau mereka mengetahuinya, kita harus mengganti semua material baja tersebut.""Jangan khawatir, biarkan aku memikirkan solusinya," sahut Dio sambil menelan ludahnya dengan gugup. Sekarang dia juga merasa bingung. Dia tidak
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 464

"Empat puluh juta?""Omzet hari ini 116 juta," ujar Amel."Banyak sekali, istriku hebat sekali," puji Dimas dengan kagum.Amel terkekeh pelan, lalu menyahut, "Kalau dibandingkan, omzet hari ini cukup sedikit. Biasanya omzet toko bisa sampai di atas 130 juta.""Sayang, karena tokomu sudah berjalan dengan baik, bagaimana kalau aku membuka cabang lain untukmu?" tawar Dimas kemudian. Dimas merasa dengan kemampuan Amel saat ini, Amel pasti bisa membuka cabang lain.Namun, Amel menggelengkan kepalanya sambil menjawab, "Sudahlah. Jangan terburu-buru membuka cabang. Aku khawatir aku nggak bisa mengurus keduanya. Lagi pula, bagaimana kita bisa mendapatkan begitu banyak uang sekarang?""Ya sudah, aku akan mendengarkanmu. Ini sudah larut, ayo tidur dulu," ajak Dimas sambil menarik Amel untuk berbaring di tempat tidur.Di sisi lain, ketika Lidya pulang ke rumah dengan kesal, Andi langsung menyambutnya. Bahkan sebelum Lidya sempat duduk, Mirna sudah mengiriminya pesan."Kamu benar-benar anak yang k
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 465

"Oke." Dimas langsung bangun dari tempat tidur tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Mereka berdua bahkan tidak sempat berganti pakaian. Mereka langsung mengenakan jaket dan mengendarai mobil. Tak lama kemudian, keduanya sudah sampai di rumah Nana.Setelah naik ke atas, Amel dan Dimas menemukan jika pintu rumah Nana terbuka lebar. Ketika masuk, mereka melihat suasana di dalam rumah gelap gulita."Nana, kami datang!" teriak Amel.Pintu kamar tidur langsung terbuka. Nana bergegas keluar dari dalam kamar, kemudian memeluk Amel dengan berlinang air mata."Kak Amel, akhirnya kalian datang juga," kata Nana dengan suara terisak."Sudah, sudah nggak apa-apa, nggak apa-apa," hibur Amel dengan lembut sambil menepuk pelan punggung Nana.Dimas meraba-raba dalam gelap untuk menyalakan lampu. Dia menemukan ruang tamu berantakan, seperti bekas diacak-acak oleh seseorang."Saat kami datang, pintu anti-maling sudah terbuka. Dilihat dari situasi saat ini, aku rasa rumahmu sudah dimasuki pencuri," analisis
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 466

Dimas dan Amel pulang kembali ke rumah bersama Nana."Nana, malam ini kamu tidur di kamar tamu ini, ya." Amel hanya membersihkan kamar itu dengan sederhana. Dia sama sekali tidak menduga akan terjadi peristiwa barusan."Oke. Kak Amel, Kak Dimas, kalian cepatlah beristirahat. Masalahku sudah terlalu merepotkan kalian," kata Nana dengan agak menyesal."Kalau begitu, kami tidur dulu. Kalau ada apa-apa, panggil saja aku." Setelah berkata seperti itu, Amel pergi sambil memeluk lengan Dimas.Begitu masuk kamar, wajah Dimas langsung berubah. Dia menatap Amel dengan cemberut. "Ada begitu banyak hotel di luar sana. Kenapa kamu harus membawa orang lain ke rumah kita?""Bukankah aku khawatir kalau dia akan ketakutan karena sendirian di luar sana? Nana sudah begitu malang, sendirian di kota asing ini. Kita bantu saja dia sebisanya," kata Amel dengan penuh kasih sayang."Apa kamu berencana untuk menangani masalah ini sampai selesai?" tanya Dimas."Kita lihat saja nanti. Aku punya ide, Sayang." Tiba
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 467

"Terima kasih banyak, Kak Dimas dan Kak Amel." Nana bahkan tidak tahu lagi harus bagaimana mengungkapkan rasa terima kasihnya.Semalam, Nana merasa makin malu pada Amel. Amel begitu baik padanya. Namun, dia malah berani menyukai Dimas."Sayang, kamu saja yang mengajak Nana ke sana. Pagi ini aku mau pulang ke rumah untuk menemui Ayah dan Ibu. Kemarin sore, aku mengobrol dengan Ibu. Ibu bilang Ayah sepertinya sedang nggak enak badan," kata Amel."Baiklah. Setelah selesai mengantar Nana, aku akan menyusulmu ke rumah.""Nggak usah. Ayah pasti baik-baik saja. Setelah mengantar Nana, kamu bisa langsung kembali bekerja.""Oke. Kalau keadaan Ayah memburuk, langsung beri tahu aku. Jadi, kita bisa membawanya secepatnya ke rumah sakit." Dimas mewanti-wanti Amel sebelum pergi."Oke, aku mengerti. Cepatlah pergi." Setelah mengantar Dimas dan Nana, Amel mengendarai sepeda listriknya untuk kembali ke rumah orang tuanya."Ayah, Ibu, aku pulang." Amel masuk ke dalam rumah sambil membawa semangka yang d
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 468

Pria yang menjual rumah itu takut jika Amel dan Lili tidak jadi membeli rumah di Amarilis, karena rumahnya tidak segera siap untuk dihuni."Sebenarnya nggak masalah kalau rumah itu siap huni saat akhir tahun nanti. Lagi pula, kami juga nggak terburu-buru untuk tinggal di sana." Lili sebenarnya lumayan puas dengan harganya."Lingkungan di sini sangat bagus. Penghijauan dan fasilitas untuk sarana rekreasi juga sangat bagus. Daerah di sekitar juga cukup ramai. Ada pasar swalayan yang besar. Yang paling penting, ada banyak sekolah di sekitar sini. Jadi, kalau membeli rumah di sini, anak-anak bisa langsung masuk SD nomor satu." Melihat kedua wanita itu tampak sangat tertarik, pria itu terus membujuk mereka dengan kata-kata yang manis."Lingkungan di sekitarnya memang bagus." Amel juga berniat untuk membeli rumah di Amarilis."Bagaimana kalau begini saja. Mari kita berteman di WhatsApp. Aku Jefri Ismawan, staf di kantor penjualan ini. Kalian bisa memanggilku Jefri. Kalau ada pertanyaan, kali
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 469

"Berapa banyak yang mereka pesan?""Mereka pesan tiga ratus porsi. Kak Clara dan aku sibuk bekerja sejak tadi. Sekarang, masih ada lima puluh porsi lagi yang harus dibuat, tapi buahnya nggak cukup. Jadi, Kak Clara keluar membeli buah.""Terima kasih atas kerja keras kalian berdua. Aku akan mentraktir kalian teh susu nanti!" kata Amel sambil mengenakan pakaian kerjanya.Baru saja Amel selesai berbicara, Clara sudah kembali membawa buah-buahan dengan susah payah.Setelah semua makanan penutup selesai dibuat, Amel melihat jam. Sekarang sudah pukul dua lebih sepuluh, waktu untuk mengirim makanan adalah pukul tiga."Sarah, kamu tinggal di sini dan jaga tokonya. Aku akan mengantarkan makanan dengan Clara.""Baiklah, Kak Amel. Kalian hati-hatilah di jalan."Amel naik taksi untuk pergi ke Grup Angkasa bersama Clara. Ketika mereka tiba di Grup Angkasa, jam kebetulan menunjukkan pukul tiga."Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis di meja depan dengan curiga ketika melihat keduanya datang s
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Bab 470

"Hardi, apa kamu nggak merasa kamu sudah keterlaluan? Kalau kamu nggak memesan 300 porsi kue di toko kami, mana mungkin kami akan membuat begitu banyak? Awalnya, toko kami nggak menyediakan layanan pengiriman, tapi karena kalian memesan banyak, jadi aku mengirimkannya ke sini secara langsung. Sebagai seorang pria, bisakah kamu melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan seorang pria?" Amel menatap Hardi dengan tajam sambil mengucapkan setiap kata dengan tegas."Makanan penutupmu nggak segar, kelihatannya juga nggak enak. Aku nggak menginginkannya lagi, memang nggak boleh? Aku sebagai pelanggan punya kebebasan untuk membeli atau nggak. Kalian nggak punya hak untuk ikut campur," cibir Hardi dengan sikap yang sangat kasar."Dasar nggak tahu malu. Sebagai seorang pria dewasa, kamu benar-benar nggak punya moral sama sekali. Untung saja aku nggak jadi kencan buta denganmu," kata Amel dengan sinis.Mendengar itu, Hardi tiba-tiba berubah muram. Dia menggertakkan giginya sembari berkata, "Apa m
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more
PREV
1
...
4546474849
...
55
DMCA.com Protection Status